Pujaan Hati Ketua Geng Motor
"Ya Allah, jam berapa ini? Aku harus cepat-cepat sahur," ucap Salwa yang langsung beranjak turun dari dipan yang berada di kamar kosnya.
Saat itu jam menunjukkan pukul 03.30 WIB, Salwa baru saja terbangun dari tidurnya. Hampir saja, dia kesiangan bangun sahur. Padahal, sudah berkali-kali alarm di ponselnya berbunyi membangunkan dirinya. Salwa baru tertidur pukul 01.30 WIB, setelah dia menyelesaikan tugas akuntansinya.
"Makan pecel lele di ujung jalan aja deh."
Salwa langsung memakai jilbab bergo dan juga cardigan, kemudian bergegas keluar dari kamarnya. Dia terpaksa keluar sendiri, karena kedua sahabat terdekatnya sedang datang bulan. Salwa adalah sosok wanita yang mandiri dan berani. Dia juga sangat pintar, sehingga bisa berkuliah melalui jalur beasiswa.
Salwa tampak berjalan kaki menyusuri jalan. Kosan itu letaknya tak jauh dari kampusnya, berada di sebuah perumahan. Salwa harus melewati sebuah jalan yang cukup sepi, untuk sampai ke warung pecel lele itu. Selama ini selalu aman, sehingga dia berani untuk keluar malam.
"Brengsek! Aku benci hidupku! Kenapa aku harus lahir ke dunia ini, jika tak ada artinya untuk kalian? Kata kalian, aku adalah anak yang sangat kalian inginkan? Lantas, kenapa hadirku tak pernah kau anggap? Kalian selalu berpikir, kalau aku butuh fasilitas mewah dari kalian. Makanya, kalian selalu sibuk bekerja. Tapi, kalian salah! Lebih baik aku kehilangan semuanya, daripada aku tak mendapatkan kasih sayang kalian!" Dirga tampak berteriak-teriak. Kondisinya saat itu, sedang mabuk parah.
Dia selalu berbuat onar, hanya demi mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya. Namun sayangnya, semua itu tak mampu mengubah kedua orang tuanya. Dia tak pernah mendapatkan kehangatan dari kedua orang tuanya.
Kesadarannya berkurang, hingga akhirnya dia tergeletak di jalan. Awalnya, kondisi Dirga masih cukup stabil. Meskipun dia sudah mulai mabuk. Dia masih mampu menunggang kuda besinya. Setelah meninggalkan basecamp tempat dia berkumpul dengan para anggota geng motor The Winner, Dirga melajukan motornya menuju tempat biasa dia melepaskan perasaan hatinya. Tempat itu memang cukup sepi, di kala malam hari.
"Astaghfirullah, itu cowok mati atau kenapa ya? Kenapa tidur di jalan begitu. Dari motornya sih, cowok itu bukan orang biasa. Duh, gimana ya? Gue samperin gak ya? Huh, jadi bingung gue. Sudahlah cuekin aja. Takutnya malah orang jahat." Salwa bermonolog.
Namun, baru beberapa langkah berjalan. Salwa justru menghentikan langkahnya kembali, dan justru menengok ke arah cowok itu. Ada perasaan tak tega di hatinya, dia takut kalau cowok itu tergeletak di jalan karena terkena serangan jantung.
Salwa menjadi teringat kejadian yang menimpa sang ayah, yang meninggal di jalan. Saat perjalanan pulang dari bekerja. Orang-orang telat menolongnya, hingga akhirnya sang ayah tak dapat diselamatkan nyawanya. Jiwa kemanusiaan Salwa terpanggil.
Dia langsung menghampiri Dirga yang tergeletak tak sadarkan diri, semua itu karena pengaruh minuman alko*hol dan juga gan*ja yang Dirga konsumsi. Dia tertidur begitu saja, tak sadar kalau dia masih di jalan.
"Mas, Masnya bangun dong!" Salwa mencoba membangunkan. Dirga tak juga terbangun dari tidurnya, dan justru malah mendengkur.
Salwa tampak bingung, apa yang harus dia lakukan. Dia sampai melupakan tujuan awalnya untuk membeli makan sahur. Entah kenapa, melihat wajah Dirga. Salwa teringat ayahnya.
Salwa berteriak meminta pertolongan. Suasana jalanan di daerah situ memang sepi. Namun, dia tetap tak putus asa. Wajahnya terlihat panik. Hingga akhirnya dia terpikir untuk menghubungi penjaga kosan tempat dia kosan. Salwa langsung mengambil ponselnya dari saku celananya. Dia langsung mencari nomor ponsel Mang Acep.
