The Tears Of Wedding

The Tears Of Wedding

Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku

Langkah kaki ku terasa lemah, aku hanya bisa menatap sendu setiap orang yang lalu lalang di depan rumah sakit. Tampak beberapa penjual makanan dengan membawa keranjang kecil di tangan mereka, dari perempuan dan anak kecil sibuk menawarkan dagangannya. Belum lagi keluar masuk orang-orang dari luar dan dalam rumah sakit. Aku dan suamiku sedang berada di warung makan yang berada tepat di depan rumah sakit Umum Tunas Bangsa. Kami duduk di bibir pintu masuk rumah makan tersebut, sehingga aku bisa melihat jelas pemandangan yang ada di depan rumah sakit. Suara pengamen yang berada di depan warung makan pun seolah menambah rasa gundah ku. Bait lagu yang mengungkapkan ‘pulangkan aku pada ayah ibu ku’.

Siapa yang tak merasakan kesedihan yang begitu mendalam. 7 tahun menikah, namun aku dan suami ku belum dikaruniai seorang anak. Bukankah tujuan menikah salah satunya memiliki keturunan. Setiap yang menikah pasti mendambakan kehadiran anak. Akan tetapi kenyataan yang aku terima, satu jam yang lalu. Seorang dokter spesialis kandungan mengatakan bahwa aku dan suami kesulitan mendapatkan buah hati, karena masalah terdapat pada rahim ku. Saat waktu libur waktu mondok. Aku pulang kerumah, dan kejadian yang menjadi sebab hari ini aku harus menerima pil pahit. Dimana dulu, aku terjatuh dari sepeda. Kejadian itu membuat aku harus dilarikan kerumah sakit untuk operasi panggul.

Tuba falopi ku bermasalah, Tuba falopi adalah saluran yang menghubungkan ovarium dan rahim. Ketika ovulasi, sel telur akan berjalan dari ovarium menuju rahim melalui tuba falopi. Di saluran ini lah sel telur akan bertemu dengan sel s p e r m a untuk menghasilkan p e m b u a h a n. Itulah penjelasan yang aku bisa dapatkan dari dokter spesialis kandungan yang memeriksaku tadi.  Sebuah pertanyaan tentang apakah aku pernah menjalani operasi di bagian perut atau panggul, serta beberapa penyebab lain yang biasanya menyebabkan tuba falopi seorang wanita tersumbat. Maka aku hanya bisa mengamini jika aku pernah di operasi bagian panggul saat masih remaja.

Tiba-tiba kurasakan genggaman pada tangan ku. Tangan yang terasa kasar di setiap sela antara jarinya. Mas Guntur, ia adalah seorang lelaki yang melamar ku dengan perantara Gus Furqon. Saat itu, ia ditemani oleh gurunya. Keinginannya menikah dengan seorang santri, ia utarakan pada Gus Ali. Seorang pengasuh dari sebuah pondok pesantren yang beda kabupaten dengan Pondok Pesantren Kali Bening. Mas Guntur menggenggam erat tangan ku. Ia tarik tangan kanan ku, ia sembunyikan di bawah meja makan.

 

“Wes, ndak usah dipikirkan. Dokter Cuma manusia, kita akan berusaha dan meminta pada Allah. Pintu ke surga bukan hanya lewat menjadi seorang ibu. Apapun yang terjadi, jangan berpikiran jika rasa cinta mas akan berkurang. Sedikit pun rasa sayang mas pada mu, tak berkurang hanya karena masalah ini. Seng penting, ndak usah cerita sama ibu.” Ucap Mas Guntur menenangkan hati ku.

Ah, ibu. Ya, Ibu nya mas mertua ku lah yang menjadi salah satu alasan aku dan Mas Guntur sampai harus mengambil tabungan kami di bank, untuk periksa ke dokter Obgyn. Kami harus merogoh uang lumayan hanya untuk periksa dan menebus beberapa obat. Hampir satu juta lebih kami harus membayar ketika selesai pemeriksaan, biaya pemeriksaan dan beberapa obat atau vitamin. Semua kami lakukan karena setiap hari, kedua orang tua mas Guntur selalu membahas perihal anak. Mas Guntur yang merasa bahwa diriku selalu disudutkan oleh ibunya, maka ia pun meminta ku agar mau periksa. Setidaknya, ikut program hami. Kami memang tadi mendaftarkan diri untuk mengikuti program kehamilan.

