Hari berganti,
Saat siang menjelang. Sebuah mobil mewah nampak memasuki halaman luas rumah mewah milik Saras. Seorang supir nampak keluar dari dalam kursi kemudi. Ia lantas membukakan pintu untuk wanita cantik berkacamata yang duduk di kursi belakang mobil itu. Sebenarnya Saras berniat untuk pergi sendiri saja. Toh ia juga bisa mengemudikan mobil.
Namun rupanya sang sopir berbadan algojo itu tidak mengizinkan nya. Sesuai perintah sang Malvino, Saras dilarang keluar rumah sendirian tanpa pengawassan dari bodyguard yang sudah Malvino tugaskan untuk menjaga keluarga itu. Hal itupun membuat Saras mau tak mau hanya pasrah. Hidupnya sudah diatur dibawah surat kontrak.
Wanita itu lantas melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Ia baru saja pulang dari salah satu sekolah swasta yang berada di kota itu guna mendaftarkan Adit di sekolah barunya setelah pagi tadi mendatangi sekolah lama sang adik untuk mengurus kepindahan siswa enam belas tahun itu.
Ceklek...
Pintu utama rumah itu terbuka. Saras terdiam. Dilihatnya di sana sesosok pemuda tampan berkulit putih dengan sebuah hoodie hitam nampak duduk di salah satu sofa ruang tamunya. Pria dengan kacamata bening membingkai mata sayunya itu nampak duduk berbincang dengan sang ibu yang terlihat tersenyum lembut.
"Dion...." ucap wanita itu.
"haiii...." ucap pria itu manis dibarengi dengan sebuah senyuman yang manis pula.
Ratih melirik ke arah Dion dan Saras bergantian.
Saras nampak tersenyum kaku.
"kamu, kesini?" tanya wanita itu lagi lalu mendekati sang calon suami dan duduk di sampingnya. Laki laki itu lantas tersenyum. Menatap wajah cantik itu dengan posisi kepala sedikit miring.
"iya..! aku pengen ketemu kamu...." ucap laki laki itu tanpa lepas memandangi wajah cantik wanita dua puluh tahun itu.
Saras pun demikian.
"oh iya, ada apa?" tanya Saras
"aku mau jemput kamu. Kita harus kerumah. Kamu udah lama nggak nemuin aku" ucap Dion
"ke rumah kamu?" tanya Saras.
"ya...! aku kangen kamu, sayang" ucap Dion lagi. Tanpa mengubah posisinya, ataupun arah pandangannya
Saras terkekeh.
"kan kita baru ketemu kemarin. Lagian kan kita belum nikah." ucap Saras.
"hihihi...." Dion terkekeh, hingga memperlihatkan barisan gigi gigi putihnya. Saras mengernyit. Begitu juga Ratih yang merasa sedikit merinding mendengar suara tawa pria itu.
Dion menggerakkan tangannya. Mengusap bibi merah muda wanita itu dengan ibu jarinya, sedangkan ia sendiri nampak menggigit bibir bagian bawahnya.
"kamu milikku. Kamu hanya boleh berdekatan denganku. Jarak waktu paling lama jauh dariku hanya lima detik. Selebihnya tidak boleh..!" ucap Dion pelan sambil mengusap usap bibir Saras. Membuat Saras kini nampak mematung karena nya.
Ratih menatap calon mantu dan anaknya itu secara bergantian.
Saras tersenyum kaku.
"sekarang lepas tas mu. Dan ikut aku" ucap Dion lagi.
Saras diam sejenak. Lalu mengangguk samar. Dion tersenyum lebar, hingga memperlihatkan barisan gigi-giginya yang putih. Dilepaskannya tangan itu dari bibir Saras.
Saras kemudian bangkit. Menyerahkan tas selempang nya itu pada sang ibunda.
"surat surat kepindahan sekolah nya Adit ada di situ, buk." ucap Saras. Ratih hanya mengangguk dengan sedikit ragu. Dion masih tersenyum.
Wanita itu kemudian pamit dengan sang ibu, untuk pergi ke rumah Dion bersama calon suaminya tersebut.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam dengan kaca gelap pun menjadi tumpangan sepasang pria dan wanita itu. Sedangkan seorang sopir berbadan algojo nampak mengemudikan kendaraan itu dengan tenang.
