BAB 11

Niko menghampiri Alin lalu memeluk tubuh wanita itu dengan erat seraya mengucapkan terima kasih lantaran Alin mau menerima keberadaan Jihan, Alin hanya diam tak menjawab lantaran jauh di dalam lubuk hatinya ia masih belum bisa menerima wanita lain di dalam rumah tangganya.

“Aku janji akan adil pada kalian berdua.”

Alin hanya mengangguk tanpa senyuman sedikitpun, lalu setelah itu Niko pun pamit pergi untuk memberitahu Jihan tentang kabar membahagiakan ini, sedangkan Alin hanya tersenyum pahit melihat punggung Niko yang mulai menghilang di balik pintu utama rumah itu.

“Tapi sekarang saja kau sudah tidak adil padaku Niko, kau hanya selalu mementingkan wanita itu karena sedang mengandung anak mu.”

Alin membatin, sungguh ia tidak pernah menyangka akan menerima wanita lain di dalam rumah tangga nya, namun ia juga tidak bisa melepaskan Niko lantaran memang sangat mencintai pria itu sejak dulu, tidak masalah ia hanya perlu menyamakan posisinya dengan Jihan agar Niko juga memperhatikannya.

“Aku harus hamil secepat mungkin.”

Alin membatin, ia pun pamit pulang kerumahnya pada kedua mertuanya, sebelum itu ia pun meminta kedua mertuanya itu untuk menutup mulut masalah ini dari kedua orang tuanya, ia benar benar tidak ingin kedua orangnya tahu dan memaksanya untuk berpisah dari Niko.

.

.

.

Sedangkan Niko kini tak henti hentinya tersenyum selama perjalanan, ia benar benar sudah tidak sabar ingin memberitahu Jihan jika semua masalah mereka sudah selesai, dan Alin juga akan menerimanya meskipun dengan beberapa syarat, tapi ia rasa itu tidak akan menjadi masalah karena wajar saja jika Alin menolak tinggal serumah dengan Jihan.

Begitu sampai di rumah Kakak iparnya, Niko sontak saja segera masuk ke dalam rumah itu namun tiba tiba saja keberadaan kakak iparnya di depan rumahnya membuat Niko sedikit Kebingungan, bukankah Johan sedang bekerja? Tapi kenapa ia sudah kembali dan raut wajahnya juga terlihat menyeramkan.

“Kak Johan sudah pulang bekerja? Apa Jihan ada di...”

Bugh!

Belum juga Niko menyelesaikan ucapannya, sebuah pukulan sudah mendarat di wajah pri itu membuat Niko yang tak siap harus tersungkur di tanah, Niko bangkit meskipun darah kental sudah mengalir dari sudut bibirnya, pria itu menatap kakak iparnya yang terlihat semakin marah, sepertinya pria itu sudah tahu apa yang terjadi padanya dan Jihan.

“Kak, aku bisa jelaskan semuanya, aku melakukannya karena terpaksa, aku...”

Lagi lagi Niko harus menghentikan ucapannya kala telapak tangan lebar Johan berada tepat di hadapan wajahnya, Johan dengan nafas memburu menatap Niko yang mungkin ingin menjelaskan alasannya membohongi Jihan, namun semua itu tidak berlaku padanya, ia benar benar tidak akan memaafkan siapapun yang menyakiti adik satu satunya itu.

“Apa kau pikir karena kami berasal dari keluarga yang sederhana, kau bisa membohongi kami? Kau bisa mempermainkan kami? Aku tahu kau kaya sedangkan kami hanya yatim piatu yang hidup sederhana, tapi bukan berarti kami bisa di tindas dan di injak injak oleh orang orang seperti dirimu!”

Sentak Johan pada Niko yang hanya diam seraya menggelengkan kepalanya, sumpah demi apapun ia tidak pernah mempermasalahkan status keluarga seseorang, ia membohongi semuanya hanya karena tidak ingin Jihan pergi jauh darinya, salahkah jika ia egois demi cintanya?

“Tidak kak, aku melakukan semuanya karena tidak ingin jauh dari Jihan, aku benar benar mencintainya.”

Bugh!

Lagi Johan melayangkan pukulan di tubuh Niko, pria itu tak melawan dan tetap bersikeras untuk mempertahankan Jihan meskipun Johan sudah menghajarnya berkali kali, cinta? Padahal Johan sudah susah payah mempercayai Niko saat pria itu datang untuk melamar adiknya itu.

Ya, awalnya Johan menolak lamaran Niko lantaran kedua orang tua Niko yang tak merestui mereka, dan Niko meminta waktu untuk itu, dan juga ia tak begitu percaya pada pria kaya yang mengaku mencintai adiknya yang sangat sederhana itu, namun karena Jihan juga terlihat sangat mencintai Niko, mau tak mau Johan mencoba untuk mempercayai Niko.

Namun sekarang pria itu benar benar membuktikan jika apa yang Johan pikirkan dulu memang benar, ada hal tidak beres yang Niko sembunyikan dari mereka dan ia tidak akan membiarkan Niko membohongi adiknya lagi, ia tidak akan membiarkan Jihan kembali pada pria itu.

“Pergilah atau kau akan habis di tanganku!”

Sentak Johan pada Niko yang sudah melemah, pria itu menggelengkan kepalanya ia tidak akan pergi sebelum bertemu dengan Jihan, ia ingin memberitahukan kepada istrinya itu jika semua masalah mereka sudah selesai dan mereka bisa hidup bahagia.

