Setibanya di kediaman mewah milik Dionyz Aldari Miguel.
Sepasang laki-laki dan perempuan yang merupakan calon pengantin itu nampak keluar dari mobil mewah tunggangannya setelah seorang sopir membukakan pintu untuk mereka. Dion dengan hoodie bertopi hitam itu nampak menoleh ke arah Saras. Wanita cantik itu mendekati sang calon suami. Sepasang pria wanita yang mungkin bisa dikatakan sebagai sepasang kekasih itu lantas mengayunkan kaki mereka, masuk ke dalam rumah megah bak istana itu.
Saras melirik ke arah Dion. Dilihatnya di sana laki-laki itu sudah terlihat kembali seperti biasanya. Ramah dan penuh senyum. Tak seperti tadi saat masih berada di jalan. Dion terlihat tegang, murung dan dingin. Seolah merasa tak nyaman dengan suasana bising jalan raya.
Dua orang pria penjaga yang berdiri di depan pintu rumah nampak membungkuk mana kala sepasang laki-laki dan perempuan itu berjalan melewati mereka.
ceklek...
pintu utama rumah itu terbuka. Sepasang calon pengantin itu masuk ke dalam ruang tamu yang begitu luas di sana dengan tangan yang saling bergandengan.
"kalian baru datang?" suara itu menggema membuat Dion dan Saras pun menolak ke arahnya.
Dilihatnya di sana, Malvino nampak duduk di salah satu sofa panjang di ruangan itu ditemani beberapa botol alkohol dan gelas sloki di atas meja. Tak lupa, seorang pria bertato tanpa berdiri tak jauh dari tempat Malvino mendudukkan tubuhnya.
Ya, itu adalah Jason. Si tangan kanan yang selalu setia mendampingi Malvino di manapun laki-laki itu berada.
Dion tersenyum manis, hingga memperlihatkan barisan gigi-giginya yang putih.
"papa...!" ucap pemuda itu.
"iya, aku habis jemput Saras dari rumahnya" tambah Dion.
Malvino mengulum senyum lalu mengangguk samar.
"aku mau bawa Saras ke perpus dulu, pa. Aku mau ngobrol berdua sama dia di sana" ucapnya lagi.
Lagi, pria dewasa dengan sebuah gelas sloki di tangan itu tak menjawab. Laki-laki kaya itu hanya mengulum senyum simpul lalu mengangkat tangannya seolah mempersilahkan sang putra melakukan apapun yang ia mau.
Dian menoleh ke arah Saras. Ia kemudian kembali menarik lengan putih itu untuk ikut dengannya menuju sebuah ruangan perpustakaan pribadi miliknya yang berada di dalam rumah itu.
ceklek.....
pintu perpustakaan terbuka.
Saras terdiam. Sebuah ruangan yang lagi lagi cukup luas, berisi banyak sekali rak dan berbagai buku disana.
Saras melongo melihat ruangan itu. Pantas saja orang orang mengatakan bahwa Dion adalah sosok yang cerdas. Ruang bacanya saja seluas ini. Bukunya sebanyak ini. Benar benar hebat..! Butuh berapa lama laki laki itu untuk selesai membaca buku sebanyak ini? pikir Saras.
Saras nampak menggelengkan kepalanya samar. Ia kemudian menatap punggung kokoh Dion. Dilihatnya disana pria itu nampak berdiri di samping sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan satu kursi kantor disana. Laki laki itu nampak memegang sebuah buku tebal, lalu membukanya lembar demi lembar.
Wanita itu mendekat..
"buku bacaan kamu banyak banget ya..." ucap Saras basa basi.
Dion melirik ke arah Saras. Sebuah senyuman mengerikan terbentuk dari bibirnya.
"tentu" jawabnya lalu kembali memfokuskan pandangan nya pada buku di tangannya
"ternyata selain melukis, kamu hobi baca juga ya. Keren..." ucap Saras manis sembari bertepuk tangan pelan di akhir kalimat nya.
Dion tersenyum simpul tanpa menoleh.
"tapi aku kan sekarang udah kamu ajak ke perpustakaan pribadi kamu. Ntar abis ini, kita ke ruang lukis kamu ya. Aku penasaran pengen lihat hasil lukisan kamu yang kamu bilang hidup itu" ucap Saras.
Dion menghentikan pergerakannya. Ia lantas menoleh ke arah wanita cantik berkacamata di sampingnya.
