Malam menjelang....
Hingar bingar dunia malam kembali mendominasi tempat kerja Anggita Pricilia Sarasvati.
Sepatu hak tinggi, rambut terikat, kacamata berlensa bening membingkai netra lentiknya. Sebuah kemeja press bodi berwarna putih dipadu padankan dengan sebuah rok mini hitam setengah paha serta sebuah stocking jala nampak melekat indah di tubuhnya. Membuat pria manapun pasti akan menelan ludah melihat penampilan gadis suci dua puluh tahun itu.
Saras berjalan menuju sebuah meja pengunjung. Membawa nampan berisi beberapa botol alkohol, sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan nya sehari hari.
Satu demi satu botol alkohol diletakkan di atas meja. Suara-suara menggoda, genit, menjurus ke pelecehan verbal terdengar sangat biasa di telinga Saras.
Bukannya ia terima begitu saja atas apa yang para pengunjung itu lontarkan padanya, tapi menanggapi ucapan ucapan itu dengan emosi hanya akan membuang-buang tenaganya. Saras sadar betul, di mana ia bekerja.
Wanita itu lantas berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Berniat menuju meja bartender untuk membantu salah satu rekannya disana. Tiba tiba ..
Seorang wanita berpakaian super terbuka nampak berjalan terburu buru menuruni tangga bangunan berlantai tiga itu. Seorang wanita malam yang malam ini ditugaskan menemani beberapa pria penyewa ruangan khusus yang berada di lantai dua bangunan penuh kemaksiatan itu.
"Ras..! Saras...!!" ucap wanita yang diketahui bernama Cindy itu.
Saras menoleh. Cindy mendekat.
"ada apa?" tanya Saras.
"ada yang nyariin lo..!" ucap wanita dengan bongkahan serba besar itu.
"nyariin gue? siapa?" tanya Saras.
"kayaknya sih bos gangster yang kemarin booking tempat di lantai dua..! dia nungguin lo di ruang VIP nomor dua..! buruan samperin..!" ucap Cindy.
Saras nampak diam. Ia cukup terkejut. Ada urusan apa bos gangster itu mencarinya? pikir wanita itu.
Saras nampak berfikir keras. Hingga ..
Wanita itu membuka mulutnya. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan salah satu anggota gangster yang sempat ia tendang kemarin?!
Mampus..!!
Jika benar, maka Saras dalam bahaya..!
Wanita itu terlihat panik. Seberani beraninya seorang Saras ia tetap punya rasa takut pada laki laki itu. Meskipun ia belum mengenal lebih dekat pria itu, namun dari penuturan beberapa temannya mengatakan, pria itu adalah anggota dari sebuah komplotan penjahat. Entah penjahat dalam bidang apa.
"Ras..!" ucap Cindy lagi sembari meraih pundak Saras dan menggoyangkan nya. Membuat wanita itupun terjingkat kaget dibuatnya.
"a...? a..apa?" tanya Saras gugup.
"lo kenapa?!" tanya Cindy nampak khawatir.
"aduh, Cin? lo bilang aja deh, kalau gue nggak masuk kerja...! bilang aja gue cuti seminggu, bapak gue mati..!" ucap Saras sekenanya.
"sinting lo..! yang bener aja lo nyuruh gue bohong ama mereka...! bisa bisa gue digarap ama semua anggota mereka..!udah, lo temuin dulu..! lagian ada masalah apa sih lo ama mereka? cari penyakit aja lo..!" ucap Cindy.
Saras tak menjawab. Ia nampak panik.
"udah ah, gue mau balik. Si om ganteng udah nungguin gue di atas..." ucap Cindy begitu genit kemudian berbalik badan dan kembali naik ke lantai dua menemui pelanggan nya.
Saras nampak bingung. Apa yang harus ia lakukan..?! Apa ia harus menemui si bos gangster itu? tapi jika iya, apa yang akan terjadi padanya setelah ini?! ia tak mau di apa apa kan oleh pria yang sudah dipastikan sadis itu.
Saras nampak bingung. Ia mondar mandir di tempat itu cukup lama sambil meremas rem*s jari jemari tangannya.
Hingga...
Saras menarik nafas panjang. Ia memantapkan hatinya. Memilih untuk naik ke lantai dua dan menemui bos gangster itu.
Mungkin ia akan minta maaf, dan menjelaskan apa yang semalam terjadi antara dirinya dan salah satu anggota gangster tersebut. Semoga saja si bos gangster itu mau mengerti.
