Malam menjelang di sebuah kamar luas di lantai dua rumah megah milik Malvino Andreas Miguel...
Wanita cantik yang besok pagi akan menjadi seorang pengantin itu kini nampak mondar mandir di kamarnya. Pikirannya melayang kemana mana.
Hati yang dulu sudah mantap menandatangani kontrak pernikahan kini mulai goyah. Keyakinan bahwa sosok Dion adalah laki laki baik juga kini perlahan mulai memudar.
Sikap dan tindak tanduk Dion mulai terasa aneh di mata Saras. Tutur katanya, perlakuannya, ucapan ucapan aneh penuh misteri yang keluar dari mulutnya, semua terasa ambigu bagi Saras. Membuat wanita itu kini seolah berfikir dua kali untuk menikah dengan pria yang belum lama dikenalnya itu.
Saras mendudukkan tubuhnya di tepian ranjang. Diedarkannya pandangan mata lentiknya menyapu seluruh penjuru ruangan luas nan mewah itu.
Sejak sore ia berada di ruangan ini. Malvino melarangnya untuk pulang malam ini dengan alasan agar besok pagi ia tak perlu mondar mandir menjemput Saras untuk menikah.
Entah mengapa kini perasaan Saras makin tidak nyaman. Ribuan pertanyaan menggelayuti tubuhnya. Ia begitu penasaran, siapa sebenarnya sosok Dion. Kenapa laki laki itu terlihat begitu aneh dan misterius.
Saras menegakkan posisi duduknya. Suara mesin mobil yang menyala terdengar dari halaman luas rumah megah itu. Saras bangkit. Ia berjalan menuju jendela besar kamar luas itu.
Dilihatnya disana mobil mewah milik Malvino nampak keluar dari gerbang. Saras kemudian mendongak, menatap ke arah jam dinding. Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari.
Wanita itu nampak berfikir. Malvino tidak ada dirumah, Dion pasti juga sudah tidur jam segini. Jiwa kepo yang menggebu gebu mulai memberontak dalam benak Saras. Ia terlalu penasaran dengan Dion. Mungkin tak masalah jika ia keluar sebentar dari kamarnya dan berkeliling rumah megah itu. Mencari cari sesuatu yang mungkin bisa menguak tentang sosok Dion sebenarnya.
Saras mengangguk mantap. Wanita cantik itu kemudian bergegas menuju pintu kamar yang berada di sana lalu membukanya.
Wanita itu nampak celingukan, menoleh ke kanan dan ke kiri seolah ingin memastikan tak ada siapapun yang mengawasi pergerakan nya.
Saras berjalan perlahan. Mengendap endap menjauh dari kamar itu. Satu yang kini menjadi fokus pencarian Saras. Ialah ruang lukis milik Dion yang sempat ia bahas dengan laki laki itu siang tadi.
Entah mengapa kini wanita itu merasa sangat penasaran, ingin melihat seperti apa ruang lukis yang menjadi tempat favorit calon suaminya itu. Mengapa Dion tidak mengizinkan nya melihat ruangan itu. Mungkin ada sesuatu yang Dion sembunyikan disana. Pikir Saras.
Saras melongokkan kepalanya ke lantai dasar. Tak ada siapapun disana. Para pelayan sudah tidur. Sedangkan para penjaga hanya di tugaskan diluar rumah, mereka tidak diizinkan masuk ke dalam kediaman mewah itu tanpa se izin dari Malvino ataupun Dion.
Saras berjalan mengendap-endap. Mengayunkan kakinya saringan kapas dengan mata yang terus bergerak ke sana kemari, mencari keberadaan ruang lukis milik Dion yang mungkin berada di lantai dua itu. Lantaran saat pertama ia datang, ia melihat Dion turun dari lantai dua, baru selesai melukis katanya.
Saras nampak celingukan. Banyak ruangan dengan pintu kusen berjejer disana. Ia tak tahu mana pintu ruang lukis milik Dion. Baru dua kali ia menapakkan kakinya di rumah megah ini. Membuatnya pun belum terlalu mengenal ruang demi ruang yang berada di dalam rumah berlantai tiga tersebut.
Saras berjalan mendekati salah satu pintu itu. Lalu menempelkan daun telinganya disana. Barang kali ia bisa mendengar suara suara dari dalam ruangan ruangan itu. Namun rupanya hal itu sama sekali tak membantu. Tak ada suara apapun yang bisa wanita itu dengar dari dalam sana.
Saras mencoba menggerakkan tangannya. Menyentuh gagang pintu itu dengan gerakan sepelan mungkin, lalu mulai membukanya.
Tak bisa...!
Ruangan itu dikunci..! tak bisa dibuka dari luar. Saras menghela nafas panjang. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah. Menatap dinding rumah yang dihiasi lukisan lukisan mahal dan ornamen ornamen berharga milyaran, namun tak ada satupun foto keluarga yang berada disana.