“Kak, aku mohon biarkan aku...”

“Mas!! Mas Johannn!! Tolong, Jihan berdarah mass!!!”

Pekik Novi, istri Johan dari dalam rumah, mendengar itu tentu saja Johan dan Niko segera mengakhiri perdebatan mereka dan masuk ke dalam rumah, di sana terlihat Jihan sudah tergeletak di lantai seraya meringis kesakitan memegangi perutnya, ada bercak darah juga yang keluar dari pangkal paha wanita itu membuat semua orang panik.

“Jihan ada apa?”

“Sayang, kenapa?”

Tanya Johan dan Niko bersamaan yang panik melihat keadaan Jihan, Jihan tak menjawab dan hanya meringis kesakitan, Niko kemudian mengangkat tubuh Jihan seraya membawanya keluar dari rumah, tak peduli jika dirinya juga babak belur yang terpenting sekarang adalah istrinya dan calon bayi mereka.

“Kak, bawa mobilnya.”

Pinta Niko pada Johan, pria itu mengangguk lalu segera masuk ke dalam jok kemudi, Novi juga ikut dengan putranya, mereka kemudian segera melajukan mobil menuju rumah sakit terdekat, selama perjalanan Jihan terus saja meringis kesakitan begitupun dengan Niko yang ikut menangis melihat keadaan Jihan.

“Sabar sayang, sebentar lagi kita akan sampai dirumah sakit.”

Ucap Niko menenangkan Jihan, wanita itu tak menjawab dan terus saja berdoa agar bayinya baik baik saja.

“Bagaimana jika terjadi sesuatu pada bayi kita mas?”

Tanya Jihan di sela sela rasa sakitnya membuat Johan dan Novi dan Johan juga terkejut mengetahui adiknya itu sedang mengandung, mereka tidak tahu lantaran Jihan belum mengatakan apapun pada mereka, mendengar itu Johan segera melajukan mobil nya takut terjadi sesuatu pada calon keponakannya itu.

Kini mereka tengah berada di luar ruangan dimana Jihan sedang di periksa oleh dokter, Sejak tadi Niko tidak bisa diam dan terus saja bolak balik demi memenangkan hatinya membuat Johan dan Novi saling menatap, Novi memberi isyarat pada suaminya untuk menenangkan Niko, meskipun sempat menolak namun akhirnya Johan menurut.

“Tenang saja, semua akan baik baik saja.”

Ucap Johan menepuk pundak Niko membuat pria itu sedikit terkejut namun akhirnya mengangguk, tidak heran jika sikap Johan berubah karena memang begitulah mereka, hari mereka lembut dan tidak akan berdendam hingga berlarut larut seperti orang kebanyakan.

Tak lama kemudian dokter yang menangani Jihan pun keluar membuat semua orang segers mengerumuni sang dokter untuk menanyakan keadaan Jihan saat ini, semua orang bernafas lega kala mendengar jawaban dari sang dokter.

“Beruntung kalian segera membawanya kerumah sakit hingga nyawanya dan bayinya masih bisa di selamatkan, yang pasien perlukan hanya istirahat total, jangan biarkan dia melakukan pekerjaan sedikitpun karena usia kandungannya masih begitu muda dan rentan.”

Niko mengucap syukur, beruntung keduanya baik baik saja membuat Niko sedikit tenang, setelah dokter pergi mereka pun segera masuk ke dalam ruangan rawat Jihan, terlihat Jihan tengah terbaring dengan wajahnya yang pucat, melihat itu Niko pun segera menghampiri wanita itu dan duduk di samping brankar.

“Maafkan mas, mas tidak bisa menjagamu dengan baik.”

Ucap Niko menggenggam tangan Jihan dan mengecupnya, padahal ia sudah berjanji akan menjaga Jihan dan bayi mereka dengan sangat baik namun sekarang istrinya justru terbaring lemah di rumah sakit, meskipun bukan kesalahannya tetap saja Niko merasa bersalah.

Tak lama kemudian Jihan pun mulai membuka matanya membuat Niko pun segera menoleh pada wanita itu begitupun dengan Novi dan Johan yang segera menghampiri Jihan begitu mendengar suara wanita itu.

“Mas Niko.”

Panggil Jihan begitu melihat wajah tampan suaminya itu, Niko pun segera mendekatkan wajahnya pada istrinya itu.

“Apa bayi kita baik baik saja?”

Niko mengangguk membuat Jihan bernafas lega, syukurlah tuhan masih memberinya kesempatan untuk menjaga bayi itu di dalam kandungannya, Johan pun menatap Jihan dengan lekat, jujur saja ia masih sedikit kesal pada Jihan dan Niko namun keadaan Jihan sekarang membuatnya tidak ingin mencari keributan.

“Apa yang terjadi padamu? Bagaimana kau berdarah? Dan kenapa tidak memberitahu kakak kalau kau sedang hamil?”

Tanya Johan pada adiknya itu, Jihan hanya bisa meminta maaf karena sudah membuat semua orang merasa khawatir namun ini juga bukan keinginannya, lantaran ia juga terjatuh saat akan menghampiri kakak dan suaminya yang sedang bertengkar.

“Maafkan Jihan kak, Jihan hanya ingin melerai kalian berdua.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!