Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Kenapa Len?" tanya mama mertua Magdalena.
"Ma, bisa datang ke rumahku lusa malam buat makan malam?" kata Magdalena.
"Ada apa Len?"
"Aku dan mami sudah tahu kalau bukan Axel yang mengubah tulisan Martha. Juga bukan Marvel."
"Lalu siapa?"
"Kami belum tahu Ma. Tapi logikanya kalau bukan Axel pelakunya, saat itu juga HARUSNYA Axel kan ngebantah, harusnya dia bilang ke Lieke bukan dia pelakunya dan dia kejar Lieke agar enggak pergi kan Ma?"
"Iya ya." Kata Mamanya Pieter. Dia juga ikut bingung kalau terbukti bukan Axel yang menukar kertas itu, kenapa Axel tak berani membantah?
"Kami yakin Axel ditekan orang Ma. Makanya kami ingin ngebujuk dia untuk berani mengungkapkan kenapa dia menutupinya dari kita."
"Axel kayaknya diancam seseorang yang ada disana saat kejadian, jadi dia tak berani bertindak Ma. Makanya kita harus memberi tahu dia kalau kita semua ngedukung Axel menghadapi tekanan itu."
"Kalau hanya Pieter yang bilang dukung dia kayaknya nggak ada guna. Maka kami minta mama dan papa juga Ecky ada."
"Oke Mama akan bilang pada papa bahwa lusa kita akan makan malam di rumahmu."
"Ya lusa Ma. Aku juga bilang ke Ecky sebagai ahli hukum dia harus ada."
"Oh iya bagus itu. Upayakan biar pelaku dibinasakan aja. Mama benci sekali orang yang merusak rumah tangga orang lain. Terlebih ini rumah tangga cucu Mama."
"Iya Ma yang penting support dari Mama dan papa aja."
"Iya."
\*\*\*
"Mamiiiiiiii …" Teriak Helly sambil menubruk Clarissa yang sedang duduk menjahit.
"Kamu main tubruk aja. Kalau Mami jatuh gimana?" Clarisa kaget Helly menubruk dia yang sedang duduk. Untung dia sedang duduk sambil menjahit.
"Kalau kamu ketusuk jarum gimana?"
"Mami lihat deh," Helly tidak menjawab protesnya Clarissa.
"Lihat apa? Kalau bicara tuh yang bener." Clarisa mendidik putri-putrinya agar jadi anak yang sopan.
Di panti ini bila ada anak lelaki usia lima tahun akan di oper ke panti khusus laki-laki. Clarissa tak mau menahan anak lelaki. Dia hanya menahan anak perempuan.
Dan dia selalu upayakan sebelum lima tahun anak dalam panti ini udah diadopsi orang.
Empat yang tersisa sampai dewasa sekarang memang tak ada yang pilih. Dan itu tak masalah buat Clarissa.
"Ini nih, tadi aku tuh sama Kak Betty jualan lihat nih lihat Mi," Helly bicara antusias, sambil dia buka bukunya.
"Ini pesanan kita Mi. Tadi barang kita habis kita jual, eh masih ada dua sih karena mereka ingin model lain."
"Masih ada sisa dua dari yang semua itu?" Clarissa tak percaya kalau hasil kreasi putri-putrinya terjual laris manis.
"Iya Mi. Dari segitu banyaknya sisa dua," kata Betty.
"Lalu ini Mi pesanannya, size-nya juga warna dan nomor telepon mereka Mi. Mereka nggak mau kalau barangnya nggak cepet dibikin malah ada yang sudah mau kasih DP tapi kita nggak berani terima takut nggak ada barang."
"Mengapa mereka mau kasih DP?" tanya Clarissa.
"Masalahnya mereka mau pakai buat satu minggu lagi. Katanya mau ada pesta."
"Oh gitu, ya udah kamu kabarin Kak Nina sama Kak Vero, biar mereka langsung belanja," kata Clarissa."
"Nanti Kak Vero belanja sama aku. Biar Kak Nina ngerjain yang lain." Kata Betty.
"Ya sudah cepat kalian lapor jangan lupa pesanannya di rekap disusun di buku besar lagi."
"Pencatatannya yang benar, jangan sampai salah terlebih nomor telepon.,"
"Kalau nomor telepon kita sudah ditempel stiker di tiap plastik kemasan baju Mi, lengkap dengan IG kita. Jadi semua pasti akan tahu dan mencari ke sana bila ingin pesan lagi."
