Bab 3

Nama:Ardeano,panggilan:Dean.

Setelah selesai kelas, Cia terlihat pergi dengan tergesa-gesa, ternyata ingin menemui seseorang yang menghubunginya pagi tadi. Cia sudah sampai di sebuah hotel berbintang lima. Ia pun segera pergi ke lobi hotel itu.

Cia melihat seorang pria berumur sekitar 54 tahun, memiliki perawakan tinggi, dan masih terlihat begitu tampan. Ya, pria itu adalah Felix Louise, ayah Velicia Louise.

"Lihat ini, gadis kecilku sudah datang." Felix langsung menyambut Cia yang berjalan cepat ke arahnya.

"Ayah!" Cia berlari dan langsung memeluk Felix.

"Kamu ini, sudah besar tapi masih saja seperti anak kecil,berlarian ke sana ke sini." Felix menatap putri yang sudah tidak tinggal bersamanya hampir dua tahun ini.

"Ayah yang menyebutku gadis kecil, lalu bagaimana bisa aku tidak menganggap diriku seorang anak kecil." Cia menunjukkan senyum manis pada Felix.

"Baiklah, kamu anak kecil. Sudah makan siang? Bagaimana jika makan siang?" tanya Felix kemudian.

"Oke!" Cia merangkul lengan Felix.

Cia pergi ke restoran yang terdapat di hotel bersama Felix. Keduanya makan siang bersama.

"Bagaimana kuliahmu?" tanya Felix di sela makan.

"Baik," jawab Cia singkat, masih fokus dengan makanan yang tersaji.

"Sudah punya teman baru?"

"Belum." Lagi-lagi Cia menjawab singkat.

"Kenapa? Ini sudah dua tahun, kenapa kamu masih menyendiri Cia?" tanya Felix tak mengerti.

"Ayah, jangan bahas itu! Aku suka seperti ini," ucap Cia yang malas membahas masalah pertemanan.

"Seperti ini, seperti apa? Seperti membiarkan orang-orang membencimu, lalu memfitnah, mengatakan kalau kamu dipelihara orang kaya? Kenapa harus seperti itu Cia, apa kamu tidak tersiksa? Sekarang kamu menjadi gadis yang dingin kepada semua orang, di mana Ciaku yang manis dan baik hati?" Felix tak sampai hati mengetahui fakta putrinya jadi dingin dan pemurung.

"Ayah, apa kamu ingin membahas ini sepanjang kita makan?" Cia mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Cia, ayah hanya ingin kamu bahagia. Ayah tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Ayah ingin melihat Cia yang dulu." Felix menatap lekat wajah putrinya.

"Ayah, aku sudah bahagia seperti ini, mendapatkan teman hanya akan menambah beban perasaanku. Untuk penilaian mereka, biarkan saja seperti itu, yang terpenting aku tidak melakukannya."

Felix tidak bisa memaksa Cia, hanya bisa mendoakan agar putrinya itu mendapatkan kebahagiaan.

Cia tahu maksud Felix, tapi dia juga belum siap bangkit dari keterpurukan. Sendiri adalah jalan bagi Cia untuk bisa hidup dengan tenang.

Setelah makan siang dan menghabiskan waktu bersama, akhirnya Felix berpamitan karena harus kembali ke kota asal Cia. Cia sendiri yang mengantar Felix ke bandara.

Cia mengemudikan mobil menuju apartemen setelah dari bandara. Namun, tiba-tiba mesin mobilnya mati, Cia pun terpaksa berhenti di tengah jalan.

"Sial, kenapa mogok disini?" Cia yang sudah turun dari mobil, tak tahu harus bagaimana memperbaiki mobilnya.

Cia menengok pada arloji, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tentu jalanan sudah sepi dan bengkel pun sudah tutup.

"Apa mobilmu mogok?"

Suara seorang pria terdengar. Cia menoleh dan melihat seseorang berjalan ke arahnya, jalanan sedikit gelap hingga membuat Cia kesusahan melihat siapa itu.

"Apa mobilmu mogok?" Suara itu semakin dekat, kembali bertanya karena Cia tidak menjawab.

"Ya," jawab Cia waspada.

Cia melihat seorang pemuda yang kini berdiri tepat di hadapannya. Ia mencoba mengingat di mana pernah bertemu, hingga Cia baru sadar kalau pemuda itu adalah Dean, pemuda yang membantunya memungut buku.

"Apa kamu bisa memperbaiki mobil?" tanya Cia yang tidak tahu mau meminta tolong siapa.

"Ya." Tanpa bertanya serta tanpa disuruh Cia, Dean langsung membuka kap mobil untuk mengecek mesin.

Cia memperhatikan Dean yang terlihat begitu serius memperbaiki mobil. Ia sendiri merasa sedikit heran, Dean adalah mahasiswa jurusan bisnis, bagaimana bisa mengerti tentang mesin, apakah semua pria tahu mesin? Begitulah kira-kira yang ada dipikiran Cia sekarang.

"Sudah selesai, kamu bisa mencobanya." Dean menutup kap mobil.

