Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Mamiiiiii," teriak Lieke sambil jalan cepat dan terisak. Dia tentu tak berani berlari mengingat sedang hamil empat bulan.
Clarissa melihat anak kesayangannya datang dengan mobil aslinya.
Clarissa melihat wajah Lieke yang penuh air mata, dia peluk putrinya.
"Ada apa sayang? Kenapa?" Tanya Clarissa lembut.
"Aku nggak kuat Mi. Aku nggak kuat," kata Lieke sambil menangis.
"Jangan seperti itu. Ayo duduk, anak Mami kuat. Anak Mami paling kuat, anak Mami hebat. Jangan mengeluh seperti itu."
"Kita wanita kuat, kasihan baby mu kalau kamu sedih. Jangan pernah menyerah pada keadaan."
"Selama ini kamu hebat kok. Walau Mami belum denger cerita apa pun dari kamu, tapi Mami yakin kamu bisa mengatasinya." Clarissa minta pada seorang yang ada di dekatnya untuk bikin minum teh hangat buat Lieke.
"Minum dulu tehnya ya. Tenang … tenang ada Mami."
"Mami selalu ada buat kamu, seperti kamu yang selalu ada buat Mami," kata Clarissa.
"Mami aku minta tolong boleh?" akhirnya Lieke bisa bicara diantara sesenggukan bekas menangisnya.
"Kamu nggak perlu minta tolong. Katakan apa yang kamu mau," Clarissa tahu, putrinya sedang dalam kesulitan besar. Clarissa tahu hari ini acara gender reveal party. Tadi saat dia mau berangkat, tiba-tiba ada bayi baru ditemukan di sebuah rumah kosong dan para tetangga meminta agar Clarissa yang merawat karena bayi juga masih titipan polisi. Sehingga Clarissa membatalkan berangkat ke pestanya Lieke, sampai urusannya dengan polisi selesai dua puluh menit lalu.
"Aku mau minta izin menginap disini sementara, sampai aku dapat rumah kontrakan." Jelas Lieke.
"Jangan seperti itu. Rumah ini adalah rumahmu. Kamarmu masih tetap utuh tak ada yang boleh pakai karena itu memang milikmu sejak kamu kecil."
"Kamu enggak sendirian. Mami nggak ingin kamu tinggal sendiri di luar. Kamu tak boleh keluar dari rumah ini kalau memang sendirian."
"Mami enggak izinkan kamu ngontrak sendirian," begitu Clarissa jelaskan pada putri sahabatnya itu.
"Sekarang kamu ceritakan apa yang terjadi pada Mami."
Lieke pun menceritakan kejadian tadi d rumah Axel.
"Aku nggak tahu apa membuat Axel seperti itu Mi. Dia koq tega berbuat itu ke aku. Aku seperti sampah yang tidur dengan lelaki lain yang bukan suamiku."
"Aku perempuan yang sangat kotor di mata semua undangan Mi. Aku sungguh enggak berharga sama sekali." Lieke kembali terisak mengingat kejadian yang baru dia alami.
"Mami tadi bilang aku kuat. Aku Akan bertahan untuk bayiku. Besok aku akan resign dari kantor papa Pieter. Aku akan bikin surat pengunduran diri dan akan aku kirim lewat ekspedisi."
"Aku nggak bawa apa pun dari rumah itu. Semua yang aku bawa milik aku sendiri. Semua perhiasan yang pernah aku beli waktu aku masih gadis, tabunganku sendiri."
"Aku nggak bawa pemberian Axel atau mama dan papa, baik mobil mau pun perhiasan dan semua pakaian."
"Mami tahu. Mami bukan satu hari atau dua hari kenal kamu! Sejak kamu lahir pun Mami kenal. Sampai saat kedua orang tua kamu menitipkan kamu ketika kamu umur 5 tahun."
"Mami kenal kamu sebelum kamu kenal Mami sayang."
Clarissa menerima Lieke ketika anak berusia lima tahun. Bambang Mujiono dan Munirah Suprapto kedua orang tuanya menitipkan putri mereka karena akan pergi ke Bandung.
Ketika itu entah kenapa orang tuanya datang membawa semua pakaian dan mainan Lieke.
"Aku titip anak kami ya," kata Munirah atau Ira ibunda Lieke. Dia sahabat Clarissa sejak SMP, di SMA mereka satu kamar di asrama putri. Berlanjut hingga mereka kuliah hingga lulus bersama.
"Kenapa Ra? Biasanya dia kamu bawa kan?" Bukan tak mau dititipi Lieke, saat itu Clarissa hanya merasa aneh akan kelakuan Ira.
Clarissa yang tak punya anak tentu senang dititipi Lieke. Saat itu Clarissa dan Steve sudah punya tujuh anak yang mereka asuh.
