Bab 13 Kesempurnaan Cinta

Ibu dan Bapak melepas kepergian kami ke Jawa hanya dengan diam. Kali ini tak ada alasan untuk tak mudik. Mas Guntur sudah menyerahkan kepada Yadi semua biaya sampai untuk wisudah. Maka kami pun mudik tanpa penuh pertimbangan kalau-kalau ada dana tak terduga yang harus di keluarkan.

Kami memilih mudik menggunakan bus, lebih irit juga sambil nostalgia masa-masa pertama aku di boyong mas Guntur ke Sumatera. Kami menghabiskan satu juta dua ratus untuk dua orang. Aku sudah menyiapkan jaket serta bantal kecil untuk di jalan. Aku tak ingin pengalaman dulu saat pertama ke Sumatera terulang lagi. Aku harus demam karena AC yang berada tepat di atas kepala belum lagi AC tersebut bocor.

Namun kali ini, bis yang kami tumpangi betul-betul nyaman. AC yang tak terlalu dingin, dan tidak bocor. Bantal yang beraroma wangi. Serta kamar mandi yang tak berbau pesing.

"Mas, besok sekalian sowan ke Kali Bening ya?" Tanya ku pada Mas Guntur. Ia pun mengangguk setuju. Mas Guntur selalu memanfaatkan waktu di perjalanan untuk tidur. Ia bukan tipe orang yang menikmati perjalanan. Aku bahkan memilih duduk di sisi jendela. Ku rapatkan posisi duduk kami, agar suamiku bisa bersandar di pundak ku. Satu hari 6 jam kurang lebih perjalanan kami tempuh, dini hari kami tiba di Solo.

Bapak dan adik nya telah berada di terminal dengan wajah penuh rindu pada diriku. Aku pun berlari ke arah Bapak. 7 tahun lebih aku memendam rasa rindu pada orang tua ku. Hari ini aku tak mampu untuk tidak menangis saat melihat bapak masih seperti dulu, hanya rambutnya saja yang sedikit memutih.

"Bapak.... " Ucap ku seraya memeluk lelaki yang selama ini memberi nafkah dan mendidik aku.

"Sekar.... tambah lemu awak mu Nduk.... " Ucap Bapak seraya melerai pelukan ku.

Mas Guntur pun mencium punggung tangan Bapak. Tampak dua lelaki yang sama-sama aku cintai itu saling rangkul. Bapak tampak sibuk menemani mas Guntur memasukan beberapa barang dan tas milik kami ke dalam mobil sedan milik Pakle ku.

Satu jam dari terminal menuju rumah ku, sebuah bangunan dengan dinding batako. Tak terlalu mewah tapi asri. Masih banyak tanaman di sekitar rumah. Bapak menanam buah-buahan di sekitar area tanah yang masih kosong. Saat aku turun dari mobil. Dua perempuan memeluk ku dengan erat.

"Ibu.... " Ucap ku pelan.

Ibu tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Wajah ku pun di tangkupkannya dalam kedua tangannya. Hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya. Lalu aku menoleh ke arah gadis yang ada disisi ku.

"Mbak Sekar.... " Ucapnya.

"Nina.... " Ucap ku tak percaya. Adik bungsu ku itu sudah menjadi gadis. Dulu ia masih SD saat aku menikah, kini ia telah menjadi gadis manis.

Satu hari itu pun di habiskan kami untuk bercerita tentang pengalaman selama hidup di Sumatera. Yang membuat aku rindu adalah masakan ibu. Sambal pecel khas Ibu yang tak bisa ku tiru.Membuat makan sahur ku begitu lahap. Mas Guntur mengamati wajah ku sedari tiba tadi. Aku yakin, ia bahagia karena bisa membuat aku bertemu ayah dan Ibu.

Satu minggu di Jawa, saat menjelang hari raya. Mas Guntur berniat membantu bapak resik-resik atau bersih-bersih area sekitar rumah. Tapi bapak cepat melarangnya.

"Wes ndak usah Tur.... Istirahat saja.... " Ucap Bapak saat kulihat dari teras rumah, bapak merebut cangkul dari tangan mas Guntur.

"Mboten nopo-nopo Pak." Jawab Mas Guntur.

{Tidak apa-apa Pak.}

"Istirahat saja, atau jalan-jalan sama Sekar." Pinta bapak.

Mas Guntur menoleh ke arah ku. Aku pun membalas senyumnya. Ia seorang lelaki pekerja keras. Maka satu minggu di sini. Ia pasti bosan karena hanya makan, tidur dan berkunjung ke rumah saudara-saudara ku. Ia berjalan ke arah ku dan mengungkapkan isi hatinya.

