Tok.. tok.. tok..
Alan mengetuk pintu kamar mandi. Sudah hampir satu jam Aruna berada di dalam sana dan tidak kunjung keluar. Alan jadi merasa cemas dan khawatir.
"Aruna... Apa kamu baik-baik saja di dalam?" tanya Alan dari depan pintu kamar mandi.
Tak berselang lama Aruna membuka pintu kamar mandi sambil tangan kanannya memegangi perutnya dan wajahnya yang meringis menahan sakit.
"Kenapa? Apa kamu sakit?" tanya Alan khawatir karena wajah Aruna terlihat sedikit pucat.
Aruna menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak... hanya saja perutku sakit"
"Apa kita perlu ke dokter?? Ayo, aku akan mengantarmu" ujar Alan semakin khawatir.
"Tidak perlu... aku sedang datang bulan jadi perutku sakit. Biasanya ibu selalu membuatkan teh jahe dicampur madu untuk meredakan sakitnya" ujar Aruna
"Kalau begitu aku akan kerumahmu dan meminta ibumu untuk membuatnya" ucap Alan membuat Aruna mengambil nafas panjang.
"Apa kamu akan membangunkan ibuku malam-malam begini hanya untuk membuatkan teh jahe?" sindir Aruna sambil melihat ke arah jam didinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.
"Sudah, aku mau tidur saja. Nanti juga hilang sendiri sakitnya" Aruna melangkahkan kakinya menuju ke arah ranjang dan merebahkan dirinya disana.
Alan menatap kearah Aruna. Ia tetap merasa khawatir melihatnya. Alan pun berjalan mendekat ke arah ranjang.
"Kamu yakin tidak ingin aku mengantarkanmu ke dokter saja?" tanya Alan memastikan.
"Tidak...." jawab Aruna pelan lalu memejamkan matanya.
Alan masih terus menatap Aruna sebelum akhirnya ia juga ikut merebahkan dirinya di atas ranjang.
Aruna sudah memejamkan matanya, tapi ia masih belum bisa tidur. Aruna terlihat seperti gelisah dan membolak-balikkan badannya ke kanan dan ke kiri. Alan yang melihatnya pun mencoba untuk bertanya lagi.
"Sebaiknya kita pergi ke rumah sakit saja" ujar Alan mengangkat sedikit kepalanya dan menatap ke arah Aruna.
Aruna membuka matanya dan menoleh ke arah Alan.
"Jika perutku sedang sakit, biasanya ibu selalu mengusap-usap perutku sampai aku tertidur" ujar Aruna dengan nada sedikit manja.
"Aku akan pergi untuk menjemput ibumu dan mengajaknya kemari" Alan hendak bangun namun Aruna menahan tangannya.
"Yang benar saja tuan Alandra. Tengah malam begini mau menjemput ibuku hanya untuk hal seperti ini?" sindir Aruna
Alan menghela nafas panjang. Kali ini ia tidak punya pilihan lain.
"Kalau begitu biar aku yang melakukannya" ujar Alan membuat mata Aruna melotot.
"Tidak! Nanti kamu menyentuh yang lain" tolak Aruna.
"Jangan berfikir yang macam-macam! Aku tidak akan menyentuhmu jika bukan karena terpaksa" ujar Alan.
Alan memiringkan badannya dan menaruh tangan kanannya diperut Aruna yang sedang tidur terlentang. Ia pun mulai mengusap perut Aruna dengan lembut. Aruna ingin menolak lagi tapi akhirnya ia menurut karena ia seperti tidak ada tenaga untuk berdebat dengan Alan malam ini.
Setelah beberapa saat mata Aruna pun mulai mengantuk dan ia pun memejamkan matanya hingga akhirnya ia tidur terlelap. Alan mendekatkan wajahnya dan mengibas-ngibaskan tangan kanannya didepan wajah Aruna. Alan pun bernafas lega karena akhirnya Aruna bisa tertidur pulas.
"Huuuuffffttt... Rasanya seperti menidurkan bayi saja" gumam Alan.
"Tapi untuk pertama kalinya akhirnya kamu menyebut namaku" ujar Alan sambil tersenyum manis menatap wajah Aruna yang terlihat sangat cantik saat sedang tertidur.
Alan terus memandangi wajah cantik Aruna sampai akhirnya ia ikut tidur terlelap.
Di pagi harinya, Alan sudah menyuruh Aruna untuk tidak masuk kerja tapi Aruna tetap bersikeras untuk berangkat. Alan pun tidak memaksa lagi dan mengantarkan Aruna ke tempat kerjanya.
Alan menahan pergelangan tangan Aruna saat Aruna hendak keluar dari dalam mobil.
