Bab 5

Nama:Yuki.

Cia langsung mendekat ke arah kerumunan para gadis remaja itu, lantas memperhatikan salah satu gadis yang berada di tengah. Gadis kecil itu berpakaian kotor, bahkan ada cap sepatu di kemeja putihnya, jahitan di bagian lengan sedikit robek, jelas dia mendapatkan perlakuan buruk dari teman sebayanya.

"Aku tanya, apa yang kalian lakukan terhadapnya?" tanya Cia sedikit membentak karena tak ada yang menjawab.

Gadis kecil itu terduduk di trotoar, wajahnya memelas, ada rasa takut di sorot matanya.

"Kakak cantik, tidak usah mengkahwatirkannya. Dia itu hanya gadis miskin, bisa masuk ke sekolah kami yang mahal ini saja sudah suatu keberuntungan baginya," ucap salah satu gadis SMP dengan nada sombongnya.

"Kamu bilang dia miskin, jadi begini cara mengajar para guru di sekolah kalian, atau ini ajaran orang tua kalian? Kalian masih kecil tapi suka membully orang lain, mau jadi apa kalian kelak!" bentak Cia yang tidak tahan dengan kesombongan para gadis remaja itu. Meskipun benar gadis yang dibully itu miskin, tapi tak lantas membuat orang lain pantas mengucilkannya.

"Kakak, kenapa kamu membelanya, orang seperti dia ini lebih pantas jadi pembantu kita, bahkan ditindas pun layak." Para gadis itu tertawa setelah mendengar salah satu teman menghina gadis remaja yang terduduk di tanah.

"Oh, jadi kalau miskin pantas ditindas, kalau kaya tidak ditindas, begitu maksud kalian?" Cia mengubah ekspresi wajah, ada sedikit senyum tipis di bibir.

"Tentu saja." Gadis yang bicara mengiakan dengan sombongnya.

"Jadi kalian tidak tahu siapa aku?" tanya Cia menatap satu persatu gadis remaja itu.

"Tidak, bukankah Kakak ini kebetulan lewat. Dilihat dari cara berpakaian juga mobil Kakak, Kakak ini pasti dari keluarga kalangan atas seperti kami. Apa aku benar?" Gadis itu merasa kalau tebakkannya benar.

"Hmm ... kamu benar sekali. Keluargaku sangat kaya dan terhormat, bahkan mobil itu bukan satu-satunya miliku, masih ada satu lagi di tempatku." Cia berjalan mendekat, membuat para gadis itu sedikit mundur. Ia kemudian berjongkok di samping gadis yang dibully. "Siapa namamu?" tanya Cia berbisik.

"Yuki." Gadis yang dibully itu menyebutkan nama dengan berbisik pula.

Cia membantu gadis bernama Yuki itu bangun, bahkan membantu membersihkan pakaian yang kotor.

"Kalian tahu, jika dia adalah adikku dan seenaknya saja kalian memperlakukan Yukiku seperti ini. Aku akan melaporkan kalian ke kepala sekolah!" gertak Cia.

Mendengar gertakan Cia, para gadis itu pun terlihat gemetar.

"Kamu pasti bohong! Dia tidak kaya, lalu bagaimana bisa dia punya kakak yang kaya sepertimu?" Salah satu gadis kecil itu menunjuk Cia ketika bicara.

"Kalian tidak percaya? Ya sudah, tapi sebagai kakaknya, aku tetap akan melaporkan tindakan kalian ke sekolah!" gertak Cia sekali lagi

Para gadis itu terlihat ketakutan, bahkan mereka saling tarik ujung lengan satu sama lain, seakan sedang mengisyaratkan sesuatu.

"Kakak, kami minta maaf, tolong jangan laporkan kami," pinta para gadis itu, bahkan memohon sambil membungkukkan badan.

"Kalian ini, sekarang baru takut! Kalau mau minta maaf, minta maaf pada adikku!" bentak Cia, agar para gadis itu tak semena-mena lagi.

"Yu-Yuki, kami minta maaf. Jangan laporkan kami, kami janji tidak akan melakukannya lagi."

Yuki menatap Cia ketika mendapat permohonan maaf teman sekelasnya itu. Cia pun mengangguk dan meminta Yuki untuk memaafkan.

"Ba-baik," ucap Yuki dengan sedikit suara gemetar.

"Terima kasih Yuki."

