Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah jendela kaca apartement. Alan yang sudah bangun lebih dulu dan tengah memandangi wajah Aruna yang tidur menghadap ke arahnya. Aruna tertidur sangat lelap sekali, mungkin karena pengaruh obat dari dokter yang ia minum.
Aruna menggeliat dan perlahan membuka matanya. Alan yang menyadari Aruna bangun langsung menutup matanya kembali dan berpura-pura tidur. Aruna membuka matanya lebar dan melihat Alan yang masih tertidur disampingnya. Aruna pun bangun dan duduk, ia melihat sekelilingnya.
"Jam berapa ini?" gumam Aruna lalu mengarahkan pandangannya ke arah jam di dinding.
"Aaaaaaaaaa!!"
Aruna berteriak histeris karena jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Alan yang sebenarnya sudah bangun pun berpura-pura kaget mendengar teriakkan Aruna.
"Kenapa kamu suka sekali berteriak pagi-pagi?" ujar Alan ikut bangun dan duduk menghadap Aruna.
"Kamu tidak lihat itu sudah jam 8??" ucap Aruna panik sambil menunjuk ke arah jam. Alan menoleh ke arah jam sebentar lalu melihat ke arah Aruna kembali.
"Memangnya kenapa? Aku sudah menelfon Reno dan meminta ijin agar kamu tidak masuk hari ini" jawab Alan santai.
"Kenapa tidak memberi tauku? Lalu kamu sendiri kenapa tidak masuk kantor?" tanya Aruna yang melihat Alan juga belum bersiap.
"Hari ini aku mengambil libur, aku akan menemanimu dan menjagamu" jawab Alan.
"Ckk, menjagaku? Tidak perlu! Aku bisa sendiri, jadi kamu tidak perlu menemani dan menjagaku. Jika ada kamu, yang ada aku tidak bisa istirahat. Cepat sana bangun dan mandi!" Perintah Aruna.
"Tidak! Aku tidak mau meninggalkanmu sendirian. Bagaimana kalau kamu pingsan lagi dan tidak ada yang menolongmu" ujar Alan memberi alasan.
"Apa kamu tidak ingat semalam kamu hampir menodai mataku ini? Hari ini aku ingin sendiri dan ingin beristirahat. Jadi cepat mandi dan pergilah ke kantor!" seru Aruna lagi.
Alan menghela nafas panjang dan akhirnya mengikuti kemauan Aruna.
"Baiklah aku akan mandi!" dengan malas, Alan menarik selimut dan bangun dari atas ranjangnya. ia berjalan ke arah kamar mandi.
Aruna melihat ke arah Alan dan tersenyum manis. Sebenarnya ia ingin sekali Alan menemaninya seharian, tapi Aruna takut tidak bisa menahan perasaannya jika berada didekat Alan terus.
Alan sudah siap dengan style kerjanya. Alan juga sudah menyiapkan makanan untuk Aruna dulu sebelumnya.
"Jangan pergi keluar dan beristirahatlah. Kalau ada apa-apa telefon aku" ujar Alan khawatir karena akan meninggalkan Aruna sendirian.
"Aku baik-baik saja sekarang. Aku hanya butuh sedikit istirahat saja. Sudah sana cepat berangkat" ucap Aruna.
Alan terdiam dan menatapi wajah Aruna, ia merasa tidak tega meninggalkan Aruna sendirian. Tapi Aruna bersikeras menyuruhnya untuk pergi.
"Baiklah, aku berangkat dulu" ucap Alan dan Aruna menganggukkan kepalanya.
Alan menyentuh wajah Aruna dengan tangan kanannya dan mengusapnya dengan lembut. Ia menatap hangat mata Aruna hingga Aruna terlihat begitu tegang dan sangat gugup dengan perlakuan Alan. Setelah kembali berpamitan, Alan pun akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari dalam apartemennya. Aruna bernafas lega setelah Alan sudah pergi keluar.
"Dia selalu saja membuat jantungku tidak aman" gumam Aruna sambil mengusap-usap dadanya.