Ia duduk di kurai bundar yang terbuat dari kayu jati. Jika di Sumatera, kursi jati bisa begitu mahal, tidak di daerah ku yang begitu banyak mebel yang memproduksi lemari, meja dari kayu jati.

"Satu minggu, mas merasa bingung mau bagaimana. Ada rasa tidak betah, bukan karena bapak ibu atau keluarga. Tapi bingung mau ngapain." Ucap Mas Guntur.

"Mas biasa kerja, jadi disini bosen nya karena tidak bisa kerja." Ucap ku.

"Iya, ternyata kamu betul-betul luar biasa, 7 tahun kamu bahkan tidak pernah meminta pulang kampung. Kamu bahkan disini begitu di manjakan. Maaf belum bisa memberikan kehidupan yang layak buat kamu, dik." Ucap mas Guntur.

Aku menoleh ke arah pintu. Ku genggam tangannya erat.

"Kata siapa tidak layak? Aku bahagia dzohir dan batin. Jangan ukur kebahagiaan perempuan itu dari harta atau mewahnya fasilitas..." Ucap ku pada mas Guntur.

Keesokan harinya saat hari raya Idul Fitri, kami pun meluangkan waktu pada hari raya ke empat, untuk berkunjung terlebih dahulu ke Gus Ali. Guru mas Guntur saat di pondok pesantren. Namun saat aku yang terlambat kembali dari shalat dzuhur, kalimat dari Gus Ali begitu menyakiti hati ku yang sedang bahagia.

"Ya, kalau dia ada kekurangan. Ceraikan saja kalau istri mu tidak mau di Poligami. Kita ini lelaki, tujuan menikah itu ya salah satunya memiliki keturunan, Sudah hak kamu menikah lagi. Kekurangannya alasan kamu harus menikah lagi. Bahkan dalam undang-undang P e r k a w i n a n diatur." Ucap Gus Ali yang sangat jelas di gendang telinga ku.

Aku menahan langkah ku. Kedua kaki ini bahkan berputar arah. Aku kembali ke arah depan, aku tak ingin kehadiran ku justru membuat mas Guntur bingung bersikap. Atau aku tak siap jika Gus Ali dihadapan ku meminta aku mengizinkan menikah lagi atau berpisah. Tidak, aku tidak ingin berpisah juga tidak ingin mas Guntur menikah lagi. Tapi apakah kali ini mas Guntur akan menuruti nasehat Gus Ali. Jika kemarin kedua orang tuanya meminta ia menikah lagi, kali ini gurunya pun meminta hal yang sama.

Aku menangis sejadi-jadinya di bawah pohon jati yang ada di depan pondok pesantren Gus Ali.

'Aku merasa berharga selama ini bukan karena aku sempurna, tapi aku berada disisi orang yang menerima kekurangan ku hingga aku menjadi sempurna. Mohon petunjuk mu Rabb... jangan biarkan aku dan mas Guntur kian tersakiti dengan orang-orang yang tak paham akan arti rasa saling mencintai tanpa menuntut sempurna pasangan kami.... ' Batin ku seraya menghapus airmata. Ku lihat mas Guntur celingukan mencari diriku.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

terkadang kenapa yah orang yang kita hormati walo itu benar tapi apa iya harus secara frontal,,,

2023-12-22

2

solihin 78

solihin 78

sabar sekar suami mu tidak akan meninggalkan mu atau menceraikan mu

2023-08-10

2

Uyhull01

Uyhull01

ntah knpa aku berpikir bhwa Gus Ali itu bkan keinginan utk menjodohkan Mas Guntur tp hnya ingin d kenal dekat oleh kluarga Umi Laila,
semata mata Mas Guntur cuma untuk umpan aja, gak enak dngarnya juga ko mnyuruh cerai atau poligami