Dion memang tidak pernah mengendarai mobil sendirian. Ia selalu pergi bersama supir kemanapun ia ingin pergi.
Sepanjang perjalanan, tak ada perbedaan antara Dian dan Saras, ataupun si sopir selaku pengemudi nya. Para manusia itu hanya diam. Dion sama sekali tak bergerak. Ia justru nampak menunduk, menutupi kepalanya dengan menggunakan kupluk hoodie hitamnya. Sedangkan tangannya sejak tadi nampak asyik memainkan sebuah rubik. Mengacak acak warnanya, lalu menyusunnya dengan cepat. Kemudian mengacak acaknya lagi, menyusunnya lagi dengan cepat, dan terus seperti itu hingga berkali kali.
Saras menoleh. Ia sedikit memiringkan kepalanya mencoba menatap wajah sang calon suami.
"Dion..." ucap Saras.
Dion tak menoleh.
"kamu dari tadi diem aja kenapa? kamu sakit?" tanya wanita itu.
Dion tak menjawab.
"Dion...." ucap Saras lagi.
Laki laki itu lantas menoleh. Menatap sang calon istri dengan sorot mata yang sulit diartikan dalam posisi kepala miring.
"aku tidak suka keramaian" ucapnya pelan namun terdengar sedikit mengerikan.
Saras membuka mulutnya. Lalu mengangguk samar.
"oh...oke..." ucap wanita itu kemudian. Jujur saja, meskipun dia adalah orang yang terlihat baik, ramah, dan murah senyum, tapi dalam hati Saras merasa ada sesuatu yang janggal dari laki-laki itu. Sifatnya sedikit aneh. Tingkah lakunya agak berbeda. Jika tersenyum kadang terlalu berlebihan, dan ada beberapa hal lain yang membuatnya Saras merasa Dion sedikit misterius.
Entahlah...apakah itu hanya perasaan nya saja atau bagaimana...!
Saras kembali menegakkan posisi duduknya. Merebahkan tubuhnya di sandaran kursi belakang mobil mewah berwarna hitam itu.
Lampu lalu lintas menunjukkan warna merahnya. Pertanda semua kendaraan yang melintasi ruas jalan itu wajib berhenti untuk sejenak. Tak terkecuali mobil yang ditumpangi oleh Dian dan Saras. Kendaraan roda empat itu juga berhenti disana. Berbaris bersama beberapa pengguna jalan lain yang juga melintas di jalan raya itu.
breeeeengggg....breeeeeeennggg.....
Sebuah motor berknalpot bising muncul dari belakang. Ikut berhenti mengantri di lampu merah itu, tepat di samping mobil yang kini Dion tumpangi.
Seorang pemuda berjaket kulit hitam, dengan warna kulit tubuh sawo matang serta rambut gondrong yang nampak tipis di sisi kanan dan kirinya itu terlihat beberapa kali menggeber geber motor berwarna hitam kombinasi putih miliknya. Membuat suara knalpot yang memang sangat bising itu kini terasa makin memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.
Dion menoleh ke arah pemuda yang sepertinya berusia kurang lebih dua puluh lima tahunan itu. Ditatapnya sang pria yang tak menyadari keberadaan Dion itu dengan sorot mata tajam. Seringai khas seorang psikopat terbentuk dari bibirnya.
"fu*king loser...!" ucapnya pelan tanpa melepaskan pandangannya dari pria di sampingnya itu.
...----------------...
Selamat pagi,
up 07:07
yuk, dukungan dulu....
Semoga nggak kabur ya dengan ceritanya yang agak serem dikit....
jangan lupa mampir ke karya temen author juga..👇👇👇👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Retnomaulida
semoga saras mampu merubah prilaku buruk dion
2023-08-23
1
Al Fatih
kaka itu kalo pilih visual,, knp sih slalu cocok sama karakter tokohnya,, seneng aq 🤭,,
2023-07-31
1
Mr.VANO
ak sll berdoa untk saras thor,,,,biar dia baik2 sj,,,puny suami separo ikan separo buaya
2023-05-26
3