"Apa kamu yakin tidak apa-apa? Wajahmu terlihat sedikit pucat?" tanya Alan dengan tatapan khawatir.
Aruna melihat ke arah tangan Alan yang memegangi pergelangan tangannya. kemudian ia kembali menatap wajah Alan.
"Tenang saja, aku tidak selemah itu. Aku baik-baik saja" jawab Aruna, namun Alan tetap merasa khawatir.
"Baiklah, kalau ada apa-apa cepat hubungi aku" ucap Alan.
"Apa dia sedang mengkhawatirkan aku?" batin Aruna.
Aruna menganggukkan kepalanya pelan dan Alan pun melepaskan pergelangan tangannya. Aruna turun dari dalam mobil dan berjalan masuk ke dalam kantor kerjanya.
Alan masih memandangi Aruna hingga gadis itu sudah tidak terlihat lagi. Entah mengapa perasaannya tidak enak dan sangat mengkhawatirkan Aruna. Kemudian ia pun menyalakan mobilnya kembali dan pergi menuju kantornya.
Seharian ini selama dikantor Alan terus menelfon Aruna satu jam sekali. Ia sangat mengkhawatirkan gadis itu dan tidak bisa berhenti memikirkannya.
"Permisi pak, bapak sudah di tunggu di ruang rapat" panggil Jessica dari arah pintu.
Alan menoleh ke arah Jessica. " Oke, baiklah..."
Alan kembali memandangi layar ponselnya sebelum akhirnya ia mematikannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Alan melangkahkan kakinya berjalan keluar ruangan menuju ruang rapat.
Sementara itu, Aruna terus menggerutu karena Alan terus mengganggunya dengan menelfonnya setiap saat.
"Apa dia tidak punya pekerjaan lain selain menelfonku setiap jam. Dia terlalu berlebihan sekali" gumam Aruna sambil menatap layar ponselnya kemudian meletakkan kembali ke atas meja kerjanya.
Waktu terus berputar hingga sore pun tiba. Aruna turun ke lantai bawah bersama dengan Reno. Sesampainya didepan kantor, Reno melihat sekelilingnya dan tidak mendapati mobil Alan disana.
"Sepertinya Alan belum datang Run. Kamu mau menunggunya disini atau saya antar kamu pulang saja dulu? Wajahmu terlihat sangat pucat sekali" ujar Reno yang juga mengkhawatirkan kondisi sekertarisnya itu.
"Tidak apa-apa pak, saya akan menunggunya disini saja. Sebentar lagi juga dia pasti datang" jawab Aruna.
"Kamu yakin Run tidak mau saya antar lebih dulu? Nanti saya akan mengabari Alan kalau saya yang mengantar kamu pulang" ujar Reno lagi.
"Tidak pak, terimakasih. Saya akan menunggu Alandra saja disini" ucap Aruna lagi.
Dengan berat hati akhirnya Reno meninggalkan Aruna didepan kantornya. Didalam mobil Reno mencoba menelfon Alan beberapa kali tapi Alan tidak mengangkat telefonnya. Reno sangat khawatir terjadi sesuatu dengan Aruna, karena Aruna terlihat begitu tidak bersemangat seperti biasanya. Mungkin karena Aruna sedang sakit dan tidak enak badan.
Aruna memegangi kepalanya yang terasa pusing dan begitu berat. Keringat dingin mulai berucuran dikeningnya hingga turun ke wajahnya.
"Kenapa dia lama sekali..." ucap Aruna dengan suara lemah.
"Sebaiknya aku beli obat saja dulu ke apotek" ucap Aruna lagi lalu melangkahkan kakinya keluar dari area kantor kerjanya.
Sebelum pergi, Aruna sempat berpesan pada satpam penjaga depan kantor jika nanti Alan datang suruh menunggunya karena ia akan pergi membeli obat sebentar.
Aruna berjalan kaki menuju apotek yang kebetulan jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya. Aruna berjalan sangat pelan karena kepalanya terasa pusing dan berat. Setelah hampir sampai ke depan apotek, langkah Aruna terhenti karena tiba-tiba matanya mulai berkunang-kunang.
Brukkkkk
Aruna terjatuh dan tak sadarkan diri. Beberapa orang yang sedang berlalu lalang disana langsung berhambur ke arahnya dan mengerumuninya.
💞💞💞
Silahkan masukkan sebagai favorit dan jangan lupa like, komen, vote, hadiah dan bintang 5 nya. 🙏🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nadiyah1511
semoga bukan Alvin yg nemuin Aruna duluan
2024-04-27
1
Vincar
perhatian banget hihi
2023-06-02
1
momy, 1resh
kaku bener tu cowok
2023-05-23
1