04:30
Diatas sebuah motor yang melaju menembus jalan lengang ibu kota.
Dua orang wanita nampak berboncengan di atas sebuah scooter matic di sana. Ia adalah Saras dan Anisa. Sepasang wanita yang sama-sama bekerja di tempat hiburan malam di kota itu namun dengan profesi yang berbeda. Saras adalah seorang pelayan. Yang tugasnya mengantar minuman pada para pengunjung disana. Sedangkan Anisa, yang lebih di kenal dengan nama Pinkan itu, ia adalah seorang wanita penyedia jasa plus pl*s. Tugasnya adalah memberikan kenikmatan bir*hi kepada para pengunjung tempat nya bekerja.
Saras dan Anisa adalah dua gadis yang dipertemukan saat keduanya sama sama bekerja ditempat hiburan malam itu. Anisa adalah gadis kampung yang diajak bekerja ke kota oleh salah satu saudara nya. Awalnya, wanita lulusan SMP itu diiming-imingi sebagai pembantu rumah tangga. Namun saat sampai di kota, wanita itu justru dibohongi. Ia dipaksa bekerja di sebuah tempat hiburan malam di kota itu.
Sebenarnya dulu Anisa juga hanya seorang pelayan, sama seperti Saras. Namun karena sebuah peristiwa kecelakaan yang menimpa ayah dan ibunya di kampung, Anisa pun dituntut untuk mendapatkan banyak uang dalam waktu singkat guna membiayai perawatan ayah dan ibunya kala itu. Seorang mucikar* di tempat itupun akhirnya mengiming-imingi Anisa untuk menjadi anak buahnya. Tak punya banyak pilihan, serta dalam kondisi terdesak, Anisa pun akhirnya memilih untuk terjun ke lembah prostitusi. Sesuatu yang sangat disayangkan oleh Saras namun tak bisa terelakkan lantaran tuntutan keadaan.
Biarpun demikian, keduanya masih bisa berteman cukup akrab. Anisa adalah wanita yang periang. Ja juga sangat baik. Membuat Saras pun begitu nyaman berkawan dengan wanita itu.
Hari ini Saras tidak membawa motor, lantaran kendaraan roda dua nya itu dibawa Adit untuk pergi ke sekolah sejak pagi. Alhasil, wanita itu pun hanya bisa membonceng Anisa pulang pergi.
"udah, Ras...! terima aja..! rezeki nomplok, tuh..!"
"kalau gue yang dapet, langsung gue bilang oke saat itu juga..! kapan lagi coba, gue dapet kesempatan punya banyak uang, mobil mewah, rumah mewah, cuma dengan cara nikah..! mana yang dinikahin ganteng banget, lagi..! rugi kalau lu tolak...!" ucap Anisa pada sang teman yang baru saja menceritakan tentang penawaran yang diberikan oleh Malvino kepadanya.
Saras yang dibonceng tak menjawab.
"kecuali kalau anaknya Malvino itu jelek, dekil, cacat, atau gimana.. itu baru lu punya alasan buat nolak dia...!"
"lah ini, udah ganteng, sopan, baik, pintar, pendiem..! Apalagi yang lu raguin dari dia, Ras? coba deh lu cek namanya di sosmed. Tadi anak buahnya Malvino itu ngasih tau lo kan tentang sosmed nya Dion. Lo cari tau dulu deh..! lo kepoin..! biar lo yakin...!" ucap Anisa alias Pinkan yang baru saja melihat foto Dion, anak Malvino.
"sumpah, kalau gue yang ditawarin, gue pasti bakal langsung bilang iya tadi" ucap Anisa lagi.
Saras berdecak kesal.
"Asli, lo berisik banget dari tadi, Nis..!" ucap Saras.
"nama gue Pinkan...!" ucap Anisa ngegas.
"bodo amat...! itu kan buat pelanggan pelanggan lo...!" ucap Saras cuek.
Kendaraan roda dua itupun terus melaju. Menembus jalanan ibu kota yang sedikit lebih lengang lantaran hari masih terlalu pagi.
...****************...
Tak berselang lama,
kendaraan roda dua berwarna hitam itu sampai di sebuah rumah sederhana dengan sebuah toko kelontong di sampingnya.
Saras turun dari motor Anisa. Kemudian menyerahkan helmnya pada wanita berkulit putih itu.
"makasih ya, Nis.." ucap Saras.
"makasih, doang..! jangan lupa, entar, kalau lo udah jadi nyonya besar, jangan lupain gue...! ajak gue shopping, jalan jalan ke luar negeri, naik jet pribadi...!" ucap Anisa sambil mencantolkan helm Saras di salah satu stang motornya.
"ck...! apasih lo?! masih itu aja yang lo bahas..! nggak jelas banget..!" ucap Saras pada sang sahabat.
"udah, ah, gue mau balik..! mau tidur..!" ucap Anisa.
Saras hanya terkekeh.