Cia langsung masuk ke mobil untuk mengecek, saat menyalakan mesinnya sudah kembali seperti semula. Meski Cia senang karena mesin mobilnya bisa kembali menyala, tapi tetap tak bisa tersenyum kepada seorang pemuda yang sudah menolongnya.

Cia keluar lagi dari mobil setelah memastikan mesinnya menyala dengan baik. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dari tas dan menyodorkan ke arah Dean.

"Untuk apa ini?" tanya Dean ketika melihat uang yang disodorkan Cia.

"Tentu saja uang jasa, kamu pikir apalagi?" Cia bicara dengan nada suara datar.

"Aku tidak perlu itu, bukankah kita teman sekelas, lalu bagaimana bisa aku membantu teman untuk sebuah imbalan." Dean terlihat tersenyum, meski Cia memasang wajah dingin.

"Teman, ya! Huh, aku hampir lupa apa itu kata teman," gumam Cia dalam hati.

"Aku tidak suka berhutang budi pada siapa pun, jadi terima saja ini." Cia memaksa Dean menerima uangnya.

"Apa kamu suka melakukan semuanya dengan cara memberi uang?" Dean merasa tak senang dengan sikap Cia, yang menganggap kalau semua bisa dibayar dengan uang.

"Ya, kalau bukan uang lalu apa?Bukankah orang bekerja keras karena ingin memdapatkan uang?" Cia terlihat salah tingkah ketika melihat tatapan Dean padanya.

Dean tersenyum mendengar ucapan Cia, membuat gadis itu kebingungan karena merasa tak mengucapkan kata yang lucu.

"Kamu tahu, apa yang lebih baik dari uang?" tanya Dean masih dengan senyum di bibir.

Cia tak menjawab, hanya menatap dengan wajah dinginnya.

"Terimakasih, itu adalah kata yang lebih baik dari uang, terkadang orang akan lebih menghargai kata terimakasih dari pada uang." Dean menjawab pertanyaannya sendiri karena Cia hanya diam.

"Itu omong kosong, aku tidak percaya," sangkal Cia.

Dean lagi-lagi tersenyum, membuat Cia kembali merasa terheran-heran karena senyum tak pernah hilang dari wajah pemuda itu.

"Kamu boleh tidak percaya, tapi aku percaya. Ini sudah semakin larut, lebih baik kamu segera pulang." Dean meninggalkan Cia setelah mengucapkan kalimat itu.

Cia bergeming mendengar ucapan Dean, baginya kata terima kasih tetap tak bisa mengalahkan uang. Nyatanya dia dulu sering mengucapkan kata itu, tapi pada akhirnya tetaplah uang yang bisa memenangkan segalanya.

Cia sudah sampai di apartemen. Ia masih memikirkan dan tak percaya dengan yang dikatakan Dean, meski mereka satu kelas tapi baginya sama sekali tak mengenal Dean. Bukankah terlalu munafik jika Dean berkata kalau mereka teman.

Cia pun merebahkan tubuh, mencoba memejamkan mata agar bisa jatuh dalam alam mimpi, berdoa agar mimpi di masa lalu tak kembali hadir.

-

-

Di sisi lain, Dean baru saja sampai rumah.

"Aku pulang." Dean masuk ke rumah dan melepas sepatunya.

"Kenapa kamu pulang sangat larut?" tanya Ibu yang masih belum tidur.

"Tadi bertemu seorang teman, mobilnya mogok jadi aku membantunya dulu." Dean langsung duduk setelah melepas sepatu.

Dean selalu pulang malam setelah bekerja di bengkel. Ia memang melakukannya untuk membantu ibunya, uang hasil bekerja digunakan untuk membiayai kuliahnya.

"Apa seorang gadis?" tanya Ibu yany duduk di sebelah Dean.

"Ya, seorang gadis," jawab Dean mengulas senyum.

"Apa dia cantik?" tanya Ibu penasaran, pasalnya jarang Dean membicarakan soal gadis.

"Ibu, pertanyaanmu mengarah ke mana?" Dean menatap ibunya, merasa ada maksud lain dari pertanyaan wanita itu.

"Ya, Ibu hanya ingin tahu saja, selama ini kamu sibuk bekerja dan kuliah, bahkan Ibu tidak tahu kamu punya teman seorang gadis atau tidak."

"Ibu, sudahlah. Terpenting adalah kuliah dan pekerjaanku." Dean memilih berdiri. "Aku akan mandi dan pergi tidur, ibu juga harus cepat istirahat," imbuh Dean sebelum pergi menuju kamarnya.

Ibu menatap punggung Dean yang berlalu, wajah wanita itu tampak muram ketika harus melihat putranya selalu pulang malam. Andai saja suaminya tidak meninggal, mungkin putranya itu tak perlu bekerja keras. Belajar dan bekerja di waktu bersamaan, hanya untuk memenuhi impian mendiang suaminya.

Terpopuler

Comments

Melisa Margolang

Melisa Margolang

y

2022-10-26

3

Nona Cherry Jo

Nona Cherry Jo

dean yg semangat ya... semoga sukses ke depannya..🙏

2021-05-08

0

Shofiena Elsazi

Shofiena Elsazi

uwuwuwuw Dean🥰

mampir lgi kak ai

2020-11-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!