Mas Guntur segera mendekati ku, sadar ucapannya salah. Ia pun meralat ucapannya.
"Maaf, maksudnya mas. Mungkin masuk angin." Ucapnya pada ku.
Namun gurat wajah bahagianya tak bisa membohongi aku. Raut wajahnya menyatakan bahwa ia menantikan momen dimana ia akan menjadu ayah. Ada rasa sedih, sedih belum mampu menjadi wanita sempurna untuk mas Guntur.
"Ndak masuk angin, Mas." Ucap ku saat Mas Guntur telah memakai pakaian lengkap.
"Lah kok bisa muntah begitu?" Tanya nya penasaran.
"Biasa ibu-ibu kalau sudah kumpul. Ceritanya sampai ke mana-mana. Aku nya ga tahan denger cerita nya. jadi mual." Ucap ku.
Namun aku cepat memejamkan kedua mata. Tak ingin pikiran ku kembali melalang buana akibat ucapan Mbak Ani. Sebenarnya dua orang tetangga ku adalah hiburan sendiri bagi ku. Ada Mbak Ani dan Neneng. Mereka berdua adalah tetangga di kanan dan kiri rumah ku.
Karena puasa ku batal. Aku pun ingin mendapatkan pahala dari sisi lain. Maka aku meminta izin mas Guntur untuk membuat es buah untuk ku bagikan saat nanti akan berbuka puasa. Mas Guntur mengamini apa yang ingin kulakukan. Ia tahu jika aku sedang bersedih karena harus menambah hitungan hutang puasa ku.
"Mas ambil pepaya di kebun belakang. Kayanya kemarin ada yang matang." Ucapnya.
Aku pun mulai menyiapkan semua yang akan ku racik untuk membuat es buah. Kebetulan pagi tadi aku memetik buah naga dari kebun sisi rumah. Beberapa batang buah naga yang aku tanam saat mendapatkan pembagian bibit buah naga gratis dari pemerintah desa. Hari kian sore, saat aku hampir selesai menyiapkan cup-cup yang telah ku isi buah-buah. Aku pun menyiapkan lauk untuk kami berbuka puasa.
Namun tiba-tiba ada suara khas Neneng dari arah pintu belakang.
"Yu.... Mbak Yuuuuu..... " Panggil Neneng padaku.
Aku pun bergegas mengambil kerudung ku. Khawatir Neneng datang bersama suaminya. Ternyata ia datang seorang diri.
"Neng.... kebiasaan. Mbok ga usah banter-banter." Nasihat ku pada Neneng yang merupakan ibu rumah tangga baru. Ia baru kurang lebih satu tahun menikah.
"Hehe.... " Ucap nya seraya cengegesan.
"Dini mana?" Tanya ku penasaran. Anak bayi nya yang berusia satu bulan tak ada dalam gendongan nya.
"Tidur, tak tinggal. Mbak Sekar. Aku uang seratus ribu wae, sama garem sedikit, ada ga?. Mas Leo ga pulang-pulang. Keburu buka puasa. Nanti ngomel pula dia, padahal dia yang salah." Ucap Neneng dengan mimik wajah setengah cemberut.
Ia menyerahkan cangkir plastik ke arah ku.
"Kalau uang, aku ga berani Neng. Mas Guntur lagi pergi. Tapi kalau mau beras dan garam. Aku ada." Ucap ku pada Neneng. Ia pun mengangguk seraya menjawab pertanyaan ku.
"Ya ndak papa mbak, cukup buat ngeliwet sampai sahur saja ndak papa." Ucapnya.
Aku tak berani meminjamkan atau menggunakan uang jika tanpa izin mas Guntur. Walau itu untuk kebaikan. Toh selama ini semua uang yang aku simpan dan kelola adalah hasil dari kerja keras mas Guntur. Namun untuk semua sembako di rumah, mas Guntur pernah bilang. Kalau ada orang butuh buat makan kasih saja beras atau sembako yang memang selalu ada di dapur ku.
