"papa....." ucap seorang pria tampan, berkulit putih, berparas manis, dengan tubuh tinggi tegap itu.
Saras menoleh.
"Dion..!" ucap Malvino. Dion mendekat, memberi pelukan selamat datang untuk pria dewasa ayah kandungnya yang terpaut usia dua puluh tahun itu.
"kau melukis lagi?" tanya Malvino pada pemuda yang lengan dan bajunya nampak sedikit belepotan oleh cat warna itu.
"ya, daripada bengong..." ucap Dion sambil tertawa kecil di akhir kalimatnya. Barisan gigi gigi putihnya nampak terlihat. Matanya yang agak sipit kini terlihat makin mengecil kala tawa itu terbentuk dari bibirnya.
Malvino hanya tersenyum sambil mengusap pundak laki laki yang tingginya bahkan sama dengan dirinya itu.
Saras hanya diam. Menyaksikan interaksi antara sepasang ayah dan anak yang nampak akrab itu. Hingga..
"oh, ya. Papa kesini datang membawa wanita yang papa ceritakan padamu tempo hari" ucap Malvino.
"oh, ya?" tanya Dion.
"ya..!" ucap Malvino sembari menoleh ke arah sesosok gadis cantik yang sejak tadi hanya duduk diam diatas sofa panjang nan nyaman itu.
Dion menoleh ke arah wanita tersebut. Kedua pasang mata itu saling bertemu. Saras diam untuk beberapa saat. Laki laki itu nampak memiringkan kepalanya mengamati wajah cantik Saras. Membuat jantung Saras makin tak karuan dengan berbagai pemikiran berkembang di otaknya. Dadanya berdebat hebat antara gugup, takut, semua bercampur jadi satu.
Rupanya Malvino sudah menceritakan tentang dirinya pada Dion. Lalu apakah laki laki itu akan bersedia menikah dengan Saras yang notabene belum pernah ia temui sama sekali? ini pertemuan pertama mereka..!!
Dion masih diam. Saras melipat kedua belah bibirnya, masuk ke dalam mulutnya, seolah ingin menyalurkan kegugupan nya. Hingga kemudian....
Dion tersenyum lebar. Sangat manis dan terlihat ramah. Membuat Saras sedikit kaget dibuatnya. Wanita itu pun kemudian membalas senyuman sumringah itu dengan sebuah senyuman kaku.
"hai..." ucap pria itu.
"ha..hai..." jawab Saras gugup.
"kamu...........?" tanya Dion menggantung seolah menunggu Saras untuk menyebutkan namanya.
"Saras..." ucap Saras.
"oh, iya, Saras..! papa udah cerita cukup banyak tentang kamu ke aku...!" ucap Dion begitu ramah.
Saras tersenyum lagi. Masih terlihat kaku.
Malvino mengangkat dagunya.
"sepertinya kalian butuh waktu untuk berdua. Agar kalian bisa lebih mengenal satu sama lain" ucap Malvino.
Dion tersenyum. Lagi lagi, terlihat sangat ramah.
"boleh.." jawab pemuda itu.
Malvino tersenyum simpul. Pria itu kemudian bangkit, merapikan setelan jas nya yang sebenarnya sudah rapi itu.
"bicaralah berdua terlebih dahulu, aku masih ada urusan di luar" ucap Malvino.
Saras hanya mengangguk. Begitu juga Dion yang ikut mengangguk sambil tersenyum.
Laki laki berjambang lebat itu lantas melangkah kan kakinya, hendak berjalan menuju pintu utama rumah itu. Namun baru beberapa langkah kaki itu terayun, tiba tiba....
"pa..." ucap Dion. Membuat Malvino menghentikan langkah kakinya. Ia lantas menoleh ke arah sang putra.
"ya...." ucap Malvino.
Sorot mata keduanya bertemu. Dion menatap sang ayah dengan sorot mata dalam.
"aku butuh cat merah" ucap Dion.
Malvino diam sejenak. Mengamati paras tampan pemuda calon suami Saras itu. Lalu tersenyum simpul.
"papa akan membawakan nya untukmu nanti malam" ucap Malvino.
Dion tersenyum lembut.
"thanks, pa.." ucap Dion.
"yes, boy" jawabnya.
Pria dewasa itupun lantas berbalik badan. Kemudian berlalu pergi meninggalkan tempat itu bersama Jason yang setia mengikutinya dari belakang.
...****************...
Seperginya Malvino.
Kembali ke ruang tamu luas yang kini hanya ada Saras dan Dion disana. Saat suara mesin mobil sudah terdengar menjauh dari halaman luas rumah megah itu.
Dion menoleh ke arah Saras. Dilihatnya disana. Wanita cantik yang duduk dengan jarak yang cukup jauh dari Dion itu kini nampak menunduk. Gugup sambil merem*s remas jari jari tangannya. Dion mengulum senyum yang begitu manis. Menatap paras ayu wanita berkacamata itu.
"kok diem aja? kamu sakit?" tanya Dion membuat Saras mendongak menatap pria tampan itu.
"oh, e..enggak, nggak apa apa..!" jawab Saras.
Dion masih tersenyum manis.
"aku pengen kenal lebih jauh sama kamu..." ucap Dion.
Saras menunduk sambil tersenyum.
"biar lebih enak, kita ngobrolnya di belakang aja gimana? disana lebih sejuk udaranya" ucap Dion.
"oh, oke. Terserah..kamu aja.." ucap Saras.
Dion tersenyum manis.
"yuk..." jawabnya.