"Sudah sana kalian pergi! Ingat, kalau kalian melakukannya lagi, aku akan melaporkan kalian ke sekolah!" ancam Cia lagi, agar mereka jera.

Para gadis itu mengangguk paham, hingga mereka kemudian lari tunggang langgang meninggalkan Cia dan Yuki.

"Kakak, terima kasih sudah menolongku." Suara Yuki terdengar gemetar.

"Tidak masalah, tapi apa kamu akan pulang dengan pakaian seperti itu?Orang tuamu pasti khawatir?" tanya Cia yang mengamati betapa buruknya kondisi Yuki.

"Tidak masalah, aku sudah biasa." Yuki tersenyum canggung.

Cia menatap Yuki, merasa iba dengan gadis itu. Jika Yuki berkata sudah biasa, itu artinya sudah sering mendapat perlakuan seperti itu.

"Sebelum pulang, ikut denganku membeli seragam baru!" ajak Cia.

"Seragam baru? Tidak usah, Kak!" tolak Yuki yang sungkan.

"Tidal boleh menolak, aku tidak suka menolong orang setengah-setengah. Aku sudah menolongmu, jadi kamu harus nurut!" Cia yang tak mau mendengar penolakan, lantas menarik tangan Yuki dan mengajak ke arah mobilnya.

"Omong-omong, panggil aku kakak Cia saja," kata Cia kemudian.

"Baik kakak Cia." Entah kenapa Yuki ikut aja ke mana Cia mengajaknya.

Saat sudah berada di mobil, Cia mencoba mengajak bicara gadis manis itu.

"Yuki, berapa umurmu?" tanya Cia seraya fokus pada jalanan.

"Lima belas tahun," jawab Yuki dengan suara lirih.

"Kenapa kamu tidak melawan saat mereka membullymu?" tanya Cia yang heran karena Yuki terlihat pasrah.

Yuki menceritakan jika gadis miskin seperti dirinya, sudah biasa menjadi sasaran pembulyan teman sekelasnya. Bagi mereka yang kaya, gadis seperti Yuki patutnya dijadikan pembantu, bukan mendapat pendidikan di sekolah bergengsi seperti sekolah mereka.

"Aku tidak mengerti kenapa orang kaya seperti itu."

"Ahh ... Apa aku termasuk?" tanya Cia menggoda Yuki.

"Kakak? Bukan, maksudku untuk Kakak pengecualian, jangan marah." Yuki takut jika orang yang sudah menolongnya itu marah karena ucapannya.

Cia tersenyum melihat betapa gugupnya Yuki. Ia jadi mengingat pahit hidup yang dijalan, ia yang kaya saja masih tersakiti, apalagi gadis miskin seperti Yuki.

"Yuki, apa menurutmu aku jahat?" tanya Cia tiba-tiba, mengingat banyaknya orang yang membencinya sekarang.

"Siapa yang bilang? Kakak adalah orang kaya yang sangat baik hati, yang pernah aku kenal," jawab Yuki dengan nada suara penuh semangat.

Cia tersenyum mendengar pujian yang didapat dari Yuki, lantas kembali fokus pada jalanan.

"Yuki."

"Ya."

"Apa ku menjadi temanku? Sejak di sini aku tidak punya teman, dan menurutku kamu gadis yang baik, bolehkah aku--" Cia menjeda ucapannya, hanya merasa hatinya begitu tenang ketika bertemu dengan Yuki, merasa kalau takkan ada pengkhianat jika berteman dengan gadis kecil itu.

"Apa kakak bercanda? Tentu saja aku mau, karena aku miskin, aku tidak punya teman, tapi Kakak yang kaya ini malah ingin menjadi temanku, tentu saja aku sangat senang mendengarnya," kata Yuki penuh semangat.

"Janji jadi temanku?" Cia mengulurkan kelingking, untuk mengikat janji. Niatnya mendapat teman itu langsung disambut hangat oleh Yuki.

Cia terus tersenyum, perasaannya terasa hangat. Setelah sekian lama, Yuki adalah teman pertamanya di kota itu.

Terpopuler

Comments

Nona Cherry Jo

Nona Cherry Jo

oowwh.. apa yuki, adiknya dean ya thoor

2021-05-08

0

Kustri

Kustri

alurnya beda..
lanjut duuuung...

2021-04-20

0

💣👑 zeeeeennnniiii😂😂👑💣

💣👑 zeeeeennnniiii😂😂👑💣

Mau dong di tlaktil.. 🙄🙄🙄

2020-10-24

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!