Saras meletakkan nampan yang sejak tadi berada di tangannya itu ke atas meja bertender. Wanita berkulit putih dengan kacamata lensa bening itu kemudian melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai dua. Tempat di mana ruang VIP berada.
Sepanjang perjalanan, Saras tak henti merapalkan doa dalam hatinya. Tangannya bergerak saling meremaas jari jari tangannya. Hingga sampailah ia di depan ruang VIP nomor dua yang Cindy sebutkan tadi.
tok...tok....tok....
pintu diketuk dengan ragu ragu.
Tak ada jawaban. Namun jelas, si bos gangster itu kini sedang berada di dalam sana.
Saras dengan jantung yang berdebar hebat lantas meraih gagang pintu itu. Lalu membukanya dengan hati hati.
ceklek....
pintu terbuka
deeghh.... deeghh.... deeghh...
Jantung Saras berdebar makin tak karuan.
Musik menggema diruang itu. Cahaya lampu remang remang yang seolah ikut menari mengikuti alunan musik nampak terlihat disana. Dilihatnya, seorang pria berjambang lebat nampak duduk di sebuah sofa panjang yang berada di ruangan tersebut. Beberapa botol alkohol lengkap dengan gelas sloki nya nampak berada di atas meja. Berdampingan dengan beberapa lembar uang yang berserakan bak sampah tak berguna.
Satu tangan pria itu nampak memegang sebuah gelas berleher panjang berisi minuman keras. Sedangkan dua orang wanita nyaris tak berbusana nampak begitu bringas. Bergelayut manja pada tubuh pria itu sambil tangannya dengan berani meraba tubuh pria bermata tajam tersebut. Entah bagian mana saja.
Sedangkan di belakangnya, seorang pria bertato dan berjambang tipis dengan pakaian serba hitam, nampak berdiri dengan gagahnya.
Mata semua manusia yang berada di sana kini nampak tertuju pada Saras. Kedua pria itu kini menatap tajam ke arahnya dengan sorot mata yang begitu mengerikan.
Saras menarik nafas panjang. Mencoba untuk tetap tenang. Ia tak pernah segugup ini biasanya. Pemandangan seperti ini adalah hal yang lazim ia lihat dalam kesehariannya. Tapi entah mengapa malam ini ia merasa tremor masuk ke dalam ruangan ini.
Saras menggerakkan tangannya sedikit menurunkan rok mininya agar lebih menutupi pahanya. Wanita cantik itu kemudian mendekat.
"se, selamat malam, tuan.." ucap Saras gugup. Suaranya terbata bata.
Pria dewasa yang dikelilingi dua wanita itu nampak mengangkat dagunya. Ia lah laki laki ketua gangster yang dimaksud Cindy. Sedangkan satu pria yang berdiri di belakangnya, itu adalah tangan kanan si ketua.
Saras tak mendapatkan jawaban apapun dari kedua pria itu. Wanita yang terus mencoba tetap tenang itu melirik sekilas ke arah dua pria tersebut. Lalu menunduk saat mendapati tatapan mengerikan dari dua manusia yang terlihat dingin dan misterius tersebut.
"ta, tadi teman saya bilang, tuan mencari saya...." ucap Saras lagi. Keringat dingin nya setitik demi setitik mulai bercucuran. Suaranya bergetar. Namun sekuat tenaga berusaha ia sembunyikan.
"a, ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya Saras.
Kedua pria itu tak ada yang menjawab. Satu sudut bibir si tangan kanan ketua gangster nampak terangkat melihat kegugupan Saras yang terlihat menghibur baginya itu.
Hening. Hanya suara musik yang mengalun. Tak ada jawaban dari kedua laki laki itu.
Saras terus berdiri di sana, tanpa melakukan aktifitas apapun.
Lalu....
.
.
.
.
"bersimpuhlah di lantai, gadis kecil"
.
.
.
Bersambung...😁
......................
Selamat pagi...
up 06:51
yuk, dukungan dulu 🥰😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
kagome
durhakim emang. bapaknya dibilang mati🤣
tpi gpp si. bapk kayk gitu anggep mati aja
ya ampun dosa gue😝
2024-01-14
1
de~javu. {° ~ °}
gengster nya ganteng"
2023-09-22
1
Retnomaulida
tatapan nya pd sermm
2023-08-23
1