"Assalamualaikum, Wa. Aya naon, Wa?" Tanya mang Acep, mengawali pembicaraan.
Awalnya, Mang Acep sempat bingung saat menerima panggilan telepon dari Salwa. Sekitar 20 menit yang lalu Salwa pamit untuk membeli makan untuk sahur, dan sampai sekarang tak kunjung pulang. Saat ini dia justru mendapatkan telepon dari Salwa.
"Mang, tolongin Salwa dong! Mamang bisa ke sini gak sekarang tolongin Salwa? Kalau bisa berdua mang. Ada anak yang nongkrong di situ gak? Darurat banget ini Mang! Please!" Ujar Salwa, sedikit memaksa.
"Sini mana? Emangnya, kamu di mana Wa? Masih di tempat pecel lele ujung jalan? Kamu baik-baik aja kan?" Sahut Mang Acep.
Hubungan Salwa dengan sang penjaga kosan memang dekat. Mang Acep banyak membantu Salwa, selama Salwa kos di tempat itu. Saat ini Salwa sudah duduk di bangku kuliah semester lima. Salwa anak pertama dari dua bersaudara.
Saat ini, sang adik duduk di bangku SMA. Ayahnya sudah meninggal, saat dia duduk di bangku kuliah semester dua. Sang bunda saat ini berjualan lauk matang di kampungnya, untuk menghidupi kedua anaknya. Dia juga suka menerima catering dan juga pesanan kue.
Salwa langsung menjelaskan kepada mang Acep kalau dia baik-baik saja, tetapi dia harus menolong seorang cowok yang tergeletak di jalan. Salwa meminta Mang Acep datang ke sana bersama tenaga bantuan lainnya, karena dia ingin mengantarkan Dirga pulang ke rumahnya, dan dia meminta Mang Acep membawa motor Dirga ke kosannya.
Mang Acep langsung melajukan motornya bersama Roni, menuju Salwa berada. Tak butuh waktu lama, mereka sudah sampai. Wajah Salwa sudah terlihat pucat, keringat bercucuran membasahi wajahnya.
"Gimana ceritanya sih, Wa? Kok bisa-bisanya kamu jadi berurusan sama laki-laki ini sih? Tadi kan kamu bilang mau cari makanan, kenapa jadi ngurusin laki-laki mabuk begini sih? Udah diemin aja dia di sini! Ngapain juga kamu nolong dia! Gak ada untungnya! Buat masalah iya. Udah ayo mendingan kamu pulang aja sama mamang. Untung aja dia gak ngapa-ngapain kamu. Coba kalau dia bangun, langsung perko*sa kamu. Hati-hati sama laki-laki mabuk!" Ujar Mang Acep. Dia mencoba menasehati Salwa.
Salwa tampak terdiam. Dia tampak bingung. Memang, ada benarnya juga apa yang diucapkan Mang Acep. Tapi, saat melihat Dirga tergeletak. Hatinya merasa terpanggil untuk menolongnya.
"Gak apa-apa, mang. Salwa gak tega ninggalin dia di jalan. Takut ada orang yang berniat jahat. Motornya takut di curi penjahat," sahut Salwa.
"Ya udah deh! Suka-suka kamu aja! Mamang sih hanya ingin ingetin kamu aja, Wa! Ya udah, kalau gitu kita tolong dia! Ini bocah nakal, Wa. Anak-anak borju yang suka pada ngetrack. Lihat aja dari penampilannya, urakan begitu. Model geng motor gitu," ucap Mang Acep, dan Salwa hanya menganggukkan kepalanya.
Alangkah terkejutnya Salwa, saat Mang Acep membuka helm yang dikenakan Dirga. Ternyata, cowok yang dia tolong itu Dirgantara Batara. Teman satu jurusannya. Jurusan akuntansi. Tapi sebenarnya, Dirga dan Salwa beda angkatan. Dirga adalah kakak kelasnya, tetapi tak lulus-lulus. Bahkan terancam di DO. Dia masih bertahan, karena uang yang diberikan lebih dari sang papi.
Dirga tak ingin kuliah jurusan itu, tetapi sang papi terus memaksanya. Dia ingin sang anak menjadi seorang akuntan publik. Padahal Dirga ingin kuliah di kampus seni, dia ingin menjadi seorang pelukis. Dirga memiliki kemampuan melukis, sejak dulu dia ingin menjadi seorang pelukis yang hebat. Tetapi, sang papi menentangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Neulis Saja
baru nyimak
2024-07-09
0
Rini Musrini
mampir thor
2023-10-23
1
Putry Mallu
wow keren nih cerita..
gimana klo Dirga sadar ni ya.
ditolong sama Salwa cewek kalem.
2023-06-03
2