Didalam mobil, Alan menelfon Reno. Alan meminta pada Reno untuk menyuruh Tasya datang ke apartemennya dan menemani Aruna disana. Tasya adalah kekasih Reno, Aruna sendiri sudah cukup mengenal Tasya dengan baik dan mereka menjalin pertemanan.
Aruna sudah menghabiskan makanannya dan meminum obatnya. Ia duduk di sofa dan menyalakan tv. Sepertinya ia akan merasa bosan seharian ini. Aruna tidak fokus menonton televisi, ia kembali teringat pada Alan dan hal-hal yang sudah mereka lalui selama mereka bersama. Apalagi akhir-akhir ini sikap Alan begitu hangat padanya, tapi Aruna tidak tau bagaimana perasaan Alan padanya.
Disiang hari, Tasya datang ke apartement dengan membawakan makanan untuknya dan Aruna makan siang.
"Dari mana kamu tau aku tidak masuk kerja?" tanya Aruna pada Tasya yang sedang menyiapkan makanan.
"Dari suamimu" jawab Tasya dengan tetap fokus pada makanan yang sedang ia siapkan.
"Jadi Alandra yang menyuruhmu datang untuk menemaniku?" tanya Aruna. Didalam hatinya, Aruna merasa sangat senang karena Alan sangat perhatian padanya.
Tasya melirik ke arah Aruna yang berdiri tak jauh darinya. Tasya pun tersenyum.
"Kamu suka ya sama Alandra?" tanya Tasya membuat Aruna kelicutan untuk menjawabnya.
"Ti.. tidak..." jawab Aruna gugup.
Tasya meraih makanan yang sudah ia siapkan di piring dan membawanya ke meja makan. Aruna mengikuti dibelakangnya.
"Ayo kita makan siang dulu" ajak Tasya lalu menarik satu kursi dan duduk.
Aruna pun ikut duduk disamping Tasya dan mereka pun menikmati makan siang mereka.
Selesai makan siang, kini Aruna dan Tasya tengah duduk santai di atas sofa sambil mengobrol dan menonton televisi.
"Setelah satu bulan lebih kamu tinggal berdua dengan Alandra, memangnya kamu tidak punya perasaan apapun padanya Run?" tanya Tasya melirik ke arah Aruna
"Perasaan apa? Aku biasa saja" jawab Aruna mencoba bersikap biasa.
Tasya tersenyum, ia tau Aruna sedang membohongi perasaannya sendiri.
"Aku lihat, Alandra mulai perhatian padamu. Apa kamu tidak bisa merasakan itu?" tanya Tasya membuat Aruna melihat ke arahnya.
Sebenarnya Aruna bisa merasakan semua itu, tapi Aruna takut jika ia salah paham dengan sikap baik Alan terhadapnya.
"Dia melakukannya pada semua wanita, termasuk sekertarisnya" ujar Aruna masih mencoba menyangkal.
"Kamu cemburu dengan sekertarisnya Alandra? Alandra itu pria yang baik, selama ini ia hanya fokus bekerja dan tidak pernah dekat dengan wanita manapun" ucap Tasya dan Aruna pun menoleh ke arah Tasya.
"Tidak pernah dekat dengan wanita manapun?" tanya Aruna nampak tak percaya.
Aruna mengarah pandangannya lurus kedepan "Tapi malam itu aku melihatnya sebagai Alandra yang berbeda. Dia seperti sudah menghabiskan malam dengan seorang wanita. Walaupun selama aku tinggal dengannya aku tidak pernah melihatnya keluar malam atau minum-minuman keras. Lalu ada apa dengan malam itu? Apa yang terjadi malam itu?"
Aruna menatap kembali ke arah Tasya. Ia sangat ingin tau apakah benar Alan sudah pernah tidur dengan seorang wanita.
Tasya tau apa yang dimaksud oleh Aruna, karena malam itu Tasya juga datang ke club untuk menjemput Reno yang juga sudah mabuk disana karena terlalu banyak minum. Namun ia tidak melihat Alan disana dan Reno bilang jika Alan sudah di antar pulang oleh seorang wanita yang ia juga tidak kenal.
