Langkah Aruna terhenti. Sebenarnya ia bisa melihat ketulusan yang terpancar dari sorot mata Alan. Air mata pun sudah mulai membasahi wajahnya. Aruna tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia juga sangat mencintai Alan. Hanya karena Alan pernah tidur dengan seorang wanita, apakah ia tidak bisa menerima perasaan pria itu?
Aruna membalikkan badannya dan melihat Alan yang masih berdiri menatapnya dengan tatapan penuh harap dan penuh damba padanya. Aruna pun berlari ke arah Alan dan berhambur kepelukan Alan, ia mengalungkan tangannya dileher pria itu.
"Aku juga mencintaimu... hiks..hiks..." isak Aruna sambil memeluk Alan dengan sangat erat.
Dengan mata berkaca-kaca, Alan tersenyum dan membalas pelukan Aruna.
Duarr.. Duarr... ⚡⚡⚡
Suara petir kembali terdengar. Alan melepaskan pelukannya dan menatap wajah Aruna. Dihapusnya air mata gadis itu diwajah cantiknya.
"Kita kembali ke hotel, aku tidak mau kamu sakit lagi" ucap Alan dengan suara dan tatapan yang begitu lembut.
Aruna menganggukkan kepalanya dan melepaskan tangannya dari leher Alan. Alan meraih tangan Aruna dan menggenggamnya erat. Mereka melangkahkan kakinya menuju ke arah hotel sebelum hujan kembali turun.
Jam terus berputar, waktu telah menunjukkan pukul 1 dini hari. Mereka tengah tiduran di atas ranjang tanpa bisa memejamkan mata mereka. Suasana pun nampak hening karena tidak ada kata yang keluar dari bibir mereka. Alan tiduran sambil memeluk tubuh Aruna.
"Kenapa kamu belum tidur. Tidurlah, aku akan menjagamu disini" ucap Alan sambil mengusap lembut rambut Aruna yang berada dalam dekapannya.
"Aku tidak bisa tidur... rasanya aneh melihat kita seperti ini" ujar Aruna mengingat biasanya mereka selalu berdebat untuk hal-hal kecil.
"Kenapa? Apa kamu lebih suka berdebat denganku?" tanya Alan.
Aruna mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Alan.
"Karena kamu sangat menyebalkan" cibir Aruna
"Benarkah? Tapi kamu menyukainya bukan?" ledek Alan membuat wajah Aruna merona malu dan menundukkan wajahnya.
Alan meraih dagu Aruna dan mengangkat wajah gadis itu agar menatapnya kembali.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu semalam menangis ketakutan?" tanya Alan yang masih penasaran dengan kejadian semalam saat Aruna menangis dalam pelukannya.
Aruna menurunkan pandangannya. Ia merasa malu jika harus bercerita kalau Eza memaksa dan hampir menciumnya.
"Kenapa kamu diam? Apa terjadi sesuatu?" tanya Alan lagi sambil mengusap pipi Aruna dengan sangat lembut.
Aruna kembali menatap mata Alan. Entah mengapa ia merasa begitu gugup dan takut untuk bercerita pada Alan. Ia takut Alan akan salah paham.
"Sebenarnya... kemarin aku menemui pak Alvin di bawah" ucap Aruna.
Alan masih terdiam dan menunggu Aruna melanjutkan kata-katanya.
"Pak Alvin menyatakan perasaannya padaku dan ternyata Eza melihat kami berdua. Eza mengira jika aku memiliki hubungan dengan pak Alvin dibelakangmu dan...." Aruna tidak melanjutkan ucapannya.
"Dan apa?" tanya Alan yang masih berusaha untuk bersikap tenang dan menatap dalam mata Aruna.
"Dan...." Aruna masih merasa takut dan malu untuk bercerita pada Alan.
Alan terus menatapnya dengan lembut agar Aruna mau mengatakan apa yang terjadi kemarin.
"Eza memaksa untuk menciumku saat kami berada di dalam lift..." ucap Aruna yang akhirnya berani mengatakan tentang kejadian kemarin.
Alan menurunkan pandangannya kemudian mengarahkan pandangannya lurus kedepan. Aruna meremas baju Alan dan menatap wajah Alan dengan perasaan takut.
"Apa kamu marah?" tanya Aruna karena Alan tidak mau menatapnya.
Alan hanya terdiam dan tetap fokus menatap kedepan. Aruna semakin khawatir jika Alan benar-benar marah dengan apa yang ia ceritakan tadi. Namun Alan kembali menatap wajah Aruna dan membelai lembut pipinya.
"Tidak. Aku tidak marah. Sekarang tidurlah, besok kita akan pulang" ucap Alan.
Aruna merasa lega dan menyenderkan kembali kepalanya di dada bidang suaminya. Alan mengusap rambut Aruna dengan lembut dan menciumnya.
