Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)

Acara wisuda Yadi berjalan lancar. Aku dan Sekar menunggu di luar gedung saat profesi berlangsung. Karena hanya dibatasi dari pihak keluarga. Maka Bapak dan Ibu yang menemani Yadi. Bagi bapak ini adalah momen paling membanggakan. Salah satu anaknya ada yang bergelar S2.

Saat menanti selesainya acara wisuda Yadi, aku melihat salah satu bunga yang dirangkai dengan kain hitam. Aku tidak tahu apa orang menyebutnya. Seorang pria menawarkan padaku, namun saat ku tanya harganya. Bikin aku melongo. Ada yang harga 300 ribu hingga satu juta. Namun Sekar memegang lengan ku.

"Ambil yang 150 saja mas. Lihat semua orang yang keluarganya datang membelikan saudara atau keluarganya ini." Ucap Sekar.

Aku menoleh ke arah istri ku. Ah, Sekar. Entah memang cara berpikir perempuan seperti ini atau hanya istri ku saja. Aku yang lelaki normal dari kalangan orang biasa dan datang dari desa cukup berpikir dua kali saat membeli seikat bunga yang memang cantik dengan harga yang cukup untuk membeli beras hampir 13kg.

"Ya sudah, beli lah." Ucap ku pada Sekar. Aku tahu ia betul-betul memiliki rasa sayang pada adik-adik ku sama seperti ia menyayangi saudaranya sendiri. Saat beberapa para wisudawan keluar dari ruangan. Aku melihat Yadi menuntun Bapak. Baru aku akan menghampiri Yadi, kulihat seorang perempuan berkerudung lebih dulu menghampiri. Ku lihat perempuan itu menyerahkan bunga yang aku tahu itu seharga 500 ribu. Perempuan itu bersama perempuan dan laki-laki paruh baya. Ketika aku mendekat, Yadi memperkenalkan mereka.

"Bu, Pa, mas. Ini Tika, teman ku dan ibu bapaknya." Kenal Yadi pada kami.

Aku pun berkenalan, perempuan yang manis dengan wajah masih terlihat seperti anak SMA. Walau Yadi mengatakan jika Tika adalah Sarjana Ilmu Psikologi. Bapak dan Ibu tampak antusias berkenalan dengan Tika dan keluarga. Kami pun mengambil moment foto bersama. Bunga yang tadi di beli oleh Sekar, ia serahkan kepada Yadi.

"Repot-repot mbak." Ucap Yadi pada Sekar.

"Cuma beli bunga kok repot, selamat ya Di, semoga ilmu yang di dapat barokah... Dan membawa kemaslahatan untuk kamu dan keluarga." Ucap Sekar pada Yadi. Terlihat Yadi pun begitu berterimakasih pada Sekar.

Ah aku jadi ingat kala itu ku beri ia penjelasan bagaiamana arti menikah, bagaimana menikah dengan orang yang tepat bukan tentang cepat atau lambatnya. Tentang butuh kemantapan hati, mental bukan hanya gelar atau harta bahkan hanya bermodalkan cinta untuk membina biduk rumah tangga.

Flashback On.

"Kamu ndak mau kerja dulu? Kamu baru selesai wisudah lo Di. Bukan perihal ekonomi yang mas khawatirkan kalau kamu menikah sekarang. Tapi perihal tentang mental mu. Menikah itu bahagia nya mungkin cuma satu hari satu malam. Selepas nya kamu butuh pengalaman, ilmu. Mas lihat kamu belum cukup pengalaman untuk menikah." Ucap ku halus pada Yadi. Aku sebenarnya tak tega perihal biaya dan harus mengorbankan Sekar kembali untuk tidak Mudik.

"Tapi saya dari segi usia sudah cukup Mas." Ucap Yadi.

Aku pun mendekati Yadi. Aku duduk tepat di sisi kanannya. Aku rangkul adik laki-laki yang aku biaya kuliahnya dari s1 hingga sebentar lagi akan meraih gelar S2.

"Mas mau cerita, hal-hal yang mungkin selama ini kamu ga tahu. Dan ga ada yang tahu. Cuma mas yang tahu. Tapi jangan ambil dari sudut mas tidak ikhlas membiayai kamu dan Yani selama ini. Tapi tolong kamu lihat Mbak Sekar. Dia bukan siapa-siapa kita. Ia aku nikahi sehingga hubungan keluarga terjalin antara Sekar dan kamu, Yani juga bapak dan Ibu." Ucap ku pada Yadi.

