Acara wisuda Yadi berjalan lancar. Aku dan Sekar menunggu di luar gedung saat profesi berlangsung. Karena hanya dibatasi dari pihak keluarga. Maka Bapak dan Ibu yang menemani Yadi. Bagi bapak ini adalah momen paling membanggakan. Salah satu anaknya ada yang bergelar S2.
Saat menanti selesainya acara wisuda Yadi, aku melihat salah satu bunga yang dirangkai dengan kain hitam. Aku tidak tahu apa orang menyebutnya. Seorang pria menawarkan padaku, namun saat ku tanya harganya. Bikin aku melongo. Ada yang harga 300 ribu hingga satu juta. Namun Sekar memegang lengan ku.
"Ambil yang 150 saja mas. Lihat semua orang yang keluarganya datang membelikan saudara atau keluarganya ini." Ucap Sekar.
Aku menoleh ke arah istri ku. Ah, Sekar. Entah memang cara berpikir perempuan seperti ini atau hanya istri ku saja. Aku yang lelaki normal dari kalangan orang biasa dan datang dari desa cukup berpikir dua kali saat membeli seikat bunga yang memang cantik dengan harga yang cukup untuk membeli beras hampir 13kg.
"Ya sudah, beli lah." Ucap ku pada Sekar. Aku tahu ia betul-betul memiliki rasa sayang pada adik-adik ku sama seperti ia menyayangi saudaranya sendiri. Saat beberapa para wisudawan keluar dari ruangan. Aku melihat Yadi menuntun Bapak. Baru aku akan menghampiri Yadi, kulihat seorang perempuan berkerudung lebih dulu menghampiri. Ku lihat perempuan itu menyerahkan bunga yang aku tahu itu seharga 500 ribu. Perempuan itu bersama perempuan dan laki-laki paruh baya. Ketika aku mendekat, Yadi memperkenalkan mereka.
"Bu, Pa, mas. Ini Tika, teman ku dan ibu bapaknya." Kenal Yadi pada kami.
Aku pun berkenalan, perempuan yang manis dengan wajah masih terlihat seperti anak SMA. Walau Yadi mengatakan jika Tika adalah Sarjana Ilmu Psikologi. Bapak dan Ibu tampak antusias berkenalan dengan Tika dan keluarga. Kami pun mengambil moment foto bersama. Bunga yang tadi di beli oleh Sekar, ia serahkan kepada Yadi.
"Repot-repot mbak." Ucap Yadi pada Sekar.
"Cuma beli bunga kok repot, selamat ya Di, semoga ilmu yang di dapat barokah... Dan membawa kemaslahatan untuk kamu dan keluarga." Ucap Sekar pada Yadi. Terlihat Yadi pun begitu berterimakasih pada Sekar.
Ah aku jadi ingat kala itu ku beri ia penjelasan bagaiamana arti menikah, bagaimana menikah dengan orang yang tepat bukan tentang cepat atau lambatnya. Tentang butuh kemantapan hati, mental bukan hanya gelar atau harta bahkan hanya bermodalkan cinta untuk membina biduk rumah tangga.
Flashback On.
"Kamu ndak mau kerja dulu? Kamu baru selesai wisudah lo Di. Bukan perihal ekonomi yang mas khawatirkan kalau kamu menikah sekarang. Tapi perihal tentang mental mu. Menikah itu bahagia nya mungkin cuma satu hari satu malam. Selepas nya kamu butuh pengalaman, ilmu. Mas lihat kamu belum cukup pengalaman untuk menikah." Ucap ku halus pada Yadi. Aku sebenarnya tak tega perihal biaya dan harus mengorbankan Sekar kembali untuk tidak Mudik.
"Tapi saya dari segi usia sudah cukup Mas." Ucap Yadi.
Aku pun mendekati Yadi. Aku duduk tepat di sisi kanannya. Aku rangkul adik laki-laki yang aku biaya kuliahnya dari s1 hingga sebentar lagi akan meraih gelar S2.
"Mas mau cerita, hal-hal yang mungkin selama ini kamu ga tahu. Dan ga ada yang tahu. Cuma mas yang tahu. Tapi jangan ambil dari sudut mas tidak ikhlas membiayai kamu dan Yani selama ini. Tapi tolong kamu lihat Mbak Sekar. Dia bukan siapa-siapa kita. Ia aku nikahi sehingga hubungan keluarga terjalin antara Sekar dan kamu, Yani juga bapak dan Ibu." Ucap ku pada Yadi.
Tampak Yadi menunduk tak berani menatap ku.
"Memang mas yang mencari uang. Tetapi mas bisa mengirimkan kamu untuk biaya makan juga kuliah setiap bulan, itu karena Mbak Sekar. Mbak Sekar itu bahkan banyak sekali lipatan-lipatan uang yang mas sendiri tidak tahu, tapi saat kamu, butuh biaya dadakan. Atau Bapak tiba-tiba drop. Mbak Sekar selalu menyerahkan uang Simpanan itu. Tahun ini, hampir 8 tahun kami menikah, dan mas bawa Mbak Sekar kemari. Mas ingin tahun ini membahagiakan Mbak Sekar untuk bertemu keluarganya. Mas mohon tunggu sampai tahun depan," Ucap ku pada Yadi.
