buuuuuggghhhh......
.
.
.
Saras mendongak. Sesosok pria tinggi tegap entah sejak kapan berdiri di belakangnya. Membuat wanita yang baru saja berbalik badan hendak pergi dari ruangan mengerikan itupun tanpa sengaja menabrak dada bidang tanpa kain penutup itu.
"apa kau tersesat, sayang?"
Suara itu terdengar pelan, dingin, dan mengerikan. Saras makin bergetar ketakutan.
"Di...Dion..." ucap wanita itu gugup.
Laki laki yang kini nampak bertelanjang dada itu lantas tersenyum manis, namun kini terlihat mengerikan dimata Saras. Digerakkan nya tangan kekar itu menyentuh wajah cantik itu. Dilepaskannya kacamata bening milik wanita calon istrinya itu.
"Dion, jangan...!" ucap wanita itu hendak meraih kacamatanya namun Dion mengangkat nya tinggi tinggi.
"sudah kubilang, aku melarang mu masuk ke ruang lukis ku. Kenapa kau tidak mendengarkan ku?" tanya Dion lembut dengan kepala miring. Sorot matanya menatap lembut namun mengerikan kearah wanita yang kini sesenggukan, bergetar ketakutan itu. Kacamata itu diremasnya dengan kuat. Membuat gagangnya kini nampak patah olehnya.
Saras makin ketakutan. Ia berusaha merampas salah satu alat bantunya melihat itu namun sepertinya Dion enggan memberikan nya untuk Saras.
Dengan tenang nya pria bermata sipit itu pun melempar benda tersebut masuk ke dalam tong sampah.
Dion kembali menatap wanita itu masih dalam posisi kepala miring dan senyuman khasnya.
"Dion...." ucap Saras dengan mata berair.
"ya....." jawabnya lembut sambil tersenyum.
"aku mau pulang. Hiks....." ucap wanita itu menangis.
Dion tersenyum. Makin lebar, lalu tertawa. Sebuah tawa yang terdengar mengerikan hingga menampilkan barisan gigi giginya yang putih.
"kau tahu bagaimana caranya membuatku bahagia, sayang. Aku suka mendengar tangisan gadis kecil seperti mu" ucapnya sambil menggerakkan tangannya menyentuh pipi berair calon istrinya.
Saras tak menjawab. Ia masih sesenggukan. Jari jarinya saling meremas satu sama lainnya.
Dion menggerakkan tangannya mengusap lelehan air mata di pipi wanita cantik yang kini tak berkacamata itu.
"kenapa minta pulang. Kan besok kita mau nikah" ucapnya manis. Namun lagi lagi, menakutkan..!
Tangan itu belum lepas dari pipi Saras. Dion lantas menegakkan posisi tubuhnya lalu berjalan mengitari wanita itu masih dalam posisi tangan yang sama.
"kita akan menikah, menjadi suami istri yang berbahagia, saling menyayangi, dan juga saling memberi" ucapnya seolah tengah berandai andai tentang kehidupan nya yang indah setelah menikah.
Saras makin ketakutan.
Seeeeetttt....
Wanita itu terjingkat kaget. Dion memeluknya dari belakang, dan menyandarkan kepalanya di pundak wanita itu sembari berbisik pelan tepat di telinganya.
"iya, kan?" tanyanya lirih.
Saras bergetar hebat. Matanya terpejam. Dadanya naik turun. Cairan bening itu mengalir deras tak tertahankan.
Dion mengeratkan pelukannya. Mendekapnya sambil menggerak gerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
"kamu akan memanggil aku sayang, aku juga akan memanggil kamu sayang. Kita akan bahagia, dan kita akan mempunyai anak yang manis dan lucu. Iya kan, sayang? heemm...?" tanya pria itu.
"kenapa menangis, cantik? kamu seneng kan, besok kita akan menikah?" tanya Dion lagi.
Saras dengan mata terpejam penuh air mata itu nampak menggelengkan kepalanya samar. Ia benar benar ketakutan. Ia tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya jika harus bersuamikan Dion yang menyeramkan ini.