Tampak Yadi menunduk tak berani menatap ku.

"Memang mas yang mencari uang. Tetapi mas bisa mengirimkan kamu untuk biaya makan juga kuliah setiap bulan, itu karena Mbak Sekar. Mbak Sekar itu bahkan banyak sekali lipatan-lipatan uang yang mas sendiri tidak tahu, tapi saat kamu, butuh biaya dadakan. Atau Bapak tiba-tiba drop. Mbak Sekar selalu menyerahkan uang Simpanan itu. Tahun ini, hampir 8 tahun kami menikah, dan mas bawa Mbak Sekar kemari. Mas ingin tahun ini membahagiakan Mbak Sekar untuk bertemu keluarganya. Mas mohon tunggu sampai tahun depan," Ucap ku pada Yadi.

Aku tahu ia tampak kecewa tapi ia mengangguk pelan. Aku kembali menceritakan masa-masa pahit selama beberapa tahun. Beruntung kami belum memiliki anak, maka kami tak perlu menangis karena rengekan anak kami saat kami makan kadang hanya dengan garam dan cabe yang diulek. Tanpa sayur, tanpa lauk pauk. Hari-hari itu bahkan sering kami lalui saat Yani dan Yadi masih sama-sama kuliah dan sekolah. Tapi istri ku itu tak pernah uring-uringan.

"Pernah satu ketika Yad, mas pulang dari mengurus jenazah hampir sore pulang kerumah. Saat makan, Mbak Sekar menyediakan seperti biasa namun saat semua sudah di sajikan, Mbak Sekar mengatakan 'maaf mas cuma ada bubur, berasnya tadi tinggal 1/4 kg.'. Kamu tahu... saat itu kamu akan sidang skripsi, Yani akan perpisahan. Harusnya mas yang minta maaf sama mbak Sekar. Karena tidak bisa mencukupi." Ucap ku kala itu.

Yadi terlihat membuka kacamatanya, ia mengelap hidung dan matanya yang basah. Ia tampak menahan isak tangisnya.

Aku bukan zolim pada Sekar, karena mementingkan kebutuhan adik-adik dan kedua orang tua ku. Tapi Sekar, ia yang selalu ngotot saat ia lorot simpanannya disaat adik-adik dan orang tua ku butuh biaya. Itu yang membuat aku jatuh cinta sedalam-dalamnya pada perempuan yang mungkin parasnya tak terlalu cantik, tapi akhlaknya luar biasa cantik, Sekar istri hitam manis ku.

Yadi pun akhirnya paham jika ia selama ini sudah begitu disayang oleh Sekar. Maka ia pun mengatakan jika ia akan mengatakan pada kedua orang tua teman perempuan nya.

Flashback off

Saat makan siang, aku melihat ibu menatap sinis Sekar. Berawal dari obrolan ringan kami dan keluarga Tika.

"Jadi begini bu, pak. Kami berharap Tika dan Yadi lamaran dulu saja. Atau menikah ya tidak usah mewah-mewah yang penting Sah. Kalau memang kendala biaya, kami berharap tahun ini Tika menikah dengan Nak Yadi." Ucap ayah Tika.

"Loh... Yadi ga bilang kalau mau menikah." Ucap ibu penasaran.

"Lah katanya tahun ini barengan dengan Kakak iparnya ingin mudik, dia tidak ingin merepotkan kakak dan kakak iparnya. Kami tidak minta aneh-aneh yang penting anak kita sama-sama sah." Ucap ayah Tika.

Tatapan Ibu seketika sangat tajam ke arah Sekar. Aku sudah merasakan sakit di bagian dahi. Aku bisa pastikan kembali emosi ibu bakal meletus. Apa yang aku khawatirkan terjadi. Ibu malam harinya memarahi aku, Yadi.

"Kalian ini. Kurang ajar. Ibu dan bapak apa sudah dianggap mati? apa-apa tidak diajak rundingan. Terus apa maksudnya Sekar mudik. Jangan sembarangan kamu Guntur. Tanah yang saat ini di urus Guntur, itu kebun bapak mu!Kok bisa-bisanya Yadi mau menikah tapi kamu halang-halangi....!" Bentak ibu.

