Bab 9 Bertemu Arum

Mas Guntur segera mendekati ku, sadar ucapannya salah. Ia pun meralat ucapannya.

"Maaf, maksudnya mas. Mungkin masuk angin." Ucapnya pada ku.

Namun gurat wajah bahagianya tak bisa membohongi aku. Raut wajahnya menyatakan bahwa ia menantikan momen dimana ia akan menjadu ayah. Ada rasa sedih, sedih belum mampu menjadi wanita sempurna untuk mas Guntur.

"Ndak masuk angin, Mas." Ucap ku saat Mas Guntur telah memakai pakaian lengkap.

"Lah kok bisa muntah begitu?" Tanya nya penasaran.

"Biasa ibu-ibu kalau sudah kumpul. Ceritanya sampai ke mana-mana. Aku nya ga tahan denger cerita nya. jadi mual." Ucap ku.

Namun aku cepat memejamkan kedua mata. Tak ingin pikiran ku kembali melalang buana akibat ucapan Mbak Ani. Sebenarnya dua orang tetangga ku adalah hiburan sendiri bagi ku. Ada Mbak Ani dan Neneng. Mereka berdua adalah tetangga di kanan dan kiri rumah ku.

Karena puasa ku batal. Aku pun ingin mendapatkan pahala dari sisi lain. Maka aku meminta izin mas Guntur untuk membuat es buah untuk ku bagikan saat nanti akan berbuka puasa. Mas Guntur mengamini apa yang ingin kulakukan. Ia tahu jika aku sedang bersedih karena harus menambah hitungan hutang puasa ku.

"Mas ambil pepaya di kebun belakang. Kayanya kemarin ada yang matang." Ucapnya.

Aku pun mulai menyiapkan semua yang akan ku racik untuk membuat es buah. Kebetulan pagi tadi aku memetik buah naga dari kebun sisi rumah. Beberapa batang buah naga yang aku tanam saat mendapatkan pembagian bibit buah naga gratis dari pemerintah desa. Hari kian sore, saat aku hampir selesai menyiapkan cup-cup yang telah ku isi buah-buah. Aku pun menyiapkan lauk untuk kami berbuka puasa.

Namun tiba-tiba ada suara khas Neneng dari arah pintu belakang.

"Yu.... Mbak Yuuuuu..... " Panggil Neneng padaku.

Aku pun bergegas mengambil kerudung ku. Khawatir Neneng datang bersama suaminya. Ternyata ia datang seorang diri.

"Neng.... kebiasaan. Mbok ga usah banter-banter." Nasihat ku pada Neneng yang merupakan ibu rumah tangga baru. Ia baru kurang lebih satu tahun menikah.

"Hehe.... " Ucap nya seraya cengegesan.

"Dini mana?" Tanya ku penasaran. Anak bayi nya yang berusia satu bulan tak ada dalam gendongan nya.

"Tidur, tak tinggal. Mbak Sekar. Aku uang seratus ribu wae, sama garem sedikit, ada ga?. Mas Leo ga pulang-pulang. Keburu buka puasa. Nanti ngomel pula dia, padahal dia yang salah." Ucap Neneng dengan mimik wajah setengah cemberut.

Ia menyerahkan cangkir plastik ke arah ku.

"Kalau uang, aku ga berani Neng. Mas Guntur lagi pergi. Tapi kalau mau beras dan garam. Aku ada." Ucap ku pada Neneng. Ia pun mengangguk seraya menjawab pertanyaan ku.

"Ya ndak papa mbak, cukup buat ngeliwet sampai sahur saja ndak papa." Ucapnya.

Aku tak berani meminjamkan atau menggunakan uang jika tanpa izin mas Guntur. Walau itu untuk kebaikan. Toh selama ini semua uang yang aku simpan dan kelola adalah hasil dari kerja keras mas Guntur. Namun untuk semua sembako di rumah, mas Guntur pernah bilang. Kalau ada orang butuh buat makan kasih saja beras atau sembako yang memang selalu ada di dapur ku.

Aku tersenyum melihat dirinya, ia bisa dikatakan korban cinta. Belum tamat SMA, saat satu minggu lagi ujian nasional. Ia justru di nikahkan oleh orang tuanya karena hamil dua bulan. Aku pun beranjak dari tempat ku. Ia duduk bersandar di pintu dapur.

"Masuk toh Neng, ga elok duduk di depan pintu begitu." Ucap ku.

Aku pun pergi ke arah kaleng bekas cat yang biasa kujadikan tempat menyimpan beras yang sudah ku tampi. Neneng pun menerima beras, garam dan plastik hitam yang ku berikan padanya.

"Opo iki mbak?" Tanya nya seraya menengok isi kresek hitam yang ku berikan padanya.

"Ada kacang panjang, keburu tua kalau buat besok. Tadi aku ambil di kebun. " Ucap ku.

Aku tadi memetik cukup banyak kacang panjang karena khawatir jika di petik besok justru terlalu tua. Niat hati ingin ku berikan pada Neneng. Namun pucuk di cinta ulam pun tiba. Ia datang sendiri dan ternyata betul-betul lagi butuh. Suaminya hanya kenek bangunan. Maka biasanya Neneng belanja menunggu satu minggu sekali.