Mas Guntur begitu paham akan perasaanku, ia seoalah ahli nujum atau dukun. Tanpa aku menceritakan kesedihan ku, pasca keluar dari ruangan dokter spesialis kandungan tersebut, Mas Guntur sudah menebaknya dengan menenangkan hatiku.

“Kalau ibu bertanya? Kita ndak mungkin bohong mas…” Ucap ku pelan.

“Jawab saja, disuruh kontrol setiap vitaminnya habis. Toh memang tadi dokter bilang seperti tadi kan?” Tanya Mas Guntur.

“Tapi mas…” ucapku khawatir,

“Wes, maem dulu. Nanti keburu sopirnya telepon.” Ingat Mas Guntur pada ku.

Kami ke kota menggunakan angkutan umum, travel pribadi milik pak Kunto. Maklum, kami tinggal di desa. Dimana jarak untuk ke kota hampir 3 jam lamanya. Mas Guntur yang menginginkan kami tak menggunakan motor. Karena alasan SIM nya belum di perpanjang.

Tak berapa lama, kehadiran pelayan di warung itu membuat tanganku reflek mengambil gelas kopi, semangkuk pindang beserta lauk pauknya. Aku menyajikan di depan mas Guntur saat pelayan tersebut meletakan piring-piring tersebut di meja kami. Ketika semua selesai ku tata rapi di hadapan mas Guntur. Aku menyodorkan air kobokan kearah tangan mas Guntur. Ia pun hanya menyematkan senyumnya. Ia pun memberikan satu mangkok air kobokan ke arah ku. Mau tidak mau ku tarik sudut bibir ku, aku tak ingin menambah rasa duka mas Guntur.

Bagaimanapun, ia pasti merasakan hal yang sama dengan diriku. Kami membaca doa makan, sudah menjadi kebiasaan mas Guntur, mau ditempat ramai atau dirumah. Ia akan makan dengan menggunakan tangan tanpa sendok. Aroma pindang tulang dari rumah makan itu pun membuat suasana makan mas Guntur terasa begitu bersemangat. Aku bisa melihat beberapa kali ia menghirup kuah pindang tersebut menggunakan sendok dengan tangan kanannya yang baru saja ia gunakan untuk menyuap nasi.

Aku sendiri tak menikmati satu suapan nasi dan pindang yang ada di hadapan ku. Aku masih memikirkan perihal kehamilan ku. Saat semua belum jelas saja, kedua mertuaku sudah begitu sering menyindirku. Apalagi untuk ke depan, saat jelas-jelas sumber kami tak memiliki anak karena masalah terletak pada diriku.

Hampir 3 jam perjalanan pulang, selama di perjalanan pulang aku hanya menatap keluar jendela. Berbeda dengan mas Guntur, suamiku itu bisa terlelap di sisi ku. Aku sudah paham bahwa suamiku tipe lelaki yang tak mengedepankan perasaan tetapi logika. Maka tak heran disaat aku merasa sedih, suamiku justru tertidur lelap selama perjalanan pulang. Belum lagi kondisi perut yang kenyang membuat dirinya semakin lelap, walau kendaraan yang kami tumpangi cukup ngebut.

Saat malam hari, aku pun berkunjung ke rumah mertuaku, seperti biasa. Aku membawa oleh-oleh dari kota tadi. Aku sudah menyiapkan hati, mental ku. Untuk menghadapi Bu Sumi, mertuaku. Mas Guntur lebih dulu berangkat. Ia tadi menghadiri kenduri di tetangga yang tak jauh dari rumah Bu Sumi. Jarak rumah ku dengan rumah mertuaku sekitar 10 rumah. Maka aku pun berjalan sambil membawa bungkusan yang berisi salak dan buah naga. Buah favorit kedua mertua ku. Serta sebuah roti yang hanya di jual di minimarket atau supermarket. Sebuah roti tawar yang terasa begitu lembut dan empuk.