Gerakan kepala yang samar itupun berhasil ditangkap oleh netra anak sang Malvino tersebut. Membuat laki laki itu dalam hitungan detik mengubah mimik wajahnya yang semula tersenyum berubah menjadi dingin penuh seringai.
"apa maksudmu menggeleng?" tanya Dion tanpa melepaskan pelukannya. Kini pria itu justru makin mengeratkan pelukan tangannya membuat Saras sedikit memekik karenanya.
"kita akan menikah, sayang..." ucap Dion.
Saras mulai menggerakkan tubuhnya, mencoba berontak agar dapat keluar dari dekapan tangan kekar Dionyz Aldari Miguel. Namun laki laki itu tak membiarkan nya lolos.
"tolong lepasin aku.." cicit wanita itu.
Dion makin mengeratkan pelukannya. Makin erat dan posesif. Ia tak suka ucapan Saras. Ia tidak suka dengan wanita yang menolaknya. Ia benci hal demikian.
Dion memiringkan kepalanya. Menatap wajah cantik itu dari samping, masih dalam posisi memeluk Saras dari belakang.
"kenapa kau berubah? kau tidak mau menikah dengan ku?" tanya Dion.
"Dion, tolong aku takut" ucapnya.
"aku bukan penjahat. Aku tidak akan menyakitimu selama kau bisa membuatku senang..!" ucap Dion.
"jangan menjadi seperti mereka yang selalu memandangku rendah dan sebelah mata. Aku benci orang orang sombong seperti itu..!" ucap Dion dingin.
"sekarang masuklah ke kamarmu..! persiapkan dirimu untuk menjadi pengantin ku...!" ucap laki laki itu yang kemudian dengan cepat melepaskan pelukannya atas Saras. Dalam gerakan secepat kilat, diraihnya lengan wanita itu. Menariknya keluar dari ruang lukisnya dan menyeretnya masuk ke dalam kamar Saras.
buuuuuggghhhh....
Dion melempar tubuh itu kasar. Membuat Saras yang ketakutan kini jatuh tersungkur ke lantai dingin itu.
Wanita itu mendongak. Ditatapnya pria yang kini nampak menatapnya dingin dengan kepala miring itu.
"asal kau tahu, melukis adalah sesuatu yang selalu bisa membuatku bahagia..."
"jika kau tidak bisa menyenangkan ku sebagai istri, maka akan ku pastikan, aku akan melukis wajah cantikmu, menggunakan cat merah beraroma tubuhmu, dan akan ku jadikan lukisan tubuh indah mu itu, sebagai hiasan dinding, yang akan selalu ku pandangi setiap malam" ucap Dion pelan namun mengerikan.
"persiapkan dirimu, sayang. Tampil lah secantik mungkin untukku besok pagi. Dan jangan pernah mengundang kemarahan ku lagi. Atau kau akan menyesal" ucap Dion lagi. Masih dengan suara pelan namun mengerikan.
Saras menggelengkan kepalanya. Dia bangkit dari posisinya berlari menuju pintu yang kini mulai ditutup dan di kunci dari luar oleh Dion.
Saras menggedor-gedor pintu itu seolah minta dikeluarkan dari dalam sana. Namun Dion tak peduli. Pria itu nampak menyeringai. Menjauh dari kamar itu tanpa peduli dengan tangisan sang calon istri.
...----------------...
Selamat malam...
up 19:41
mungkin untuk besok adalah episode terakhir nya Daddy Digo. Jadi setelah itu kita fokus ke sini ya...
Dan satu lagi, ini judul sama cover nya author ganti. Semoga nggak pada bingung...
yuk, dukungan dulu 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Mr.VANO
klo mau di bandingkan,,bpk tirimu mauny duit,duit dan duit,,,,tp dion mauny nyawa klo kau tak mau nurut dg katany
2023-05-26
1
Mr.VANO
tadi ny penasaran,,,skrg ketakutan yg bangat,,,,coba gak usah kepo,,,mungkin tenang hidupmu,,,keluar dr mulut rimau masuk mulut buaya,,,lebih sengsara lg
2023-05-26
1
Saodah Pratiwi
nurut mgkn lebih baik ras..drpd d lukis ihh ngeri
2023-05-15
1