"Baguslah," kata Clarissa dia tak menyangka usaha anak-anaknya berjalan dengan cepat dan bagus.
Vero dan Karina terbelalak melihat pencapaian promosi adik-adiknya. Mereka langsung semangat.
"Ayo kita langsung rekap uang modal dengan uang lainnya."
"Kemarin Kak Lieke bilang kan ambil uang modal, lalu Sisanya dibagi dengan rincian 50% untuk kas panti."
"Sisa 50% yang lainnya baru kita bagi untuk honor kita juga untuk apa kemarin?" kata Veronika.
"Buat operasional misalnya kita hitung biaya air, listrik dan lain-lain."
"Biaya listrik panti beda dengan yang masuk uang kas. Uang kas 50% ke panti itu wajib kata kak Lieke." Sahut Betty
"Oh ya biaya operasional termasuk tukang sampah juga."
"Sampah rasanya enggak ada tambahan. Kain perca kan kita kumpulin buat nanti kita bikin sesuatu," kata Helly.
"Ya sudah kita rinci biaya operasional. Pokoknya semua lah operasionalnya kita masukin ke sana. Kalau belum dipakai ya kita simpan aja di pos biaya oprasional. Kali aja kita butuh dana buat mbetulin mesin atau yang lainnya," kata Vero.
"Ya sudah ayo kita hitung."
Mereka berhitung berempat sesudah itu baru mereka nanti akan belanja.
Hari ini Lieke memang pergi sehingga adik-adiknya nggak bisa konsultasi sama dia tapi mereka sudah dimandatkan tugas masing-masing sehingga mereka nggak bingung.
\*\*\*
Lieke pergi ke percetakan papi kandungnya yang sekarang dipegang oleh om Florentinus.
"Ada apa Om panggil aku?"
"Ini Liek laporan income."
"Selama ini biasanya juga nggak pernah ke aku. Kenapa Om?"
"Kayaknya ada seseorang yang ingin ngegembosin keuangan. Dia terima order. Lalu lapor ke kantor Order batal. Tapi ke konsumen tetap dia kerjakan hanya di oper ke pihak lain yang kasih harga lebih murah."
"Kemaren ada konsumen komplain. Pas di cek datanya enggak ada. Tapi dia terima bukti kalau kita kerjain order dia dwngan mutu jauh dibawah kita."
"Om belum tegur orangnya. Mau lapor kamu dulu. Untung ketahuan sama Om. Om takut kamu nuduhnya Om main api."
"Ya ampun Om. Om itu adiknya papi Steve nggak mungkinlah aku curiga sama Om."
"Om nggak tenang. Om takut kalau orang ini menggembosi usaha papimu sehingga kamu harus kontrol."
"Baik Om, aku akan kontrol sesekali tapi Om tetap bantu aku ya."
"Om akan tetap bantu kamu," kata Florentinus. Dia bukan pengangguran. Dia memiliki perusahaan juga jadi, usaha ini hanya dia pegang karena amanat dari kakak kandungnya disuruh mengawasi karena ini adalah punya Lieke.
"Apa kamu mau kerja di tempat Om karena sekarang kamu resign dari perusahaan mertuamu. Walau perusahaan Om enggak sebesar usaha mertuamu."
"Enggak lah Om. Sementara aku di rumah aja. Cukup uang rutin yang selama ini aku tabunh. Nanti kalau aku sudah melahirkan baru aku mungkin kerja di tempat Om."
"Atau aku langsung pegang penuh percetakan papi ini," kata Lieke.
"Begitu lebih baik," jawab om Florentinus.
"Ya udah pokoknya Om udah laporin ya. Om takut sekali karena ini amanat. Amanat dari papi kandungmu ke papi Steve. Dua bulan sebelum meninggal papi Steve kasih amanat ke Om supaya megang usaha ini. Karena itu adalah punya kamu anak yatim piatu Om nggak mau kalau amanat itu salah. Tentu tidak akan berkah," kata Florentinus lagi.
"Aku ngerti kok."
"Pokoknya kamu juga kesehatan."
"Ya Om. Terima kasih, salam buat tante Chyntia."
"Oke nanti Om kasih tahu ke tantemu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments