Bab 18 : SPMA. Menyusul Aruna

Aruna menekan tombol lift, tak berselang lama pintu lift itu pun terbuka dan Aruna masuk ke dalamnya. Saat pintu lift itu hampir tertutup, seseorang menahan hingga pintu itu kembali terbuka. Aruna terlihat kaget melihat wajah yang sangat familiar kini berdiri dihadapannya. Orang itu masuk ke dalam lift dan berdiri disamping Aruna. Pintu lift pun kini tertutup sempurna.

Pria disamping Aruna menoleh dan menatap wajah Aruna, sementara Aruna berusaha untuk bersikap tenang dan mengarahkan pandangannya lurus kedepan.

"Hei, apa kabar...? mantan pacarku...?" ucap pria yang ternyata adalah Eza.

Aruna pun menoleh ke arah Eza sebentar lalu kembali menatap kedepan. Aruna masih tetap terdiam dan tidak menjawab ucapan Eza tadi.

"Sekarang kamu sudah bisa bermain gila ya Run? Dibelakang suamimu diam-diam kamu bertemu dengan pria lain. Ada hubungan apa kamu dengan pak Alvin Pradipta?" tanya Eza penasaran.

Aruna menoleh ke arah Eza dan menatapnya tajam.

"Bukan urusanmu! Kita sudah tidak ada hubungan apapun. Jadi kamu tidak perlu mencampuri urusanku lagi!" ucap Aruna.

Pintu lift terbuka, Aruna hendak melangkahkan kakinya keluar namun Eza menarik tangannya kembali kedalam dan menekan tombol lift itu hingga pintu lift itu kembali tertutup.

"Eza, apa yang kamu lakukan??!" seru Aruna kesal.

"Aku menyesal dulu tidak sempat memaksamu dan mencicipi tubuhmu ini Aruna" ucap Eza dengan senyum smirknya.

Aruna menarik tangannya dari genggaman Eza dengan kasar hingga terlepas. Aruna kembali menekan angka lantai ruang apartementnya. Eza menarik kembali tangan Aruna dan mendorong tubuh Aruna kebelakang. Eza pun menghimpit tubuh gadis itu dan mendekatkan wajahnya untuk menciumnya. Aruna mencoba memalingkan wajahnya untuk menolak ciuman dari Eza dan berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Eza.

"Jangan munafik Run, aku tau kamu juga menginginkannya. Sudah berapa pria yang kamu goda dan kamu ajak tidur hah!!" ucap Eza dengan terus mencoba melancarkan aksinya di leher Aruna.

"Cukup Eza.. hentikan!!" pinta Aruna dengan suara sedikit serak.

Dughh!!

Aruna menendang kaki Eza hingga Eza menjauhkan tubuhnya dari Aruna.

Plakkkk!!

Tamparan pun mendarat di wajah Eza. Dan saat itupun pintu lift kembali terbuka, Aruna langsung berlari keluar meninggalkan Eza yang sedang memegangi pipinya karena tamparan dari Aruna.

"Aku akan membuat perhitungan denganmu Aruna" gumam Eza sambil menatap tajam ke arah Aruna yang sudah mulai menjauh.

Dengan tangan gemetar, Aruna menekan password pintu apartementnya. Ia terus menoleh kebelakang, takut Eza mengejarnya. Kini pintu itu pun terbuka. Aruna bergegas masuk dan menutup kembali pintunya. Aruna melangkahkan kakinya dengan cepat sampai ke arah sofa. Ia masih merasa takut dengan kejadian bersama Eza didalam lift tadi. Tubuh Aruna terus bergetar dan air mata mulai menetes diwajah cantiknya.

Tak berselang lama, pintu apartement itu kembali terbuka. Aruna terlihat begitu panik dan takut. Ia langsung menoleh ke arah sana dan melihat ternyata Alan yang masuk. Alan kembali menutup pintu dan melihat ke arah Aruna yang sedang berdiri disana sambil menatapnya dengan wajah yang dibasahi oleh air mata. Alan sangat khawatir dan hendak mendekat namun Aruna lebih dulu berlari ke arahnya dan langsung memeluknya erat.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Alan begitu panik karena Aruna menangis di pelukannya.

Aruna terus menangis dan tidak menjawab pertanyaan Alan, hingga membuat Alan semakin khawatir. Alan mencoba melepaskan pelukan Aruna dan menangkup wajah gadis itu. Ditatapnya dalam mata yang basah oleh air mata itu.

"Ada apa Run? Katakan sesuatu, jangan membuatku khawatir" ucap Alan dengan nada khawatir.

Aruna menggelengkan kepalanya dan kembali memeluk Alan. Rasanya ia malu untuk bercerita pada Alan tentang apa yang terjadi di lift tadi. Setidaknya sekarang ia sudah merasa lebih tenang karena Alan sudah pulang. Alan membalas pelukan gadis itu dan mengusap-usap kepalanya untuk menenangkannya.

Tangis Aruna mulai mereda, Alan melepaskan pelukannya dan menyeka air mata gadis itu. Alan tidak ingin bertanya lagi kenapa tadi Aruna menangis dan terlihat begitu ketakutan. Ia akan menanyakannya nanti jika Aruna sudah lebih baik. Alan mengangkat tubuh Aruna ala bridal style. Aruna mencoba memberontak dan minta diturunkan.

"Turunkan aku! Aku bisa jalan sendiri" Aruna memukul dada bidang Alan dan minta diturunkan. Namun Alan tak menghiraukan dan terus melangkahkan kakinya menuju kamar.

Alan menurunkan tubuh Aruna dan membaringkannya di atas ranjang. Alan berjongkok dan menghadap ke arah gadis itu.

"Apa kamu sudah makan dan sudah meminum obatmu?" tanya Alan sambil mengusap rambut Aruna.

Aruna menganggukkan kepalanya pelan.

"Kalau begitu tidurlah, aku akan mandi dulu" Alan bangun dan hendak berbalik tapi Aruna menahan tangannya.

"Temani aku sebentar saja..." pinta Aruna dengan tatapan sendu.

Alan menatap wajah Aruna dan menuruti keinginan gadis itu. Ia duduk di tepi ranjang dan menghadap ke arah Aruna tanpa melepaskan tangannya dari genggaman gadis itu. Perlahan Aruna mulai menutup kedua matanya dan terus menggenggam erat tangan Alan.

Setelah beberapa saat, Aruna tertidur pulas. Alan mengusap lembut wajah Aruna dengan tangan satunya. Ia masih penasaran apa yang terjadi dengan gadis itu sebelumnya hingga membuat gadis itu menangis ketakutan. Perlahan Alan melepaskan tangannya dari genggaman Aruna. Ia bangun dan menyelimuti tubuh Aruna. Diciumnya kening Aruna lalu ia beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

🌺🌺🌺

Hari ini Aruna sudah kembali bekerja seperti biasa. Alan sempat melarangnya untuk berangkat, namun Aruna merasa sudah cukup sehat dan tetap akan berangkat.

"Jangan salah paham dengan apa yang aku lakukan semalam. Aku hanya reflek saja memelukmu" ucap Aruna saat mobil mereka sudah sampai didepan kantor Reno.

"Reflek? Yang benar saja, bahkan kamu menggenggam erat tanganku saat akan tidur" ledek Alan.

Aruna kembali teringat kejadian bersama dengan Eza di dalam lift, namun ia segera menepis bayangan kejadian semalam.

"Itu karena aku takut ada kecoa saja" ucap Aruna beralasan.

"Bilang saja kamu ingin memelukku, aku bahkan tidak pernah menemui kecoa selama aku tinggal di apartement itu" ujar Alan.

"Ya sudah kalau tidak percaya! Aku masuk dulu, malas berdebat denganmu pagi-pagi" Aruna membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil.

"Hari ini aku akan menjemputmu lebih awal!" seru Alan sebelum Aruna menutup pintu mobil.

Aruna menutup pintu mobil kembali dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat kerjanya.

Selama di dalam kantor, seharian ini Aruna terus melamun. Ia teringat akan ucapan Tasya kemarin. Aruna pun masih bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi dengan Alan malam itu? Apakah benar Alan pernah tidur dengan seorang wanita?

Reno yang sedari tadi memperhatikan Aruna pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menghampiri sekertarisnya itu.

"Aruna!" ucap Reno dengan suara agak tinggi hingga Aruna tersentak kaget

"Eh... Maaf pak.. bapak memangil saya?" tanya Aruna kelicutan.

"Kamu sudah buatkan laporan yang saya minta?" tanya Reno

Aruna pun membuka map dan beberapa lembar kertas di atas mejanya. Ia sampai lupa mengerjakan pekerjaannya gara-gara memikirkan Alan terus.

"Maaf pak, saya belum mengerjakannya..." jawab Aruna tanpa berani menatap bos nya itu.

Reno menggaruk pelipisnya dan menggelengkan kepalanya lagi.

"Ya sudah, kamu ikut saya. Besok pagi kita harus ketemu klien di kota B. Jadi sore ini juga kita harus berangkat kesana dan menginap di hotel malam ini. Tidak akan keburu jika kita berangkat besok pagi soalnya. Kamu tenang saja, nanti saya akan menelfon dan memberi tau Alan" ujar Reno.

"Baik pak" Aruna pun tidak bisa menolak perintah bosnya itu. Apalagi ini urusan pekerjaan, mau tidak mau Aruna harus ikut Reno.

Di kantor Alan..

Alan membuka pintu mobilnya, baru hendak masuk tiba-tiba ponselnya berdering dan Alan pun merogoh sakunya dan mengambilnya.

"Reno? Ada apa ya?" gumam Alan lalu menggeser tombol hijau dan menaruh ponsel itu ditelinganya.

"Ya Ren ada apa? Aku baru aja mau kesitu untuk menjemput Aruna" ucap Alan.

"Sorry Lan, kayaknya kamu gak perlu jemput Aruna deh, soalnya aku mau ajak Aruna ke kota B dan malam ini kami akan menginap di hotel. Besok pagi aku harus ketemu klien disana soalnya, tidak keburu jika harus berangkat pagi. Tenang aja, aku pasti jagain Aruna dengan baik kok" ucap Reno.

"Kenapa kamu tidak memberi tau lebih awal? Aruna kan baru sembuh, bagaimana kalau dia sakit lagi?" ucap Alan khawatir.

"Nih kamu bicara langsung sama orangnya aja ya" ujar Reno lalu memberikan ponselnya pada Aruna.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku, malam ini aku tidak akan menggangu tidurmu! Harusnya kamu senang bukan? Ya sudah aku matikan telefonnya ya?"

Tut.. Tut...Tut...

Aruna mematikan sambungan telefon tanpa mendengar jawaban dari Alan. Reno pun hanya tersenyum sambil fokus menyetir mendengar percakapan Aruna pada Alan.

"Benar-benar tidak ada kemajuan" batin Reno.

Sementara itu Alan pun terlihat kesal karena Aruna mematikan sambungan telefon tanpa mendengarnya berbicara lebih dulu. Alan naik ke mobilnya dan pulang ke apartementnya.

Malamnya, Alan terus mondar-mandir di kamarnya. Ia menunggu Aruna menelfonnya tapi sayangnya gadis itu tidak menelfon atau hanya sekedar mengirim pesan padanya. Alan pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan mencoba memejamkan matanya tapi ia tetap tidak bisa tidur dan terlihat sangat gelisah. Alan pun bergegas bangun dan duduk kembali.

"Tidak bisa. Aku akan menyusulnya saja kesana" Alan bangun dari atas ranjang dan mengambil jaketnya dari dalam lemari. Ia meraih kunci mobilnya di atas meja dan bergegas meninggalkan ruangan apartement itu untuk menyusul Aruna.

💞💞💞

Terpopuler

Comments

Vincar

Vincar

1 iklan mendarat Thor 😇

2023-06-07

1

Nuhume

Nuhume

Mantaaaapppp, mami dkung Aruna. gampar ajaaa

2023-05-17

1

Zhu Yun💫

Zhu Yun💫

kwkwkwk 🤭

2023-05-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : SPMA. Perjaka atau bukan?
2 Bab 2 : SPMA. Pengkhianatan Eza
3 Bab 3 : SPMA. Tom and Jerry
4 Bab 4 : SPMA. Salah paham.
5 Bab 5 : SPMA. Deal!! kita menikah.
6 Bab 6 : SPMA. Pernikahan.
7 Bab 7 : SPMA. Pindahan.
8 Bab 8 : SPMA. Mulai khawatir.
9 Bab 9 : SPMA. Aruna Cemburu.
10 Bab 10 : SPMA. Menyangkal Perasaan.
11 Bab 11 : SPMA. Rumah Mommy Ros.
12 Bab 12 : SPMA. Saling Menyadari Perasaan.
13 Bab 13 : SPMA. Cenayang.
14 Bab 14 : SPMA. Menjaga Aruna.
15 Bab 15 : SPMA. Aruna Sakit.
16 Bab 16 : SPMA. Wanita Di Malam Itu.
17 Bab 17 : SPMA. Ada apa dengan malam itu?
18 Bab 18 : SPMA. Menyusul Aruna
19 Bab 19 : SPMA. Pernyataan Cinta Alan
20 Bab 20 : SPMA. Pukulan untuk Eza
21 Bab 21 : SPMA. Bertemu wanita itu lagi.
22 Bab 22 : SPMA. Ciuman selamat pagi
23 Bab 23 : SPMA. Lingerie
24 Bab 24 : SPMA. Ayo kita bercerai
25 Bab 25 : SPMA. Flashback
26 Bab 26 : SPMA. Pengakuan Alan
27 Bab 27 : SPMA. Syarat jadi menantu Mommy Ros.
28 Bab 28 : SPMA. Tak sanggup kehilanganmu
29 Bab 29 : SPMA. Mengakui kesalahan.
30 Bab 30 : SPMA. Mengikuti Nadia
31 Bab 31 : SPMA. Menjenguk Alan
32 Bab 32 : SPMA. ciuman bubur
33 Bab 33 : SPMA. Aruna dalam bahaya
34 Bab 34 : SPMA. Masih Perjaka
35 Bab 35 : SPMA. Menjauh dari Aruna
36 Bab 36 : SPMA. Menemui Alan
37 Bab 37 : SPMA. Suami Perjaka Milik Aruna
38 Bab 38 : SPMA. Kejutan
39 Bab 39 : SPMA. Buka segel
40 Bab 40 : SPMA. Alvin pamit
41 Bab 41 : SPMA. Rumah Papi Ardian
42 Bab 42 : SPMA. Eza kembali berulah
43 Bab 43 : SPMA. Honeymoon
44 Bab pengumuman
Episodes

Updated 44 Episodes

1
Bab 1 : SPMA. Perjaka atau bukan?
2
Bab 2 : SPMA. Pengkhianatan Eza
3
Bab 3 : SPMA. Tom and Jerry
4
Bab 4 : SPMA. Salah paham.
5
Bab 5 : SPMA. Deal!! kita menikah.
6
Bab 6 : SPMA. Pernikahan.
7
Bab 7 : SPMA. Pindahan.
8
Bab 8 : SPMA. Mulai khawatir.
9
Bab 9 : SPMA. Aruna Cemburu.
10
Bab 10 : SPMA. Menyangkal Perasaan.
11
Bab 11 : SPMA. Rumah Mommy Ros.
12
Bab 12 : SPMA. Saling Menyadari Perasaan.
13
Bab 13 : SPMA. Cenayang.
14
Bab 14 : SPMA. Menjaga Aruna.
15
Bab 15 : SPMA. Aruna Sakit.
16
Bab 16 : SPMA. Wanita Di Malam Itu.
17
Bab 17 : SPMA. Ada apa dengan malam itu?
18
Bab 18 : SPMA. Menyusul Aruna
19
Bab 19 : SPMA. Pernyataan Cinta Alan
20
Bab 20 : SPMA. Pukulan untuk Eza
21
Bab 21 : SPMA. Bertemu wanita itu lagi.
22
Bab 22 : SPMA. Ciuman selamat pagi
23
Bab 23 : SPMA. Lingerie
24
Bab 24 : SPMA. Ayo kita bercerai
25
Bab 25 : SPMA. Flashback
26
Bab 26 : SPMA. Pengakuan Alan
27
Bab 27 : SPMA. Syarat jadi menantu Mommy Ros.
28
Bab 28 : SPMA. Tak sanggup kehilanganmu
29
Bab 29 : SPMA. Mengakui kesalahan.
30
Bab 30 : SPMA. Mengikuti Nadia
31
Bab 31 : SPMA. Menjenguk Alan
32
Bab 32 : SPMA. ciuman bubur
33
Bab 33 : SPMA. Aruna dalam bahaya
34
Bab 34 : SPMA. Masih Perjaka
35
Bab 35 : SPMA. Menjauh dari Aruna
36
Bab 36 : SPMA. Menemui Alan
37
Bab 37 : SPMA. Suami Perjaka Milik Aruna
38
Bab 38 : SPMA. Kejutan
39
Bab 39 : SPMA. Buka segel
40
Bab 40 : SPMA. Alvin pamit
41
Bab 41 : SPMA. Rumah Papi Ardian
42
Bab 42 : SPMA. Eza kembali berulah
43
Bab 43 : SPMA. Honeymoon
44
Bab pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!