"duluan ya...." ucap Anisa.
"yookk....!!" jawab wanita berkacamata bening itu.
Anisa kemudian berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut. Saras lantas berbalik badan. Berjalan menuju pintu rumahnya lalu membukanya.
ceklek...
pintu utama terbuka.
Sepi...!
Tak ada aktivitas perjudian malam ini. Kok tumben? pikir Saras.
Wanita itu kemudian berjalan melewati ruang tamu yang nampak kosong tanpa ada siapapun disana.
"ibuk..." ucap Saras.
Tak ada sahutan. Wanita itu terus berjalan menuju ruang televisi. Saras terdiam. Dilihatnya disana bercak darah nampak berceceran di lantai keramik itu. Seolah membentuk sebuah jejak yang menuju ke arah kamar sang ibunda. Saras melotot. Dengan cepat ia berlari menuju kamar Ratih.
"ibuk..!!!!" teriak Saras.
Dilihatnya di sana, lembaran tisu yang nampak penuh dengan darah berhamburan di lantai kamar. Wanita paruh baya itu nampak berdarah-darah, duduk di tepian ranjang kamar tak terlalu luas itu.
Saras pun mendekat. Ia mendudukan tubuhnya di samping sang ibunda, lalu menyentuh pundak wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu.
"ibuk...! ibuk kenapa?!" tanya Saras khawatir.
Ratih tak langsung menjawab. Ia sibuk membersihkan darah yang terus keluar dari hidung dan ujung bibirnya.
"ibuk dipukulin lagi?!! iya?!!" tanya Saras.
Ratih masih diam.
"Ibuk, jawab Saras, Buk..!!" ucap wanita itu mulai kehilangan kesabaran. Sungguh, ia lelah melihat ibunya tiap hari menjadi korban kekerasan dari laki-laki yang sama sekali tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya itu.
"lu udah tau kan jawabannya..!" ucap Ratih lagi kemudian kembali membersihkan darah yang terus menetes disana itu.
Saras mengetatkan rahangnya. Ia menghentakkan kakinya ke lantai guna menyalurkan kekesalannya. Ia benar benar muak dengan Burhan.
"udah, lu tidur aja...!" ucap Ratih.
Saras menoleh ke arah sang ibunda.
"sampai kapan ibuk mau kayak gini, buk..! Saras aja liatnya capek tau nggak..!" ucap wanita itu.
"trus lu mau gue ngapain? lu mau gue bunuh dia? trus gue masuk penjara? adek lu siapa yang ngurusin?! lu bisa ngurusin dia?! atau lu mau gue cere ama dia? trus kita jadi gembel karena di usir dari rumah ini?! lu lupa kalau rumah ini udah atas nama bapak lu?!!" tanya Ratih dengan suara yang sedikit meninggi.
Saras menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia mengusap wajah manis itu hingga kebelakang kepalanya. Sorot matanya menatap nanar ke arah depan. Sungguh, ia tak kuat dengan kehidupan nya yang terlalu keras ini.
Saras memejamkan matanya. Menarik nafas panjang. Lalu bangkit dari tempat tidur itu seraya berkata...
"kita akan segera pergi dari tempat ini. Saras akan menikah secepatnya...!" ucap wanita itu kemudian pergi meninggalkan kamar sang ibu. Meninggalkan Ratih yang kini memanggil-manggil namanya seolah meminta penjelasan atas ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita dua puluh tahun itu.
Siapa yang menikah? dengan siapa? kapan?! berbagai pertanyaan Ratih lontarkan namun Saras sama sekali tak menjawab. Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar nya. Mengunci pintunya dari dalam lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang biru miliknya.
Saras memejamkan matanya. Hatinya kembali goyah. Ia bimbang. Apakah ini memang jalan Tuhan untuk ia dan keluarganya agar bisa terbebas dari Burhan?
Cukup lama wanita itu berpikir. Di luar kamar, Ratih sudah diam tak lagi memanggil-manggil namanya.
Saras lantas kembali mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang itu. Ia melepas tas selempang nya, kemudian mengeluarkan sebuah ponsel.serta sebuah kartu nama dari dalam sana. Sebuah kartu nama yang ia dapat dari Jason, anak buah Malvino. Dibukanya ponsel itu lalu mengetikkan sesuatu pada room chat nya dengan sebuah nomor ponsel yang belum ia beri nama itu.
"tolong katakan pada tuan anda, saya bersedia menerima tawaran nya untuk menikah dengan Dion" tulis wanita itu.
...----------------...
Selamat pagi...
up 03:40
yuk, dukungan dulu 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Retnomaulida
ceraikan aja tuh burhan,.. suka main judi dan mukul
2023-08-23
1
Mr.VANO
gak usah di ajak buhan ya saras
2023-05-25
2
Mr.VANO
keadaan yg sll buat org jd melangkah tampak di pikir,,,smg keberuntungan yg saras dpt
2023-05-25
1