"Bagaikan jika Alandra juga mencintaimu?Jika malam itu adalah kesalahan besar yang telah dibuat oleh Alandra, apakah kamu tidak bisa menerimanya dan tetap akan menyangkal perasaanmu?" tanya Tasya
Mendengar ucapan Tasya, Aruna hanya termenung dan terdiam. Seandainya iya Alan juga mencintainya, apakah ia akan bisa menerima perasaan Alan. Mengingat begitu menyakitkannya jika teringat Alan pernah menghabiskan malamnya dengan wanita lain di luar sana, walaupun saat itu mereka belum saling mengenal. Namun hati Aruna tetap merasa sakit jika membayangkan hal itu.
Jam terus berputar. Menjelang petang, Tasya pun pamit untuk pulang. Kini Aruna kembali sendirian di dalam apartement. Aruna hendak masuk ke dalam kamarnya ketika tiba-tiba terdengar suara ponselnya berbunyi.
🎵Du...Du...Du...🎵
Aruna menghampirinya dan meraihnya dari atas meja ruang tengah tempat ia duduk sambil menonton tv tadi dengan Tasya.
"Pak Alvin?... Ada apa dia menelfon?.."
Aruna pun mengangkat panggilan masuk dari Alvin. Ternyata Alvin sudah berada di halaman gedung yang menjulang tinggi itu. Alvin menyuruh Aruna untuk turun sebentar menemuinya. Aruna sempat menolak, apalagi sebentar lagi Alan juga akan pulang. Ia takut Alan akan mencarinya jika tidak melihatnya di apartement. Namun Alvin tetap memaksa dan meminta waktunya sebentar, hingga akhirnya Aruna pun turun untuk menemuinya.
Grepp
Alvin langsung memeluk tubuh Aruna saat melihat gadis itu sudah berdiri dihadapannya.
"Pak Alvin... Apa yang anda lakukan? Lepaskan saya pak!" Aruna mendorong tubuh Alvin hingga pria itu melepaskan pelukannya.
"Maaf Aruna, aku tidak bisa mengontrol diriku. Aku senang kamu baik-baik saja. Tadi aku ke kantor Reno tapi aku tidak melihatmu disana. Reno bilang kamu sedang sakit, jadi aku kemari hanya untuk melihat keadaanmu" ujar Alvin menatap dalam wajah gadis itu.
"Saya baik-baik saja pak. Besok saya juga sudah masuk kerja kembali. Bapak tidak usah terlalu berlebihan terhadap saya. Maaf pak, saya harus kembali ke atas, sebentar lagi suami saya pulang. Permisi..." Aruna hendak berbalik tapi Alvin menahan pergelangan tangannya.
"Aruna... Aku tau ini salah. Tapi aku mencintaimu Aruna" ucap Alvin membuat Aruna menatapnya kembali.
Aruna bisa melihat kesungguhan dan ketulusan Alvin padanya, tapi ia tidak mungkin membalas perasaan pria itu.
"Maaf pak, saya rasa bapak tau kalau saya ini adalah wanita yang sudah memiliki suami. Jadi sebaiknya bapak lupakan saja perasaan bapak terhadap saya" Aruna melepaskan tangannya dari genggaman tangan Alvin dan berjalan masuk kembali ke dalam gedung itu.
Alvin hanya bisa memandangi kepergian gadis itu tanpa bisa menghalanginya lagi. Ia pun sudah berusaha untuk melupakan Aruna namun wajah Aruna selalu terbayang dibenaknya.
Tak jauh dari sana, didalam mobil seseorang tengah memperhatikan mereka sejak tadi.
💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nadiyah1511
ada yg kebakarrrr tp bukan kompor😁🤭💜
2024-04-27
1
Pena Hitam
babang alan liat noh ati2 aruna... siap diterkam
2023-05-14
1
Pena Hitam
eaa gara gara handuk melorot 🤭
2023-05-14
1