Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
JANGAN LUPA SUBSCRIBE YAAA
"Mami sudah taruh dua orang pengawal di belakang Axel. Mami pengen tahu semua gerakan Axel di luar kantor. Mami ingin tahu siapa yang menekan dia," Maria sudah sangat marah karena rumah tangga cucunya berantakan akibat perbuatan orang lain.
Maria mau pun Magdalena tahu betapa cintanya Axel pada Lieke dan calon bayi mereka.
Maria mau pun Magdalena sudah tahu calon cucu atau cicit mereka adalah laki-laki karena Martha memberitahu saat membahasnya sore itu di rumah Axel.
Sejak Lieke dipastikan hamil, Axel tak pernah satu kali pun tak mengantar bila Lieke akan periksa kehamilan. Axel juga yang sangat ingin diadakan gender reveal party.
Setelah melihat kalau bukan Axel pelaku penggantian kertas, Maria dan Magdalena plong karena keturunan mereka bukan perusak rumah tangga dirinya sendiri.
"Saat ini kita harus giring Axel agar mau bekerja sama dengan kita, bila ingin Lieke kembali." Maria menutup rapat kecil mereka.
"Ya Mi, terima kasih. Aku akan undang mama dan papa ( mertua Magdalena ) juga Ecky selain Axel nanti di rumahku. Jadi semuanya harus terungkap. Kasihan Axel kalau tersiksa seperti sekarang." Magdalena akan mengatur waktu untuk pertemuan penting agar Axel mau bercerita pada mereka.
"Kamu pikir hanya Axel yang tersiksa? Lieke dan **BABY W** lebih tersiksa!" Maria menyebut bayi Axel adalah baby W karena nanti akan membawa nama Wibowo di belakang namanya.
\*\*\*
"Lucu ya," kata Hellena atau yang biasa dipanggil Helly. Dia yang termuda dari empat anak SLTA di panti asuhan.
"Ya lucu. Kita harus bisa menjualnya." Ucap Betty.
"Kita pasti bisa Kak nggak mungkin barang bagus begini nggak bisa dijual," kata Helly lagi.
"Kita harus bisa membantu kak Lieke dan mami." Veronika ikut nimbrung.
"Iya kami enggak bisa jahit jadi kami harus bantu jual kak Vero. Kami akan upayakan yang terbaik." Janji Betty.
Mereka pun semangat untuk membantu usaha Lieke agar lancar.
Mereka bertekad melancarkan usaha panti karena usaha itu bukan usaha Lieke.
Lieke bilang itu usaha untuk panti asuhan. Untuk hidup dirinya Lieke bilang dia cukup dari usaha percetakan yang dikelola om Florentinus, adik papi Steve.
Clarissa menjahit yang menggunakan tangan misalnya mengesum bawah baju atau memasang kancing, yang semuanya harus dikerjakan dengan tangan.
Clarissa senang bisa membantu usaha anak-anaknya dan ada kegiatan tambahan selain mengurus para bayinya.
Lieke tak percaya hasil kreasi adik-adiknya. Mereka memberi contoh dress yang mereka mau atau apa yang mereka bayangkan, lalu Lieke membuat patron atau pola baju rancangannya.
Dua hari mereka memulai, sekarang sudah banyak tersedia baju bayi ready yang siap mereka pasarkan.
"Kalian jangan keenakan cari uang lalu lupa belajar ya. Kakak enggak mau."
"Tugas utama kalian belajar. Membantu disini nomor empat. Nomor dua kalian harus urus adik-adik. Nomor tiga kalian bertanggung jawab kebersihan dan kerapihan panti."
"Iya Kak, kami mengerti," jawab ke empat adiknya hampir bersamaan.
Pola yang sudah Lieke potong memang langsung di obras. Dan Veronika serta Karenina yang menjahit. Mereka bergerak cepat dan hasilnya tak terduga untuk seorang pemula seperti mereka.
"Wow bagusnya." kata Lieke setelah baju disetrika oleh Betty.
"Nanti kita foto dengan baby yang pakai baju ini Kak. jadi biar ada foto real. Bisa juga dibikin video buat promonya."
"Pakai background banner usaha atau suasana panti, jadi jelas ini adalah produk kita." Helly biar paling muda dalam usia, tapi kalau di ide dia paling hebat dari ketiga kakak nya.
"Wah keren idemu. Ada kan baby yang ukurannya pas?" Tanya Lieke.
"Banyak lah Kak. Kita bisa gunakan mereka untuk model." Jawab Betty.