2023-05-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2 Bab 2 Mengenang Masalalu
3 Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4 Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5 Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6 Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7 Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8 Bab 8 Mual dan Muntah
9 Bab 9 Bertemu Arum
10 Bab 10 Amarah ku
11 Bab 11 Permohonan Arum
12 Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13 Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14 Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15 Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16 Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17 Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18 Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19 Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20 Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21 Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22 Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23 Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24 Bab 24 Kegelisahan hatiku
25 Bab 25 Melepas Rindu
26 Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27 Bab 27 Pentingnya Ilmu
28 Bab 28 Bertemu Umi Laila
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Madu Ku
31 Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32 Bab 32 Jalan Surga ku
33 Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34 Bab 34 Arum
35 Bab 35 Kematangan Emosi
36 Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37 Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38 Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39 Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40 Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41 Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42 Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43 Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44 Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45 Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46 Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47 Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48 Bab 48 Korban Cinta
49 Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50 Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51 Bab 51 Kabar Bahagia
52 Bab 52 Terbentur Biaya
53 Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54 Bab 54 Jagalah Hati
55 Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56 Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57 Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58 Bab 58 Niat Suami Ku
59 Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60 Bab 60 Hoaks
61 Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62 Bab 62 Klenik
63 Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64 Bab 64 A1
65 Bab 65 Pasca Pemilihan
66 Bab 66 Kades Viral
67 Bab 67 CELENG
68 Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69 Bab 69 Kades Kere
70 Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71 Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72 Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73 BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74 Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Air Mata Pernikahan Ku
2
Bab 2 Mengenang Masalalu
3
Bab 3 Gejolak Rumahtangga Sekar
4
Bab 4 Aku, Sekar Ayu Gumiwang
5
Bab 5 Cinta Ku Untuk Sekar (POV Guntur)
6
Bab 6 Cintaku hanya Untuk Sekar (POV Guntur)
7
Bab 7 Yadi dan Keinginannya
8
Bab 8 Mual dan Muntah
9
Bab 9 Bertemu Arum
10
Bab 10 Amarah ku
11
Bab 11 Permohonan Arum
12
Bab 12 Cinta mu, Memuliakan Aku.
13
Bab 13 Kesempurnaan Cinta
14
Bab 14 Kegundahan hati ku (POV Guntur)
15
Bab 15 Sowan ke Kali Bening
16
Bab 16 Sekar, Si Hitam Manis Ku (POV Guntur)
17
Bab 17 Permintaan Mas Guntur
18
Bab 18 Perjalanan Pulang (POV Guntur)
19
Bab 19 Semua Punya Masalah (POV Guntur)
20
Bab 20 Ujian Guntur (POV Guntur)
21
Bab 21 Tawaran Sopir (POV Guntur)
22
Bab 22 Tak terduga (POV Guntur)
23
Bab 23 Besti Sekar (POV Guntur)
24
Bab 24 Kegelisahan hatiku
25
Bab 25 Melepas Rindu
26
Bab 26 Ridho Mu, Tiket ku Ke Surga
27
Bab 27 Pentingnya Ilmu
28
Bab 28 Bertemu Umi Laila
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Madu Ku
31
Bab 31 Fitnah yang Mengarah kepada Ku
32
Bab 32 Jalan Surga ku
33
Bab 33 Ingat Dosa masa lalu
34
Bab 34 Arum
35
Bab 35 Kematangan Emosi
36
Bab 36 Sosok Umi Ayu refleksi Umi Laila
37
Bab 37 Ikhlas Itu urusan sama Allah bukan Manusia
38
Bab 38 Pertikaian Ibu dan Mas Guntur
39
Bab 39 Diluar Batas Sabar (POV Guntur)
40
Bab 40 Ketenangan dari Sekar (POV Guntur)
41
Bab 41 Satu hal Mengagetkan
42
Bab 42 Seseorang dari Masa Lalu
43
Bab 43 Aku, Bidadari mas Guntur.
44
Bab 44 Apakah cinta ku bisa sedalam Sayyidah Zainab pada suaminya?
45
Bab 45 Kemuliaan (POV Guntur)
46
Bab 46 Kebingungan Ku (POV Guntur)
47
Bab 47 Gosip Tentang mas Guntur
48
Bab 48 Korban Cinta
49
Bab 49 Niat kami (POV Guntur)
50
Bab 50 Perhiasan Paling Indah (POV Guntur)
51
Bab 51 Kabar Bahagia
52
Bab 52 Terbentur Biaya
53
Bab 53 Ziyah, Cahaya ku
54
Bab 54 Jagalah Hati
55
Bab 55 Pasangan Aneh atau Pasangan Spesial
56
Bab 56 Guru Ku (POV Guntur)
57
Bab 57 Ambisi Pak Marhen (POV Guntur)
58
Bab 58 Niat Suami Ku
59
Bab 59 Mohon Doa Restu (POV Guntur)
60
Bab 60 Hoaks
61
Bab 61 Kedatangan Pak Marhen
62
Bab 62 Klenik
63
Bab 63 Nderek Yai lan Bu Nyai
64
Bab 64 A1
65
Bab 65 Pasca Pemilihan
66
Bab 66 Kades Viral
67
Bab 67 CELENG
68
Bab 68 Air Mata Kebahagiaan
69
Bab 69 Kades Kere
70
Bab 70 Pro Kontra Kebijakan mas Guntur
71
Bab 71 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Warga (pov Guntur)
72
Bab 72 Mas Guntur punya Mata Batin?
73
BAB 73 TAK ADA BENIH YANG TAK TUMBUH JIKA DISEMAI
74
Bab 74 Mas Guntur, Kamu dimana?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!