🌺🌺🌺
Sore itu Aruna dan Alan dalam perjalanan kembali ke kota A. Setelah seharian ini mereka habiskan untuk berjalan-jalan dan mengunjungi tempat-tempat yang indah dan romantis sebelum mereka pulang tadi.
Alan menoleh ke arah Aruna yang tengah fokus menatap ke depan. Aruna yang menyadarinya pun ikut menoleh ke arah Alan.
"Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang lucu?" tanya Aruna.
"Aku masih tidak percaya jika sekarang kita ini adalah sepasang kekasih. Tidak, lebih tepatnya kita ini adalah pasangan suami istri yang sedang dimabuk cinta" ucap Alan sambil tetap fokus menyetir.
Aruna tersenyum mendengar ucapan Alan. Ia pun tidak menyangka jika mereka yang biasanya selalu berdebat kini terlihat seperti pasangan yang akur.
"Tapi aku masih punya satu masalah denganmu" ujar Aruna membuat Alan mengernyitkan keningnya.
"Masalah? Masalah apa?" tanya Alan tak mengerti.
Aruna menoleh dan menatap ke arah Alan.
"Masalah dengan sekertarismu itu! Jika dia berani menyentuh atau menggodamu, aku akan menyiramkan air ke wajahnya" ucap Aruna kesal.
Alan tersenyum mendengar ucapan Aruna. Jadi selama ini Aruna memang cemburu pada Jessica. Alan mengusap rambut Aruna dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya tetap fokus memegang setir mobil.
"Aku dan Jessica tidak ada hubungan apa-apa. Jadi kamu tidak perlu cemburu melihat kami" ucap Alan.
"Tapi dia selalu mencoba menarik perhatianmu. Memangnya kamu tidak sadar?" ucap Aruna sambil memanyunkan bibirnya.
Alan tersenyum manis dan terlihat begitu gemas melihat ekspresi wajah istrinya itu jika sedang cemburu.
Menjelang petang, akhirnya mereka sampai di basement apartement. Aruna dan Alan turun dari dalam mobil dan mereka berjalan ke arah lift. Alan terus menggenggam erat tangan Aruna. Alan menekan tombol lift dan tak berselang lama pintu lift terbuka. Nampak seseorang tengah berdiri didalam lift dan menatap ke arah mereka. Aruna mempererat genggaman tangannya saat melihat Eza yang ternyata berdiri disana. Eza tersenyum smirk ke arah Aruna. Sementara Alan menatap tajam ke arah Eza.
Eza berjalan keluar dari dalam lift. Aruna nampak begitu tegang dan takut karena Eza terus menatapnya.
Eza berjalan pergi melewati Alan dan Aruna. Aruna pun merasa lega karena Eza sudah pergi.
"Kamu naiklah dulu, aku akan mengambil sesuatu yang tertinggal di dalam mobil" ucap Alan.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama" ucap Aruna.
Alan melepaskan genggaman tangannya dan menyuruh Aruna masuk ke dalam lift. Setelah pintu lift tertutup, Alan berbalik dan melangkahkan kakinya kembali ke arah basement.
Di lantai basement...
Eza hendak membuka pintu mobilnya ketika seseorang menarik bajunya dari arah belakang dan membalikkan tubuhnya.
Bughhhh!!!
Sebuah pukulan mendarat di wajah Eza hingga membuat Eza terhuyung dan hampir jatuh.
Alan kembali mendekati Eza dan menarik bajunya dengan kasar. ia terlihat sangat marah mengingat cerita Aruna tentang apa yang coba dilakukan Eza pada istrinya itu di dalam lift hingga membuat istrinya itu begitu sangat ketakutan.
"Aku sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak mengganggu Aruna lagi. Tapi kamu malah berani menyentuhnya!!"
Bughhhh!!!
Satu pukulan lagi kembali mendarat di wajah tampan Eza hingga mengeluarkan darah diujung bibirnya. Eza menyeka darah itu dan menatap tajam ke arah Alan.
"Kamu tidak tau saja apa yang sudah dilakukan oleh Aruna dibelakangmu! Aruna itu wanita munafik!!!" seru Eza membuat Alan naik pitam dan kembali menarik bajunya.
"Aku lebih tau seperti apa istriku. Sekali lagi kamu berani menyentuh Aruna, aku tidak akan segan-segan melakukan lebih dari ini!" ucap Alan tegas dan penuh penekanan.
Alan melepaskan baju Eza dengan kasar. kemudian ia berbalik dan meninggalkan Eza yang masih menatapnya dengan tatapan marah dan penuh kebencian.
"Kita lihat saja nanti. Aku akan menghancurkan hubungan kalian berdua" ucap Eza sambil menatap tajam ke arah kepergian Alan.
💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yumiyanti Yanti
tonjok bang
2023-05-24
1
Umi Faizah
gentle.keren
2023-05-22
1
dewidewie
wkwkwk bagus aruna aku mendukungmu , aku juga gak suka dengan pekakor🤭🤣🤣
2023-05-19
1