Kini Niko baru saja tiba di depan rumah Kaka iparnya itu, tentu untuk menjemput istrinya dan segera berangkat kerumah sakit, dengan langkah senang dan senyum manisnya Jihan keluar dari rumah kakaknya menghampiri Niko yang baru saja keluar dari mobil, Jihan sontak saja memeluk tubuh Niko dengan erat melepaskan rasa rindunya pada pria yang berstatus sebagai suaminya itu.
“Mas, Jihan rindu.”
Ucap Jihan yang memang sudah tiga hari ini tidak bertemu dengan Niko, selain karena masih menginap dirumahnya dengan Alin, Niko juga disibukkan dengan pekerjaan dikantor yang memang sedang menumpuk, Niko pun membalas pelukan Jihan seraya mengecup puncak kepala wanita itu dengan lembut.
Sama halnya dengan Jihan, pria itu juga sangat merindukan wanita yang berstatus sebagai istrinya itu, Niko melerai pelukannya lalu merangkum wajah cantik Jihan menatap wanita itu dengan sangat lekat, entah lah meskipun sangat jarang berdandan tapi Jihan justru terlihat semakin cantik selama mengandung membuat Niko benar benar tidak bisa berhenti untuk menatapnya.
Cup!
“Mas!”
Sentak Jihan tertahan memukul dada Niko dengan pelan lantaran pria itu yang tiba tiba saja mencuri sebuah kecupan dibibirnya, padahal mereka sedang berada di luar rumah tapi entah kenapa Niko tidak merasa Mali sedikitpun, sedangkan Jihan kini benar benar takut jika ada yang melihat lantaran merasa tidak enak meskipun mereka sudah menikah.
“Kenapa? Apa mas tidak boleh mencium istri mas ini?”
Tanya Niko yang tentunya tahu kenapa Jihan menegurnya, namun pria itu benar benar tidak peduli dengan siapapun, anggap saja dunia hanya milik mereka berdua sedangkan yang lain hanya mengontrak, Jihan hanya menggelengkan kepalanya lalu mereka kemudian segera masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalanan Niko terus saja menggenggam tangan Jihan dan tak melepaskannya, bahkan sesekali pria itu mengecup punggung tangan Jihan dengan lembut membuat wanita itu benar benar tidak bisa menyembunyikan senyumnya, entahlah perlakuan kecil seperti itu saja sudah berhasil membuat Jihan merasa diratukan.
“Mas sudah tidak sabar ingin tahu jenis kelamin anak kita.”
Ucap Niko menoleh pada Jihan sekilas, wanita itu hanya tersenyum lalu mengusap perut nya yang sedikit membuncit, sama halnya dengan Niko, ia juga sudah tidak sabar untuk mengetahui perkembangan dan jenis kelamin bayinya, hingga tak lama akhirnya mobil yang mereka tumpangi tiba disebuah rumah sakit cukup besar di kota itu.
Niko pun segera turun lalu membukakan pintu untuk Jihan dan menggenggam tangan Jihan masuk ke rumah sakit, dengan pelan pria itu menuntun Jihan menuju ruangan dokter yang memang sudah ia buat janji, setibanya di depan ruangan dokter itu tiba tiba mereka dikejutkan dengan suara yang tak asing yang memanggil Niko.
“Sayang.”
Ucap orang itu yang tak lain adalah Alin, Niko dan Jihan hanya bisa mengerutkan kening melihat keberadaan Alin disana, apa yang sedang wanita itu lakukan disana? Jihan dan Niko hanya saling menatap lalu tak lama Alin pun menarik lengan Niko agar menjauh dari Jihan membuat wanita itu sedikit terhuyung namun beruntung tidak sampai terjatuh.
“Jihan, kau tidak apa apa?”
Tanya Niko khawatir membuat Jihan segera menggelengkan kepalanya, sedangkan Alin hanya memutar bola matanya malas melihat perhatian yang Niko berikan pada Jihan, sedangkan Niko kini menatap tajam pada Alin yang dianggap sengaja menarik tangannya agar menjauh dari Jihan.
“Alin!! Kau tidak bisa pelan pelan?! Bagaimana jika Jihan terjatuh?”
Sentak Niko namun Alin tidak peduli, justru bagus jika wanita itu terjatuh dan terjadi hal buruk pada wanita itu dan bayi yang ia kandung jadi Alin bisa mempertahankan posisinya, Alin hanya diam seraya menatap tajam pada Jihan yang menatapnya dengan aneh, bagaimana tidak? Lantaran saat ini Jihan menatapnya dengan tajam juga.
