"Arum bilang apa?" Tanya Mas Guntur yang melambatkan laju motor honda win miliknya.
"Tidak ada, kami ngobrol biasa." Ucap ku.
"Ndak usah bohong. Wajah mu menyiratkan sesuatu. Ia yang tak berani mengantarkan mu sampai ke teras juga petanda bahwa kalian baru terlibat obrolan hangat." Ucap Mas Guntur seraya menggenggam tangan kanan ku yang melingkar di pinggangnya.
"Arum minta aku mengizinkan Mas Guntur menikahi dirinya." Ucap ku.
Air mata jatuh membasahi pipi ku. Air mata yang dari tadi ku tahan agar tak jatuh di hadapan Arum. Aroma khas tubuh Mas Guntur membuat aku sedikit tenang sehingga rasa lemah pada hati ini membuat aku tak mampu menahan air mata ku.
"Sampai kapan pun. Mas tidak akan menikahi siapapun. Dan tidak akan meninggalkan kamu." Ucap Mas Guntur. Diakhir ia mengecup punggung tangnku yang berada di atas perutnya. Kini ia bahkan meletakkan tangan kanan ku diatas dadanya. Seraya ia pun menahan punggung tangan ku.
"Berjanjilah Sekar, kamu tidak akan meminta aku poligami atau pun berpisah. Aku ingin kamu yang pertama dan terakhir dalam hidup ku. Ada atau tanpa kehadiran seorang buah hati diantara kita." Ucap mas Guntur yang menghangatkan hati ku. Ucapan yang mampu membuat aku semakin hari semakin cinta padanya.
"Kenapa mas?" Tanyaku lirih.
Ia tak menjawab pertanyaan ku. Tiba di rumah, saat aku menyiapkan baju ganti mas Guntur. Ia menahan tangan ku.
"Kamu mau tahu kenapa alasan mas mengucapkan kalimat tadi?" Tanyanya penuh gairah.
Aku tersenyum karena suasana dingin mungkin membuat suami ku sedang ingin mandi hujan bersama ku. Agar hati dan pikirannya sejuk.
"Buka baju mu, Dik.... " Bisik mas Guntur pada ku.
"Kita ndak terawih dulu mas?" Tanya ku.
"Sekar... Buka baju mu, Dik." Titahnya lagi.
Aku pun dengan patuh membuka jilbab dan baju ku, bagiku tak ada alasan untuk mengatakan tidak untuk suatu permintaan yang menjadi haknya suami,sekalipun dalam keadaan lelah. Baru saja akan ku turunkan resleting baju bagian depan, tangan mas Guntur menahan jari-jari ku melanjutkan nya.
"Kamu lihat, bagaimana bisa aku menyakiti kamu istriku, Sekar. Wanita itu harus di muliakan. Maka hatinya, harus ikut bahagia tanda ia di muliakan. Bagaimana seseorang suami mampu menyakiti hati, apalagi fisik istrinya. Sedang kalian para istri menyerahkan kehormatan kalian dengan mudah, patuh penuh keridhaan pada kami para suami. Jauh ku bawa kamu ke pulau Sumatera tanpa sanak saudara. Kamu melayani aku dengan baik Sekar.... Sekarang aku tanya padamu. Apakah jika ayah atau ibu mu yang saat ini meminta kamu membuka baju mu dihadapan mereka. Kamu mau membukanya?" Tatapan mas Guntur pada ku kian intens.
Aku menggeleng pelan dan menunduk malu dengan satu tangan masih menggenggam resleting bajuku.
"Bukan kah aurat adalah harta kalian para perempuan. Bagaimana bisa saat harta itu sudah aku miliki, aku akan meninggalkannya saat ia mulai pudar... dengan alasan kamu tak sempurna? Kamu tak lagi menarik? Sedangkan kamu telah menyerahkan apa yang selama ini orang tua mu rawat tak pernah mereka lihat setelah kamu baligh? Aku menyayangimu kamu Sekar. Terlalu mulia kamu, istri ku yang telah menyerahkan hidup mu untuk aku yang juga tak sempurna." Ucap mas Guntur pelan.
Aku memeluk tubunya erat. Ku tumpahkan rasa kesedihan ku selama ini. Usapan pada rambut panjangku pun membuat isak tangis ku kian menjadi.
"Hiks.... Hiks.... Terimakasih karena cinta mu yang begitu besar, terimakasih karena cara mu memuliakan aku, membuat aku merasa menjadi perempuan paling beruntung mas.... " Tangis ku dalam pelukan nya.
Ya, apa yang dikatakan mas Guntur ada benarnya. Kami perempuan harus di muliakan, di perlakukan, dan di gauli dengan baik. Baik Dzohir dan batin. Bagaimana tidak. Orang tua kami sedari dalam kandungan hingga bayi, balita, Anak-anak lalu dewasa. Mereka biayai kami, mereka asuh, didik kami dengan ikhlas. Kami menjaga mahkota kami, harta kami yaitu aurat. Saat baligh, kami di bawa suami kemana ia ingin membawa setelah menikah. Namun sekalipun orang tua sedari kecil merawat, tak pernah mereka meminta kami melakukan hal yang bagi perempuan satu hal memalukan. Membuka bajunya, dihadapan orang tua. Orang tua pun tak pernah meminta saat anaknya baligh, mereka meminta anaknya melakukan itu. Namun suami, karena demi mendapatkan ridho-Nya, karena termasuk istri sholehah adalah yang pandai melayani suami. Kami perempuan rela melakukan hal hina jika dihadapan orang lain, tetapi bernilai ibadah dihadapan suami..
Padahal ayahku juga mahram ku, ibuku sama-sama perempuan. Tetapi jika mereka meminta apa yang baru saja mas Guntur minta. Aku tentu menolaknya. Tetapi anehnya dihadapan lelaki yang berstatus suami, dari awalnya ia orang asing. Tak ikut membesarkan ku, tak ikut merawat ku, aku rela dengan senang hati melakukan apa yang ia minta. Maka sudah sepantasnya kami perempuan di cintai, diperlakukan dengan lembut karena jiwa, raga kami. Kami serahkan pada kalian wahai para suami. Malam ini, cinta ku dan mas Guntur kian tumbuh mekar.
Jika pernikahan ku harmonis dan bertahan cukup kuat dari banyak badai, ialah cara kami merawatnya. Komunikasi kami, saling menghormati, saling menurunkan ego saat emosi datang. Dan selalu ingat tujuan menikah bukan hanya mencetak anak atau keturunan....
"Terimakasih atas cinta mu, Mas. " Ucapku pada nya di tengah derasnya hujan.
Caranya memuliakan aku membuat aku tak peduli akan banyak cobaan dan rintangan yang hadir menghantui masa depan rumah tangga kami. Termasuk kesendirian disaat usia tua nanti karena tak memiliki keturunan.
Jika banyak yang bertahan di sisi pasangan nya karena bersabar, tapi aku bertahan di sisi Mas Guntur karena cintanya padaku yang menimbulkan kesabaran ku akan setiap cobaan dan takdir yang datang walau tak sesuai impian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
barang langka orang seperti mas Guntur mah di jaman sekarang, bisa dihitung jari deh,,,
2023-12-22
3
Mukmini Salasiyanti
aihhhhh
dah mulai. menetes nih..
The tears of wedding
2023-12-06
1
Lili Aprilia
😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
siapa yang menabur bawang disini
2023-08-28
1