Ibu dan Bapak melepas kepergian kami ke Jawa hanya dengan diam. Kali ini tak ada alasan untuk tak mudik. Mas Guntur sudah menyerahkan kepada Yadi semua biaya sampai untuk wisudah. Maka kami pun mudik tanpa penuh pertimbangan kalau-kalau ada dana tak terduga yang harus di keluarkan.
Kami memilih mudik menggunakan bus, lebih irit juga sambil nostalgia masa-masa pertama aku di boyong mas Guntur ke Sumatera. Kami menghabiskan satu juta dua ratus untuk dua orang. Aku sudah menyiapkan jaket serta bantal kecil untuk di jalan. Aku tak ingin pengalaman dulu saat pertama ke Sumatera terulang lagi. Aku harus demam karena AC yang berada tepat di atas kepala belum lagi AC tersebut bocor.
Namun kali ini, bis yang kami tumpangi betul-betul nyaman. AC yang tak terlalu dingin, dan tidak bocor. Bantal yang beraroma wangi. Serta kamar mandi yang tak berbau pesing.
"Mas, besok sekalian sowan ke Kali Bening ya?" Tanya ku pada Mas Guntur. Ia pun mengangguk setuju. Mas Guntur selalu memanfaatkan waktu di perjalanan untuk tidur. Ia bukan tipe orang yang menikmati perjalanan. Aku bahkan memilih duduk di sisi jendela. Ku rapatkan posisi duduk kami, agar suamiku bisa bersandar di pundak ku. Satu hari 6 jam kurang lebih perjalanan kami tempuh, dini hari kami tiba di Solo.
Bapak dan adik nya telah berada di terminal dengan wajah penuh rindu pada diriku. Aku pun berlari ke arah Bapak. 7 tahun lebih aku memendam rasa rindu pada orang tua ku. Hari ini aku tak mampu untuk tidak menangis saat melihat bapak masih seperti dulu, hanya rambutnya saja yang sedikit memutih.
"Bapak.... " Ucap ku seraya memeluk lelaki yang selama ini memberi nafkah dan mendidik aku.
"Sekar.... tambah lemu awak mu Nduk.... " Ucap Bapak seraya melerai pelukan ku.
Mas Guntur pun mencium punggung tangan Bapak. Tampak dua lelaki yang sama-sama aku cintai itu saling rangkul. Bapak tampak sibuk menemani mas Guntur memasukan beberapa barang dan tas milik kami ke dalam mobil sedan milik Pakle ku.
Satu jam dari terminal menuju rumah ku, sebuah bangunan dengan dinding batako. Tak terlalu mewah tapi asri. Masih banyak tanaman di sekitar rumah. Bapak menanam buah-buahan di sekitar area tanah yang masih kosong. Saat aku turun dari mobil. Dua perempuan memeluk ku dengan erat.
"Ibu.... " Ucap ku pelan.
Ibu tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Wajah ku pun di tangkupkannya dalam kedua tangannya. Hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya. Lalu aku menoleh ke arah gadis yang ada disisi ku.
"Mbak Sekar.... " Ucapnya.
"Nina.... " Ucap ku tak percaya. Adik bungsu ku itu sudah menjadi gadis. Dulu ia masih SD saat aku menikah, kini ia telah menjadi gadis manis.
Satu hari itu pun di habiskan kami untuk bercerita tentang pengalaman selama hidup di Sumatera. Yang membuat aku rindu adalah masakan ibu. Sambal pecel khas Ibu yang tak bisa ku tiru.Membuat makan sahur ku begitu lahap. Mas Guntur mengamati wajah ku sedari tiba tadi. Aku yakin, ia bahagia karena bisa membuat aku bertemu ayah dan Ibu.
Satu minggu di Jawa, saat menjelang hari raya. Mas Guntur berniat membantu bapak resik-resik atau bersih-bersih area sekitar rumah. Tapi bapak cepat melarangnya.
"Wes ndak usah Tur.... Istirahat saja.... " Ucap Bapak saat kulihat dari teras rumah, bapak merebut cangkul dari tangan mas Guntur.
"Mboten nopo-nopo Pak." Jawab Mas Guntur.