Saras berjalan lagi menuju salah satu pintu lainnya. Kembali ia bergerak dengan sangat pelan, mencoba mendengarkan suara dari dalam sana, menyentuh lagi gagang pintu itu lalu mencoba membukanya. Namun lagi lagi, dikunci..! Tak ada suara apapun yang terdengar dari dalam sana.
Saras terus melakukan hal itu berulang ulang pada pintu yang berbeda beda. Namun sama sekali tak membuahkan hasil.
Saras menghela nafas panjang. Menyandarkan tubuhnya di salah satu dinding disana dengan kepala terdongak ke atas. Tak ada satu pun ruangan yang bisa ia buka. Kemana ia harus menggali identitas seorang Dion jika begini caranya.
Wanita itu membuang nafas kasar. Mungkin ini hanya perasaan nya saja. Dion hanya lah laki laki biasa. Mungkin karena memang ia tak pandai bergaul membuat nya menjadi terlihat sedikit aneh Dimata Saras. Pikir wanita itu mencoba menenangkan perasaan nya.
Saras kemudian kembali menegakkan posisi tubuhnya. Berjalan lagi hendak kembali masuk ke dalam kamarnya. Namun tiba tiba.....
Saras menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke sebuah pintu yang berada di barisan paling ujung. Dekat dengan anak tangga menuju lantai tiga.
Pintu itu belum Saras cek tadi..! Batin anak kandung Ratih itu.
Saras kembali celingukan. Menatap ke kanan dan ke kiri guna memastikan aksi nya malam ini tetap aman.
Wanita itu berjalan berjingkat dengan sedikit cepat mendekati pintu itu. Menyentuh gagangnya lalu membukanya.
Berhasil...!!
Pintu itu tidak dikunci..!
Saras membuka mulutnya lalu menutupnya dengan satu telapak tangannya. Ini satu satunya ruangan yang tak dikunci..!
Saras pun dengan segera masuk ke dalam sana. Dan....
deeeeegggghhhh......
Wanita itu diam mematung. Benar...itu adalah ruang lukis milik Dion. Sebuah ruangan dengan warna putih mendominasi. Berisi puluhan lukisan tangan hasil karya putra semata wayang Malvino itu.
Saras berjalan makin masuk ke dalam ruangan itu. Bulu kuduknya benar benar dibuat berdiri. Hampir semua lukisan Dion bertemakan iblis, pembunuhan, dan pembantaian. Warna merah mendominasi hampir semua lukisannya.
Mengerikan..!
Itu kesan pertama yang terlintas dalam benak orang jika melihat hasil hasil karya pria itu. Saras dengan dada bergetar takut itu lantas mendekati sebuah meja. Meraih sebuah buku berisi tulisan tangan yang ditulis menggunakan pulpen merah. Dibukanya lembar demi buku itu lalu membacanya....
"Dia marah. Dia jahat. Dia menolak ajakanku untuk menjadi istriku. Dia menghinaku. Dia pantas untuk ku lukis, dan ku abadikan dalam galeri kesayangan ku. Angel..." bunyi tulisan itu.
"laki laki itu mencurigai ku. Dia memukulku. Darahku menetes. Hanya setetes. Tapi dia tidak tahu bahwa aku sudah menyimpan satu botol darah milik adiknya. Angel...." bunyi tulisan lainnya.
Saras sesak. Dadanya bergetar hebat. Wanita itu nampak lemas. Dijatuhkan nya buku itu ke lantai. Ia lantas menoleh ke samping meja. Disebuah rak kayu. Dimana beberapa peralatan lukis berada disana.
Saras berjalan mendekati rak itu. Sebuah botol kaca berisi cairan merah nampak disana.
Saras menggerakkan tangannya dengan rasa ketakutan setengah mati, ia mencoba meraih botol itu. Mencoba mengangkat nya, namun saking lemah dan gugupnya, botol itu jatuh. Pecah..! Cairan merah tumpah memenuhi lantai.
Saras mundur. Bau anyir menyeruak. Seketika itu ia merasa mual. Saras sesenggukan. Ia ketakutan. Wanita itu menutup mulutnya. Dengan dada naik turun ia lantas berbalik badan, hendak keluar dari ruangan mengerikan itu. Namun....
.
.
.
.
.
.
.
buuuuuuuuuuggggghhhhh......
.
.
.
.
"apa kau tersesat, sayang?"
...----------------...
Selamat siang....
up 11:56
yuk, dukungan dulu 🥰😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Fareza Gmail.Com
syerem dari cerita hantu woihh
2024-09-25
0
Mawar Lestari
hatiku dak dik duk Thor
2023-11-23
0
Ratna Sari
berasa nonton horor tegang dan mencekam😱😰
2023-09-29
0