"Eh modelnya harus dibayar loh! Itu anak Mami," kata Clarissa menggoda Lieke.
"Tenang aja kita akan berikan baju itu sebagai bayarannya," kata Veronica.
"Ah kalian dasar pelit." Mereka semua tertawa bahagia.
\*\*\*
"Tadi kemana Ma?" tanya Pieter. Sejak tadi dia tumben tak melihat istrinya di kantor dan baru datang sore ini.
"Aku ada perlu aja sama mami. Aku mau bicara boleh?"
"Memang selama ini kamu dilarang bicara?" kata Pieter. Magdalena tersenyum.
"Aku sama mami udah tahu bahwa Axel nggak merubah tulisan itu Pa."
"Kamu tahu dari mana?" Pieter kadang sering bingung istri dan mertuanya bisa mendapat info akurat tentang suatu hal tanpa dia bisa duga.
"Sudah Papa nggak usah tanya, yang penting kita punya bukti itu. Axel nggak ngerubah lalu ternyata juga bukan Marvel pelakunya."
"Berarti ada orang yang ingin rumah tangga Axel hancur Pa."
"Sekarang kita wajib selidiki beban yang Axel tanggung. Kenapa dia ketakutan tidak mau bilang bahwa bukan pengganti tulisan itu."
"Tadi mama dan mami pikir, kalau memang Axel bukan pelaku dan dia tak berani menyangkalnya saat dipesta, itu pasti karena pelaku pengancaman ada di pesta!"
"Sosok itu melihat kejadian sehingga bikin Axel takut."
"Sekarang kita harus membuat Axel merasa kita dukung dia Pa. Kita mau peluk Axel. Buat dia nyaman supaya bercerita siapa yang menekan dia dan apa konsekuensinya kalau dia melawan orang itu."
"Itu yang harus kita katakan pada Axel. Kita bilang semua konsekuensinya akan kita tanggung bersama!" kata Magdalena.
"Oke kapan mau dibikin. Papa jadi pengen langsung hajar orang itu."
"Mami bisanya lusa. Kalau kita bikin besok malam ya percuma karena enggak ada mami."
"Ya udah bikin aja kalau gitu."
"Aku akan hubungi papa dan mama. Papa hubungi Ecky ya."
"Ya," jawab Pieter sambil men-dial nomor Ecky.
\*\*\*
"Kenapa Bro?" tanya Ecky sepupu Magdalena.
Pieter menceritakan apa yang dikatakan oleh Magdalena. Dia meminta Ecky datang agar bisa ikut mensupport putranya.
"Aku bisa kok, besok aku sudah kembali ke Indonesia. Jadi luasa aku bisa datang."
"Lho, kamu lagi dimana?"
"Aku sedang di Singapura mengurus kerjaanku."
"Oke lusa malam aku tunggu di rumahku." Pieter sangat berharap Ecky bisa hadir.
"Aku catat dijadwalku agar aku nggak pergi ke mana-mana atau bikin janji dengan yang lain," kata Pieter.
"Oke, take care dan save flight besok ya."
"Thanks ya bro."
\*\*\*
"Tumben Mama ke sini?" kata Axel melihat kedatangan Magdalena di ruang kerjanya.
"Karena Mama mau bicara sama kamu. Kalau enggak buat apa nyamperin anak seperti kamu?"
"Lusa malam kamu ditunggu sama Papa di rumah."
"Ada apa Ma?"
"Ini buat masa depanmu dan Lieke. Kalau kamu mau Lieke kembali padamu, kamu harus datang jam 06.00 sore di rumah mama lusa," kata Magdalena.
"Ya enggak bisa jam 06.00 lah Ma. Aku baru keluar kantor jam 05.00. Kalau aku telat gimana?"
"Biasanya kamu bisa keluar kantor kapan pun kamu mau. Kenapa sekarang pakai alasan? Ada apa?" desak Magdalena.
"Aku enggak ada apa-apa Ma. Tapi besok itu kita meeting dari jam 03.00 sore. Aku takutnya jam 05.00 baru selesai."
"Meeting apa, di mana?"
"Di kantor Ma, soal target penjualan."
"Pilihannya dua. Majukan atau batalkan!" kata Magdalena lalu dia keluar ruang kerja anaknya tanpa mau diskusi lagi dengan Axel.
"Mama kalau sudah punya mau pasti begitu!" gerutu Axel melihat kepergian mamanya.
"Aku majukan saja meeting jadi jam 01.00 habis makan," kata Axel sambil mengangkat intercom di mejanya untuk menghubungi Marvel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Rahma Inayah
lanjut
2023-05-05
1