"Bu... bukan menghalangi tapi a-." kalimat ku di potong oleh Ibu.

"Wes, ndak usah kamu bela terus istri mu itu. Apa sih yang kamu ambil dari Sekar, sarjana bukan, kaya tidak, cantik apalagi... " Sindir ibu pada Sekar yang berada di dapur, menyiapkan makan malam.

"Ibu! Cukup Bu!" Bentak ku pada Ibu. Aku tak tahan, selalu Sekar di salahkan. Kebaikan istri ku tak pernah di lihat, selalu kekurangannya.

Sekar tampak berdiri di sisi ku dengan tangan basah, ia memegang lengan ku.

"Istighfar mas.. Eling mas... "Ingat sekar. Usapan pada punggung ku membuat aku menghela napas panjang. Aku duduk dan memenangkan diri ku, serta emosi yang sedang berada di ubun-ubun.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

ujian Sekar memiliki mertua yang egois dan ga pernah mau dengar kesulitan anaknya

2023-12-22

3

RizQiella

RizQiella

dasar mertua

2023-11-12

1

Dafina Delisha

Dafina Delisha

Aku mengalami sendiri, katanya suami kecelakaan gara-gara aku.. padahal aq udh tnya suami knp ngk jd pindah kerja,, kata suami tunggu akhir bln,... selang brp hari suami kecelakaan.. katanya gara-gara aq yg larang pindah kerja 😭😭😭😭

2023-10-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2 Bab 2 Mengenang Masalalu
3 Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4 Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5 Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6 Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7 Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8 Bab 8 Mual dan Muntah
9 Bab 9 Bertemu Arum
10 Bab 10 Amarah ku
11 Bab 11 Permohonan Arum
12 Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13 Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14 Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15 Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16 Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17 Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18 Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19 Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20 Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21 Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22 Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23 Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24 Bab 24 Kegelisahan hatiku
25 Bab 25 Melepas Rindu
26 Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27 Bab 27 Pentingnya Ilmu
28 Bab 28 Bertemu Umi Laila
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Madu Ku
31 Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32 Bab 32 Jalan Surga ku
33 Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34 Bab 34 Arum
35 Bab 35 Kematangan Emosi
36 Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37 Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38 Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39 Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40 Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41 Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42 Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43 Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44 Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45 Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46 Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47 Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48 Bab 48 Korban Cinta
49 Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50 Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51 Bab 51 Kabar Bahagia
52 Bab 52 Terbentur Biaya
53 Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54 Bab 54 Jagalah Hati
55 Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56 Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57 Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58 Bab 58 Niat Suami Ku
59 Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60 Bab 60 Hoaks
61 Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62 Bab 62 Klenik
63 Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64 Bab 64 A1
65 Bab 65 Pasca Pemilihan
66 Bab 66 Kades Viral
67 Bab 67 CELENG
68 Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69 Bab 69 Kades Kere
70 Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71 Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72 Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73 BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74 Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2
Bab 2 Mengenang Masalalu
3
Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4
Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5
Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6
Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7
Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8
Bab 8 Mual dan Muntah
9
Bab 9 Bertemu Arum
10
Bab 10 Amarah ku
11
Bab 11 Permohonan Arum
12
Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13
Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14
Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15
Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16
Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17
Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18
Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19
Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20
Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21
Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22
Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23
Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24
Bab 24 Kegelisahan hatiku
25
Bab 25 Melepas Rindu
26
Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27
Bab 27 Pentingnya Ilmu
28
Bab 28 Bertemu Umi Laila
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Madu Ku
31
Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32
Bab 32 Jalan Surga ku
33
Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34
Bab 34 Arum
35
Bab 35 Kematangan Emosi
36
Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37
Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38
Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39
Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40
Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41
Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42
Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43
Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44
Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45
Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46
Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47
Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48
Bab 48 Korban Cinta
49
Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50
Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51
Bab 51 Kabar Bahagia
52
Bab 52 Terbentur Biaya
53
Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54
Bab 54 Jagalah Hati
55
Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56
Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57
Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58
Bab 58 Niat Suami Ku
59
Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60
Bab 60 Hoaks
61
Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62
Bab 62 Klenik
63
Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64
Bab 64 A1
65
Bab 65 Pasca Pemilihan
66
Bab 66 Kades Viral
67
Bab 67 CELENG
68
Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69
Bab 69 Kades Kere
70
Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71
Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72
Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73
BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74
Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!