Ia pun pergi dari rumah ku, cukup bahagia rasanya setiap kalo bisa membantu meringankan beban tetangga atau saudara. Dan itu kadang disalah artikan oleh orang yang tak bisa merasakan apa yang aku dan mas Guntur rasakan. Bahkan Mbak Ani pernah menasehati aku untuk tidak menjadi lilin bagi orang lain. Tapi jadilah cahaya rembulan, yang kadang hadir dinanti namun tak mengorbankan dirinya sendiri karena masih bisa bersinar.

Entahlah kenapa dengan aku dan Mas Guntur. Kami selalu merasa bahagia disaat mampu membantu orang lain. Dan perasaan itu kembali mengujiku. Pagi hari saat dimana mas Guntur sedang pergi ke kota. Aku seperti biasa, jumat siang aku akan menghadiri acara mauli Barzanji yang diadakan kebetulan di rumah jamaah kampung sebelah. Saat selesai, hujan lebat tak kunjung reda. Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik. Aku tak asing dengan wajahnya. Ia mendekati aku dan membawa payung, ia pun mengajak ku mampir ke rumahnya. Hari hampir maghrib, aku tak berani mengemudikan sepeda motor ku disaat hujan lebat. Karena ban depan yang telah gundul.

"Mampirlah sebentar Mbak. Saya mohon, sekalian ada yang ingin saya bicarakan dengan mbak. Sebentar lagi buka puasa." Ucap nya ramah.

Aku pun menatap langit. Maka aku pun menganggukkan kepala, ku kunci stang motor ku walau perempuan yang menggunakan gamis batik itu mengatakan jika aman, tak akan hilang motor h0nda astrea milik Mas Guntur.

Saat tiba dirumah yang terdapat banyak tanaman kembang kertas, aku pun masuk kedalam.

"Ibu sedang ke kota. Menginap dirumah adiknya." Ucapnya. Saat ku tatap jelas di bawah cahaya lampu. Bibir ku mengucapkan satu nama dengan sedikit bergetar.

"Arum?" Tanya ku penasaran.

"Ya, mbak Sekar memangnya tidak mengenal aku?" Tanya nya dengan wajah yang putih pucat.

Selama ini jika ia terlihat cantik tadi, semua karena make up nya. Saat ini wajahnya putih tanpa make up. Suasana gelap karena mendung dan hampir maghrib membuat ku tak terlalu mengamati wajah perempuan ini. Kupikir ia anak dari salah satu ibu-ibu pengajian.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Todong ku pada Arum langsung.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

waduh ada pembicaraan apa nih nanti

2023-12-22

2

RizQiella

RizQiella

istri dan calon istri, 😄

2023-11-11

1

Uyhull01

Uyhull01

haihhh pasti bicara soal Mas Guntur ini,

2023-05-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2 Bab 2 Mengenang Masalalu
3 Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4 Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5 Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6 Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7 Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8 Bab 8 Mual dan Muntah
9 Bab 9 Bertemu Arum
10 Bab 10 Amarah ku
11 Bab 11 Permohonan Arum
12 Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13 Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14 Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15 Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16 Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17 Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18 Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19 Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20 Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21 Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22 Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23 Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24 Bab 24 Kegelisahan hatiku
25 Bab 25 Melepas Rindu
26 Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27 Bab 27 Pentingnya Ilmu
28 Bab 28 Bertemu Umi Laila
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Madu Ku
31 Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32 Bab 32 Jalan Surga ku
33 Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34 Bab 34 Arum
35 Bab 35 Kematangan Emosi
36 Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37 Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38 Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39 Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40 Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41 Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42 Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43 Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44 Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45 Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46 Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47 Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48 Bab 48 Korban Cinta
49 Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50 Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51 Bab 51 Kabar Bahagia
52 Bab 52 Terbentur Biaya
53 Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54 Bab 54 Jagalah Hati
55 Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56 Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57 Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58 Bab 58 Niat Suami Ku
59 Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60 Bab 60 Hoaks
61 Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62 Bab 62 Klenik
63 Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64 Bab 64 A1
65 Bab 65 Pasca Pemilihan
66 Bab 66 Kades Viral
67 Bab 67 CELENG
68 Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69 Bab 69 Kades Kere
70 Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71 Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72 Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73 BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74 Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2
Bab 2 Mengenang Masalalu
3
Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4
Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5
Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6
Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7
Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8
Bab 8 Mual dan Muntah
9
Bab 9 Bertemu Arum
10
Bab 10 Amarah ku
11
Bab 11 Permohonan Arum
12
Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13
Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14
Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15
Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16
Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17
Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18
Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19
Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20
Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21
Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22
Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23
Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24
Bab 24 Kegelisahan hatiku
25
Bab 25 Melepas Rindu
26
Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27
Bab 27 Pentingnya Ilmu
28
Bab 28 Bertemu Umi Laila
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Madu Ku
31
Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32
Bab 32 Jalan Surga ku
33
Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34
Bab 34 Arum
35
Bab 35 Kematangan Emosi
36
Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37
Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38
Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39
Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40
Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41
Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42
Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43
Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44
Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45
Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46
Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47
Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48
Bab 48 Korban Cinta
49
Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50
Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51
Bab 51 Kabar Bahagia
52
Bab 52 Terbentur Biaya
53
Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54
Bab 54 Jagalah Hati
55
Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56
Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57
Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58
Bab 58 Niat Suami Ku
59
Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60
Bab 60 Hoaks
61
Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62
Bab 62 Klenik
63
Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64
Bab 64 A1
65
Bab 65 Pasca Pemilihan
66
Bab 66 Kades Viral
67
Bab 67 CELENG
68
Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69
Bab 69 Kades Kere
70
Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71
Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72
Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73
BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74
Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!