Aku tersenyum melihat dirinya, ia bisa dikatakan korban cinta. Belum tamat SMA, saat satu minggu lagi ujian nasional. Ia justru di nikahkan oleh orang tuanya karena hamil dua bulan. Aku pun beranjak dari tempat ku. Ia duduk bersandar di pintu dapur.
"Masuk toh Neng, ga elok duduk di depan pintu begitu." Ucap ku.
Aku pun pergi ke arah kaleng bekas cat yang biasa kujadikan tempat menyimpan beras yang sudah ku tampi. Neneng pun menerima beras, garam dan plastik hitam yang ku berikan padanya.
"Opo iki mbak?" Tanya nya seraya menengok isi kresek hitam yang ku berikan padanya.
"Ada kacang panjang, keburu tua kalau buat besok. Tadi aku ambil di kebun. " Ucap ku.
Aku tadi memetik cukup banyak kacang panjang karena khawatir jika di petik besok justru terlalu tua. Niat hati ingin ku berikan pada Neneng. Namun pucuk di cinta ulam pun tiba. Ia datang sendiri dan ternyata betul-betul lagi butuh. Suaminya hanya kenek bangunan. Maka biasanya Neneng belanja menunggu satu minggu sekali.
Ia pun pergi dari rumah ku, cukup bahagia rasanya setiap kalo bisa membantu meringankan beban tetangga atau saudara. Dan itu kadang disalah artikan oleh orang yang tak bisa merasakan apa yang aku dan mas Guntur rasakan. Bahkan Mbak Ani pernah menasehati aku untuk tidak menjadi lilin bagi orang lain. Tapi jadilah cahaya rembulan, yang kadang hadir dinanti namun tak mengorbankan dirinya sendiri karena masih bisa bersinar.
Entahlah kenapa dengan aku dan Mas Guntur. Kami selalu merasa bahagia disaat mampu membantu orang lain. Dan perasaan itu kembali mengujiku. Pagi hari saat dimana mas Guntur sedang pergi ke kota. Aku seperti biasa, jumat siang aku akan menghadiri acara mauli Barzanji yang diadakan kebetulan di rumah jamaah kampung sebelah. Saat selesai, hujan lebat tak kunjung reda. Tiba-tiba datang seorang perempuan cantik. Aku tak asing dengan wajahnya. Ia mendekati aku dan membawa payung, ia pun mengajak ku mampir ke rumahnya. Hari hampir maghrib, aku tak berani mengemudikan sepeda motor ku disaat hujan lebat. Karena ban depan yang telah gundul.
"Mampirlah sebentar Mbak. Saya mohon, sekalian ada yang ingin saya bicarakan dengan mbak. Sebentar lagi buka puasa." Ucap nya ramah.
Aku pun menatap langit. Maka aku pun menganggukkan kepala, ku kunci stang motor ku walau perempuan yang menggunakan gamis batik itu mengatakan jika aman, tak akan hilang motor h0nda astrea milik Mas Guntur.
Saat tiba dirumah yang terdapat banyak tanaman kembang kertas, aku pun masuk kedalam.
"Ibu sedang ke kota. Menginap dirumah adiknya." Ucapnya. Saat ku tatap jelas di bawah cahaya lampu. Bibir ku mengucapkan satu nama dengan sedikit bergetar.
"Arum?" Tanya ku penasaran.
"Ya, mbak Sekar memangnya tidak mengenal aku?" Tanya nya dengan wajah yang putih pucat.
Selama ini jika ia terlihat cantik tadi, semua karena make up nya. Saat ini wajahnya putih tanpa make up. Suasana gelap karena mendung dan hampir maghrib membuat ku tak terlalu mengamati wajah perempuan ini. Kupikir ia anak dari salah satu ibu-ibu pengajian.
"Apa yang ingin kamu bicarakan?" Todong ku pada Arum langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
waduh ada pembicaraan apa nih nanti
2023-12-22
2
RizQiella
istri dan calon istri, 😄
2023-11-11
1
Uyhull01
haihhh pasti bicara soal Mas Guntur ini,
2023-05-29
0