{Tidak apa-apa Pak.}
"Istirahat saja, atau jalan-jalan sama Sekar." Pinta bapak.
Mas Guntur menoleh ke arah ku. Aku pun membalas senyumnya. Ia seorang lelaki pekerja keras. Maka satu minggu di sini. Ia pasti bosan karena hanya makan, tidur dan berkunjung ke rumah saudara-saudara ku. Ia berjalan ke arah ku dan mengungkapkan isi hatinya.
Ia duduk di kurai bundar yang terbuat dari kayu jati. Jika di Sumatera, kursi jati bisa begitu mahal, tidak di daerah ku yang begitu banyak mebel yang memproduksi lemari, meja dari kayu jati.
"Satu minggu, mas merasa bingung mau bagaimana. Ada rasa tidak betah, bukan karena bapak ibu atau keluarga. Tapi bingung mau ngapain." Ucap Mas Guntur.
"Mas biasa kerja, jadi disini bosen nya karena tidak bisa kerja." Ucap ku.
"Iya, ternyata kamu betul-betul luar biasa, 7 tahun kamu bahkan tidak pernah meminta pulang kampung. Kamu bahkan disini begitu di manjakan. Maaf belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat kamu, dik." Ucap mas Guntur.
Aku menoleh ke arah pintu. Ku genggam tangannya erat.
"Kata siapa tidak layak? Aku bahagia dzohir dan batin. Jangan ukur kebahagiaan perempuan itu dari harta atau mewahnya fasilitas..." Ucap ku pada mas Guntur.
Keesokan harinya saat hari raya Idul Fitri, kami pun meluangkan waktu pada hari raya ke empat, untuk berkunjung terlebih dahulu ke Gus Ali. Guru mas Guntur saat di pondok pesantren. Namun saat aku yang terlambat kembali dari shalat dzuhur, kalimat dari Gus Ali begitu menyakiti hati ku yang sedang bahagia.
"Ya, kalau dia ada kekurangan. Ceraikan saja kalau istri mu tidak mau di Poligami. Kita ini lelaki, tujuan menikah itu ya salah satunya memiliki keturunan, Sudah hak kamu menikah lagi. Kekurangannya alasan kamu harus menikah lagi. Bahkan dalam undang-undang P e r k a w i n a n diatur." Ucap Gus Ali yang sangat jelas di gendang telinga ku.
Aku menahan langkah ku. Kedua kaki ini bahkan berputar arah. Aku kembali ke arah depan, aku tak ingin kehadiran ku justru membuat mas Guntur bingung bersikap. Atau aku tak siap jika Gus Ali dihadapan ku meminta aku mengizinkan menikah lagi atau berpisah. Tidak, aku tidak ingin berpisah juga tidak ingin mas Guntur menikah lagi. Tapi apakah kali ini mas Guntur akan menuruti nasehat Gus Ali. Jika kemarin kedua orang tuanya meminta ia menikah lagi, kali ini gurunya pun meminta hal yang sama.
Aku menangis sejadi-jadinya di bawah pohon jati yang ada di depan pondok pesantren Gus Ali.
'Aku merasa berharga selama ini bukan karena aku sempurna, tapi aku berada disisi orang yang menerima kekurangan ku hingga aku menjadi sempurna. Mohon petunjuk mu Rabb... jangan biarkan aku dan mas Guntur kian tersakiti dengan orang-orang yang tak paham akan arti rasa saling mencintai tanpa menuntut sempurna pasangan kami.... ' Batin ku seraya menghapus airmata. Ku lihat mas Guntur celingukan mencari diriku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
terkadang kenapa yah orang yang kita hormati walo itu benar tapi apa iya harus secara frontal,,,
2023-12-22
2
solihin 78
sabar sekar suami mu tidak akan meninggalkan mu atau menceraikan mu
2023-08-10
2
Uyhull01
ntah knpa aku berpikir bhwa Gus Ali itu bkan keinginan utk menjodohkan Mas Guntur tp hnya ingin d kenal dekat oleh kluarga Umi Laila,
semata mata Mas Guntur cuma untuk umpan aja, gak enak dngarnya juga ko mnyuruh cerai atau poligami
2023-05-29
0