Kembali malam ini, air mata ku jatuh. Air mata pernikahan ku kembali membasahi kedua pipi ku. Tepat ketika aku sudah berjarak 2 meter saja dari rumah Bapak dan Ibu mertuaku. Ku dengar suara lantang mertua laki-laki ku tampak sedang meninggikan suaranya. Rumah yang terbuat dari papan tersebut membuat aku berhenti dan menyandarkan tubuh ku pada dinding papan yang berada di sisi kanan rumah. Tangan ku gemetar, air hangat pun membasahi pipi ku. Bahkan senter yang ku pegang pun terjatuh ke tanah yang basah karena baru saja di guyur hujan. Dada ku begitu sesak. Ku tutup mulutku dengan ujung jilbab. Aku tak ingin mas Guntur atau kedua mertuaku tahu jika aku ada disana. Karena suara dengan nada tinggi terdengar begitu jelas di telingaku.

“Bapak mau kamu menceraikan Sekar. Atau jika tidak, Sekar harus mengizinkan kamu menikah lagi dengan Arum! Titik! Tidak ada tapi-tapi!” Bentak Pak Kisno yang tak lain adalah ayah mertuaku.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ah akhirnya baru baca judul ini setelah hampir lupa😄

2023-12-21

2

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Baarokallohu fiiki...
smg lncr dan sukses ya, Kak.... ☺

2023-12-06

1

RizQiella

RizQiella

apakah arum ni mamanya gaffi

2023-11-09

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2 Bab 2 Mengenang Masalalu
3 Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4 Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5 Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6 Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7 Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8 Bab 8 Mual dan Muntah
9 Bab 9 Bertemu Arum
10 Bab 10 Amarah ku
11 Bab 11 Permohonan Arum
12 Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13 Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14 Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15 Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16 Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17 Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18 Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19 Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20 Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21 Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22 Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23 Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24 Bab 24 Kegelisahan hatiku
25 Bab 25 Melepas Rindu
26 Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27 Bab 27 Pentingnya Ilmu
28 Bab 28 Bertemu Umi Laila
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Madu Ku
31 Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32 Bab 32 Jalan Surga ku
33 Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34 Bab 34 Arum
35 Bab 35 Kematangan Emosi
36 Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37 Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38 Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39 Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40 Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41 Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42 Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43 Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44 Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45 Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46 Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47 Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48 Bab 48 Korban Cinta
49 Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50 Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51 Bab 51 Kabar Bahagia
52 Bab 52 Terbentur Biaya
53 Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54 Bab 54 Jagalah Hati
55 Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56 Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57 Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58 Bab 58 Niat Suami Ku
59 Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60 Bab 60 Hoaks
61 Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62 Bab 62 Klenik
63 Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64 Bab 64 A1
65 Bab 65 Pasca Pemilihan
66 Bab 66 Kades Viral
67 Bab 67 CELENG
68 Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69 Bab 69 Kades Kere
70 Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71 Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72 Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73 BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74 Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2
Bab 2 Mengenang Masalalu
3
Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4
Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5
Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6
Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7
Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8
Bab 8 Mual dan Muntah
9
Bab 9 Bertemu Arum
10
Bab 10 Amarah ku
11
Bab 11 Permohonan Arum
12
Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13
Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14
Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15
Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16
Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17
Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18
Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19
Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20
Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21
Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22
Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23
Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24
Bab 24 Kegelisahan hatiku
25
Bab 25 Melepas Rindu
26
Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27
Bab 27 Pentingnya Ilmu
28
Bab 28 Bertemu Umi Laila
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Madu Ku
31
Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32
Bab 32 Jalan Surga ku
33
Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34
Bab 34 Arum
35
Bab 35 Kematangan Emosi
36
Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37
Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38
Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39
Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40
Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41
Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42
Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43
Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44
Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45
Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46
Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47
Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48
Bab 48 Korban Cinta
49
Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50
Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51
Bab 51 Kabar Bahagia
52
Bab 52 Terbentur Biaya
53
Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54
Bab 54 Jagalah Hati
55
Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56
Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57
Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58
Bab 58 Niat Suami Ku
59
Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60
Bab 60 Hoaks
61
Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62
Bab 62 Klenik
63
Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64
Bab 64 A1
65
Bab 65 Pasca Pemilihan
66
Bab 66 Kades Viral
67
Bab 67 CELENG
68
Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69
Bab 69 Kades Kere
70
Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71
Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72
Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73
BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74
Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!