Saras mengangguk. Sepasang pria dan wanita yang mungkin sebentar lagi akan menjadi sepasang suami istri itu lantas berjalan beriringan. Menyusuri ruangan demi ruangan rumah megah dengan ornamen ornamen dan hiasan yang bernilai seni tinggi itu. Kebanyakan adalah patung dan guci guci besar. Serta beberapa lukisan berukuran besar.
Mungkin itu lukisan tangan Dion. Laki laki itu sepertinya hobi melukis, pikir Saras.
Saras nampak kembali dibuat takjub. Bukan hanya halamannya saja yang luas, tapi ruangan ruangan didalamnya juga tak ada yang sempit. Ini bahkan baru lantai dasar, belum lantai dua dan lantai tiganya.
Betapa kayanya Malvino ini..! i jadi penasaran, bisnis haram macam apa yang digeluti pria itu, sampai sampai mempunyai rumah semegah dan semewah ini.
"kamu sekarang tinggal di rumah pemberian papa?" tanya Dion.
Saras menoleh.
Rupanya laki laki itu juga sudah tahu tentang hal itu.
Saras tersenyum. Lalu mengangguk.
"iya..." jawab Saras.
"tapi nanti setelah menikah, kita akan tinggal disini.." ucap Dion.
Saras hanya diam.
Keduanya sampai di belakang rumah. Sebuah taman luas dengan rumput hijau yang tumbuh subur. Dihiasi dengan bunga bunga cantik yang nampak bermekaran, menambah suasana asri dan nyaman halaman belakang rumah sang tuan gangster. Di salah satu sudut taman, terdapat satu set meja dan empat kursi bercat putih, nampak nyaman dengan sebuah payung besar berwarna senada melindunginya dari sengatan terik mentari.
Dion mengajak Saras duduk disana. Tak berselang lama, seorang pelayan nampak datang tanpa di perintah. Pelayan wanita itu nampak membawa sebuah nampan berisi minuman dingin dan beberapa potong kue untuk mereka.
Saras tersenyum lagi. Sang pelayan pun lantas undur diri. Dion meletakkan sebelah tangannya di atas meja, menggunakan nya sebagai penyangga kepalanya. Pria itu nampak tersenyum manis ke arah Saras.
Saras yang mulai terlihat tenang lantaran merasa Dion adalah orang yang cukup menyenangkan itu lantas menegak kan posisi duduknya.
"kamu ternyata orangnya ramah ya..." ucap Saras.
Dion tersenyum.
"orang bilang kamu pendiem" imbuh wanita itu.
"cuma kata orang. Yang tau diri kita itu cuma kita" jawab Dion.
Saras tersenyum. Ia lantas mengangguk.
"em, Dion..." ucap Saras.
"ya..." jawab Dion tanpa melepaskan pandangannya.
"kamu...setuju kalau kita menikah?" tanya Saras.
"ya..!" jawab Dion sambil mengangguk.
"walaupun kita belum pernah ketemu sebelumnya?" tanya Saras.
"ya.." jawab Dion lagi.
"kamu nggak takut kalau aku jahat sama kamu. Aku cuma ngincer harta kamu, lalu ninggalin kamu, mungkin. Kamu nggak takut aku kayak gitu..?" ucap Saras.
Dion tersenyum manis lagi.
"aku pasti akan bunuh kamu kalau itu terjadi. Hihihi..." ucap Dion sambil tersenyum, diimbuhi sebuah tawa kecil di akhir kalimatnya.
Saras mengernyitkan dahinya. Agak serem ya ancaman nya. Tapi ya sudahlah, Dion sepertinya memang orang yang ramah dan suka bercanda, pikir Saras.
Wanita itu lantas meraih gelas di hadapannya, menyeruput minuman dingin itu guna menghilangkan dahaganya.
"kamu suka ngelukis?" tanya Saras lagi sambil menunjuk ke arah lengan Dion yang nampak sedikit kotor dengan noda noda cat disana.
"iya..." jawab Dion.
Saras mengangguk.
"lukisan lukisan dirumah kamu itu juga buatan kamu?" tanya Saras.
Dion tersenyum.
"bukan..! itu lukisan yang papa beli dari pameran. Lukisanku jauh lebih bagus dari pada itu. Lebih hidup, lebih menarik" ucap Dion.
"oh, ya?" tanya Saras.
"ya..." jawab Dion.
Saras mengangguk.
"jadi penasaran..." ucap Saras.
"suatu saat aku akan melukis mu. Aku janji..." ucapnya dengan sorot mata yang nampak berubah, namun tak disadari oleh Saras.
Wanita itu hanya mengangguk. Ia kembali menyeruput minumannya sembari menikmati udara sejuk taman belakang rumah calon suaminya itu.
Nikmat sekali. Sepertinya Dion memanglah orang baik. Hanya pekerjaan ayahnya saja yang buruk. Wanita itu jadi berpikir, alangkah sempurnanya hidupnya kelak memiliki suami seperti Dion. Tampan, kaya raya, ramah, baik, dan tidak neko-neko.
Sepertinya Tuhan akan membalikkan kehidupannya dalam sekejap mata dengan cara mengirimkan Dion ke kehidupan Saras. Kalau begini caranya, tanpa berbuat apa-apa pun Saras pasti akan bisa jadi konglomerat dan hidup bergelimang harta.
Ah, senangnya......
...----------------...
Selamat sore,
up 16:52
yuk, dukungan dulu 🥰😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Lulu💞
agak takut nihhh sama dion
2023-09-11
1
Retnomaulida
dion masi jd misteri,.. ngeri ngeri gimanaa gitu
2023-08-23
2
Al Fatih
jangan2 dipanggil melukisnya pake manusia saras... 😢
2023-07-31
0