Karena sejak awal menikah Steve tahu tak akan bisa punya anak. Dirinya mandul.
"Aku rasanya kok punya firasat enggak enak. Maka aku titip kamu ya," kata Bambang Mujiono papinya Lieke.
"Kamu kayak ke siapa aja, kami senang koq di titipin Lieke. Dia juga enggak rewel kalau sama aku," ujar Steve kala itu.
"Memang kamu mau berapa lama?" Tanya Clarissa saat itu.
"Mertuaku sakit, aku belum tahu berapa lama. Dan karena mertuaku sakit, aku pasti harus ngurusin kedua orang tua itu. Nanti kasihan Lieke harus tersisih. Kalau dia rewel malah pada marah padanya," jawab Ira maminya Lieke.
"Kamu tahu kan dari dulu Lieke juga senang di sini," ini memang bukan pertama kali Lieke dititip di rumah Clarissa.
Ira sering titip bila dia harus lembur bersama Bambang. Mereka memang punya usaha percetakan sendiri.
"Ini buku tabungan Lieke. Ini semua surat-surat Lieke," Ira menitipkan satu map plastik yang saat itu tak dibuka oleh Clarissa.
"Kenapa semua kamu titipin?"
"Entah kok rasanya ingin taruh ini semua ke kamu," jawab Ira saat itu sebelum pergi bersama suaminya.
Lalu mereka pamit sambil tak henti menciumi wajah Lieke seakan itu pertemuan terakhir mereka.
"Kakak jangan rewel sama papi Steve dan mami Rissa ya. Jaga semua adik-adik. Mami dan papi pergi jauh dulu. Papi dan mami akan awasin Kakak terus." Pesan Bambang sebelum pergi.
Steve dan Bambang memang membiasakan Lieke jadi kakak anak asuh Steve.
Tiga jam kemudian Clarissa menonton berita bahwa bus yang dinaiki pasangan Mujiono terbalik dan masuk ke jurang.
Pasangan itu tak selamat! Clarissa baru tahu mengapa Ira menitip satu map plastik tebal. Disana ada surat keterangan lahir Lieke, buku nikah pasangan itu serta surat kepemilikan rumah dan tabungan deposito Lieke sejak TK hingga kuliah.
Steve baru tahu mengapa dua minggu sebelumnya Bambang menjual mobil dan motor mereka. Rupanya itu langsung disetor ke tabungan Lieke.
Di map itu ada surat bermaterai kalau kedua pasangan menitipkan Lieke dibawah pengasuhan Steve dan Clarissa. Surat bermaterai, juga surat kuasa untuk mengurus semua hak milik Bambang dan Ira pada Steve dan Rissa.
Dalam surat bermaterai mereka juga memberi semua kekayaannya kepada Clarissa untuk diolah menjadi milik Lieke itu sebabnya Lieke tak pernah kekurangan apa pun.
Tapi tetap aja memang Lieke anaknya rajin menabung.
Tanpa bekerja pun dia tetap bisa kuliah karena dia masih punya rumah dan tabungan kedua orang tuanya yang dititipkan untuknya.
Ketika Lieke kelas tiga SMP semua itu diceritakan oleh Steve pada Lieke sebelum Steve meninggal.
Steve menitipkan Clarissa pada Lieke. Jadi sejak kecil dia tahu mami dan papinya siapa, dan siapa Clarissa dan Steve sesungguhnya.
Lieke bukan bayi yang dibuang dan tak jelas asal usulnya. Dia anak wiraswasta muda yang mandiri. Dia bukan anak ditinggal sembarangan tapi lahir dari pasangan harmonis yang terhormat dan mendapat kecelakaan ketika akan pergi ke Bandung.
Sejak SMP nenek dan kakeknya dari mami dan papinya juga sudah meninggal semua jadi Lieke memang tidak punya keluarga lagi. Dia tidak tahu siapa paman dan bibinya yang pasti Lieke bukan anak yang dibuang oleh orang tuanya karena Clarissa adalah sahabat dari maminya Lieke.
"Ya sudah kamu sekarang masuk kamarmu. Kamar itu bersih kok, selalu dibersihkan oleh anak-anak. Kamu istirahat aja tidak baik buat baby mu kalau kamu sedih dan terlalu lelah."
"Istirahatlah Kak, nanti aku turunin kopermu," sapa seorang gadis yang masih tinggal di rumah itu membantu Clarissa merawat anak asuh yang sekarang makin banyak karena Clarissa dan Steve telah membuat yayasan resmi untuk panti asuhan mereka.
"Aku nggak bawa koper lain, cuma bawa ini aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Anonymous
Test dna laa
2024-01-12
1