“Tapi dia tidak jatuhkan, lagipula aku ingin kau menemaniku.”
Ucap Alin menarik tangan Niko namun pria itu menahan tubuhnya, Niko menatap tajam pada Alin yang terlihat sengaja sekali mengajaknya pergi padahal saat ini ia tahu jika Niko sedang bersama Jihan, Niko pun menolak keinginan Alin kali ini lantaran ia sudah berjanji pada Jihan untuk menemaninya cek kandungan.
“Tidak bisa Alin, aku harus menemani Jihan untuk..”
“Ya ampun Niko, dia bisa sendiri lagi pula ruangannya di depan mata.”
Timpal Alin tak hanya membuat Niko geram melainkan juga Jihan, entah mengapa ia tidak bisa menahan amarahnya kali ini lantaran memang ia sudah lama menunggu hari ini, namun Alin dengan seenaknya menyuruhnya untuk pergi sendirian? Kurang apa lagi Jihan mengalah selama ini? Bahkan sebulan penuh Niko tidak menemani malam Jihan lantaran harus menjaga Alin.
“Mbak Alin cukup! Selama ini aku diam bukan berarti aku tidak berani pada mbak Alin, aku hanya menghormati mbak Alin saja, selama ini aku sudah mengalah membiarkan mas Niko menemani mbak Alin, apa untuk kali ini mbak Alin tidak bisa membiarkan mas Niko menghabiskan waktu bersama ku?”
Sentak Jihan tak hanya membuat Alin terkejut tapi juga Niko yang terdiam mendengar ucapan Jihan yang selama ini tidak pernah terdengar olehnya, kali ini Jihan benar benar berbeda, padahal biasanya Jihan akan meminta Niko untuk menuruti keinginan Alin bahkan ia rela berkorban.
“Tidak bisa! Karena aku juga ingin ditemani oleh suamiku sekaligus ayah dari bayi yang ku kandung!”
Deg!
Jihan dan Niko terdiam mendengar ucapan Alin, apa maksudnya saat ini Alin sedang mengandung anak Niko? Jihan menoleh pada Niko yang kini menatap terkejut pada Alin, sedangkan Alin kini tengah tersenyum melihat raut wajah Jihan yang berubah, sudah ia duga jika mereka akan terkejut terlebih Jihan yang mungkin tidak akan suka mendengar hal ini.
“Mbak Alin hamil?”
Tanya Jihan memastikan, dengan yakin Alin menganggukkan kepalanya.
“Ya, aku sedang hamil!”
Niko masih terdiam, entah mengapa rasanya aneh mendengar kabar bahagia yang baru saja Alin umumkan, antara percaya dengan tidak tapi yang jelas ia merasa bingung saat ini, Alin hamil tapi kenapa tidak ada gejala gejala yang biasa ibu ibu hamil alami?
“Se-selamat mbak atas kehamilanmu.”
Ucap Jihan mengulurkan tangannya pada Alin berharap wanita itu mau menyambut uluran tangannya namun sayang Alin hanya menatap tangannya tanpa berniat untuk berjabat tangan dengan wanita itu, ia juga tahu jika ucapan dari Jihan itu tidak ikhlas karena menganggap Jihan kini merasa tersaingi.
“Sayang, kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?”
Tanya Alin mengalungkan kedua tangannya di leher Niko seraya bergelayut manja pada pria itu membuat Jihan yang melihatnya merasa tidak tahan dan memilih untuk pergi dari sana dan segera masuk kedalam ruangan dokter dengan perasaan cemburu, ia sudah sebisa mungkin untuk menahannya tapi rasanya benar benar sakit.
“Maafkan aku mas, tapi rasanya benar benar sakit.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Anonymous
Apapun alasan tdk bisa di terima niko menikah dan sewena2, keinginan punya anak bisa di bicarakan toch dulu sebelum jumpa jihan bucin sama alina . Terlepas ambisi alina tp niko tetap bersalah tak bisa menjaga hati
2023-07-30
1
Sarry Okto
makanya sudah tau d poligami tp tetap mau jga ma tu laki, dasar bucin... jgan alasan krna hamil ga bisa pisah ma tu laki. padahal tampa suami bisa menghidupi anak sendiri, apa lagi Dy ga sendiri ada abg nya yg sayang sama Dy. tp kalo Dy tetap mempertahankan tu laki berarti Dy pun egois, alias pun pelakor d mata orang, walaupun Dy dah d bohongi.
gondok liat perempuan satu ni, da lemah, lembek, lemot lgi
2023-06-12
0