Aku tahu ia tampak kecewa tapi ia mengangguk pelan. Aku kembali menceritakan masa-masa pahit selama beberapa tahun. Beruntung kami belum memiliki anak, maka kami tak perlu menangis karena rengekan anak kami saat kami makan kadang hanya dengan garam dan cabe yang diulek. Tanpa sayur, tanpa lauk pauk. Hari-hari itu bahkan sering kami lalui saat Yani dan Yadi masih sama-sama kuliah dan sekolah. Tapi istri ku itu tak pernah uring-uringan.
"Pernah satu ketika Yad, mas pulang dari mengurus jenazah hampir sore pulang kerumah. Saat makan, Mbak Sekar menyediakan seperti biasa namun saat semua sudah di sajikan, Mbak Sekar mengatakan 'maaf mas cuma ada bubur, berasnya tadi tinggal 1/4 kg.'. Kamu tahu... saat itu kamu akan sidang skripsi, Yani akan perpisahan. Harusnya mas yang minta maaf sama mbak Sekar. Karena tidak bisa mencukupi." Ucap ku kala itu.
Yadi terlihat membuka kacamatanya, ia mengelap hidung dan matanya yang basah. Ia tampak menahan isak tangisnya.
Aku bukan zolim pada Sekar, karena mementingkan kebutuhan adik-adik dan kedua orang tua ku. Tapi Sekar, ia yang selalu ngotot saat ia lorot simpanannya disaat adik-adik dan orang tua ku butuh biaya. Itu yang membuat aku jatuh cinta sedalam-dalamnya pada perempuan yang mungkin parasnya tak terlalu cantik, tapi akhlaknya luar biasa cantik, Sekar istri hitam manis ku.
Yadi pun akhirnya paham jika ia selama ini sudah begitu disayang oleh Sekar. Maka ia pun mengatakan jika ia akan mengatakan pada kedua orang tua teman perempuan nya.
Flashback off
Saat makan siang, aku melihat ibu menatap sinis Sekar. Berawal dari obrolan ringan kami dan keluarga Tika.
"Jadi begini bu, pak. Kami berharap Tika dan Yadi lamaran dulu saja. Atau menikah ya tidak usah mewah-mewah yang penting Sah. Kalau memang kendala biaya, kami berharap tahun ini Tika menikah dengan Nak Yadi." Ucap ayah Tika.
"Loh... Yadi ga bilang kalau mau menikah." Ucap ibu penasaran.
"Lah katanya tahun ini barengan dengan Kakak iparnya ingin mudik, dia tidak ingin merepotkan kakak dan kakak iparnya. Kami tidak minta aneh-aneh yang penting anak kita sama-sama sah." Ucap ayah Tika.
Tatapan Ibu seketika sangat tajam ke arah Sekar. Aku sudah merasakan sakit di bagian dahi. Aku bisa pastikan kembali emosi ibu bakal meletus. Apa yang aku khawatirkan terjadi. Ibu malam harinya memarahi aku, Yadi.
"Kalian ini. Kurang ajar. Ibu dan bapak apa sudah dianggap mati? apa-apa tidak diajak rundingan. Terus apa maksudnya Sekar mudik. Jangan sembarangan kamu Guntur. Tanah yang saat ini di urus Guntur, itu kebun bapak mu!Kok bisa-bisanya Yadi mau menikah tapi kamu halang-halangi....!" Bentak ibu.
"Bu... bukan menghalangi tapi a-." kalimat ku di potong oleh Ibu.
"Wes, ndak usah kamu bela terus istri mu itu. Apa sih yang kamu ambil dari Sekar, sarjana bukan, kaya tidak, cantik apalagi... " Sindir ibu pada Sekar yang berada di dapur, menyiapkan makan malam.
"Ibu! Cukup Bu!" Bentak ku pada Ibu. Aku tak tahan, selalu Sekar di salahkan. Kebaikan istri ku tak pernah di lihat, selalu kekurangannya.
Sekar tampak berdiri di sisi ku dengan tangan basah, ia memegang lengan ku.
"Istighfar mas.. Eling mas... "Ingat sekar. Usapan pada punggung ku membuat aku menghela napas panjang. Aku duduk dan memenangkan diri ku, serta emosi yang sedang berada di ubun-ubun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
ujian Sekar memiliki mertua yang egois dan ga pernah mau dengar kesulitan anaknya
2023-12-22
3
RizQiella
dasar mertua
2023-11-12
1
Dafina Delisha
Aku mengalami sendiri, katanya suami kecelakaan gara-gara aku.. padahal aq udh tnya suami knp ngk jd pindah kerja,, kata suami tunggu akhir bln,... selang brp hari suami kecelakaan.. katanya gara-gara aq yg larang pindah kerja 😭😭😭😭
2023-10-12
0