"untuk apa?" tanya Dion.
Saras nampak diam.
"ya...pengen lihat...aja..." ucap Saras ragu.
Dion memiringkan kepalanya. Menyandarkan tubuhnya di tepi meja persegi panjang itu. Tangannya kemudian tergerak. Mengusap pipi mulus wanita itu dengan lembut. Menyusuri tiap inchi wajah cantik itu dari pipi hingga ke bibir.
"aku melarang mu kesana..!" ucapnya.
"kenapa? kan aku juga pengen tahu. Kamu kan juga bilang kalau kamu pengen lukis aku" ucap Saras.
Dion tersenyum simpul.
"kau hanya perlu menurut, karena aku tidak suka ditentang..!"
"Aku akan melukis mu. Dengan cat merah beraroma tubuhmu. Tapi tidak sekarang. Nanti..!" ucap Dion tanpa melepaskan tangan nya dari wajah Saras.
"untuk saat ini, aku masih ingin menikmati kecantikan mu dengan mata, bibir dan tanganku. Bukan dengan lukisan tubuhmu" ucap pria itu lagi seolah menyiratkan sesuatu yang tak biasa.
Dion menggigit bibir bawahnya. Matanya bergerak menatap penampilan wanita cantik itu dari atas sampai bawah. Saras mematung. Tak bergerak sama sekali.
Dion menjauh kan tangannya dari wajah Saras. Ia kemudian menegakkan posisi tubuhnya. Memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku celananya.
Diamatinya lagi wajah cantik itu dengan sorot mata tajam namun terkesan penuh misteri.
Saras nampak tak nyaman. Hingga tiba tiba....
seeeeetttt.....
Dion menarik tubuh ramping itu. Membuat kedua raga yang belum terikat pernikahan itu kini saling menempel tanpa jarak.
"Di...Dion..." ucap Saras gugup.
Dion memiringkan kepalanya.
"what?" tanyanya lembut.
"ka...kamu mau ngapain?" tanya Saras.
"menurutmu?" tanyanya.
"Dion, kita kan belum nikah" ucap Saras.
"kamu mau secepatnya menikah denganku?" tanya Dion.
Saras tak menjawab. Ia bingung harus menjawab apa. Dion kembali menggerakkan wajahnya, berniat untuk mencium bibir Saras namun lagi lagi, wanita itu mengelak.
"Dion, jangan..!" ucap Saras.
Dion mengulum senyum. Ia kemudian melepaskan tubuh wanita itu. Sedikit mendorongnya dengan gerakan yang agak kasar.
Dion lantas merogoh saku celananya. Mengeluarkan ponselnya. Lalu menghubungi ayahnya yang berada di ruang tamu tanpa melepaskan pandangannya dari Saras yang kini nampak terlihat sedikit takut.
tuuuutt..... tuuuutt..... tuuuutt......
"ya, boy..." ucap Malvino dari seberang sana.
"papa, aku mau menikah dengan Saras besok pagi...!"
deeeeegggghhhh....
Saras reflek mendongak, menatap ke arah Dion. Laki-laki itu nampak menyunggingkan seringainya yang mengerikan, membuat Saras kini mulai memiliki perasaan aneh pada Dion.
"kau sungguh sungguh?" tanya Malvino.
"ya..." jawab Dion lagi.
Malvino nampak membuang nafas kasar dari seberang sana.
"baiklah..! papa akan menikahkan kalian besok pagi. Papa akan menahan Saras untuk tetap tinggal dirumah ini malam ini. Untuk memastikan pernikahan kalian lancar sampai besok pagi" ucap Malvino.
Dion tak menjawab. Ia masih memfokuskan matanya pada Saras yang nampak memeluk tubuhnya sendiri. Laki-laki itu kemudian mematikan sambungan ponsel nya secara sepihak. Ia mengangkat dagunya, menyeringai, membuat bulu kuduk Saras kini berdiri dibuatnya.
"besok kita akan menjadi sepasang suami istri" ucap Dion dingin dan mengerikan.
...----------------...
Selamat sore
up 16:30
yuk, dukungan dulu 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Dek Neng
kasian dong sisaras kalo beneran jadi nikah ama sidion
2023-08-26
1
Retnomaulida
sermmm dan deg dek kan
2023-08-23
1
Al Fatih
mending kalo dion itu vampire,, jelas dy setan yaa 😅,, lha kalo kyk gini,, MC tp menyeramkan
2023-07-31
3