Ares menghentikan motornya di sebuah kawasan danau buatan. Langkahnya langsung cepat mengarah pada kerumunan para pemuda berseragam yang sedang baku hantam di pinggir danau tersebut.
Dengan gerakan yang sangat lincah dan bertenaga, Ares memukuli para musuh kelompoknya. Pemuda itu membantu para teman-temannya yang sudah lebih dulu datang menolong salah seorang temannya yang dikeroyok.
Jumlah musuh kelompok pemuda itu sangat banyak, namun bukan Panglima Perang namanya kalau Ares tidak bisa menumbangkan mereka dengan cepat. Padahal jumlah musuhnya lebih dari dua kali lipat jumlah kelompoknya, namun dengan kehadiran Ares di sana, membuat teman-temannya yang lain lebih bersemangat.
"Aku pikir kau tidak akan datang karena kau mematikan teleponnya." Ujar Anton di sela kesibukannya memukuli musuhnya.
"Tidak mungkin kan kalau aku membiarkan kalian semua berjuang tanpaku." Jawab Ares sambil memukuli beberapa orang yang menyerangnya.
Ares bersama para teman-temannya terus berjuang mengalahkan para musuh kelompoknya. Meski pemuda itu bisa mengalahkan beberapa namun karena jumlah lawannya sangat banyak membuatnya merasa kesulitan.
"Es, kenapa gadis itu di sini?"
Mendengar ucapan Anton, Ares langsung menoleh ke arah di mana sahabatnya itu menoleh. Dia terkejut saat melihat Tania menghentikan sepedanya dan langsung berjalan ke arah kekacauan sedang terjadi.
"Mau apa dia ke sini?" Gumam Ares kesal sambil menendang musuhnya.
Tania berjalan masuk ke kerumunan para pemuda yang sedang baku hantam. Gadis itu tampak tidak takut bahkan sedikitpun tidak memedulikan dirinya dengan terus berjalan ke arah Ares meski tubuhnya sesekali terkena oleh mereka yang sedang berkelahi.
"Kenapa kau ke sini? Pergilah dari sini!!" Seru Ares sangat kesal sambil berusaha berjalan ke arah Tania namun beberapa kali terhambat karena mendapatkan serangan-serangan dari musuhnya.
"Kau harus ke sekolah sekarang!! Aku akan membunuhmu kalau kau tidak kembali ke sekolah!!" Jawab Tania sambil beberapa kali mencoba menghindar dari tubrukan-tubrukan yang mengenai dirinya.
"Aku akan kembali setelah selesai. Pergi dari sini!!" Geram Ares semakin kesal karena dirinya menjadi tidak fokus sehingga beberapa kali terkena pukulan.
"Aku akan menyeretmu ke sekolah sekarang. Aku tidak akan kemana—"
Perkataan Tania terhenti ketika gadis itu tidak sengaja terkena tendangan di bagian punggungnya hingga membuatnya langsung jatuh tersungkur ke tanah. Kacamata yang dikenakannya pun langsung jatuh dan pecah karena terinjak.
Seketika perkelahian terhenti karena semua pemuda itu menyadari kehadiran seorang gadis di sana dan saat ini gadis tersebut sudah terkapar di bawah setelah menerima tendangan salah sasaran.
Ares menghampiri Tania yang mencoba bangun dengan menahan rasa sakit dipunggungnya, bahkan dahi gadis itu berdarah karena terbentur batu di bawah.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ares dengan khawatir saat Tania mencoba bangkit berdiri.
Ares melihat pada musuh yang tidak sengaja menendang Tania, dengan penuh amarah pemuda itu menariknya dan melancarkan pukulan keras padanya.
"Es!!" Seru Anton yang memperhatikan Tania.
Ares menahan pukulannya dan menoleh ke arah Tania yang mengeluarkan darah dari hidungnya. Segera Ares berlari mendekati Tania saat melihat gadis itu terlihat seperti akan kehilangan kesadaran.
Dugaan Ares benar, Tania jatuh pingsan. Beruntung dirinya lebih dulu menggapai tubuh gadis itu sebelum terjatuh kembali ke tanah.
Melihat seorang gadis jatuh pingsan, membuat kubu lawannya langsung pergi melarikan diri dari sana.
"Kau mendengarku? Bangunlah!!" Ujar Ares tampak panik pada keadaan Tania.
"Es, cepat bawa dia ke rumah sakit." Seru Anton.
Tania langsung di bawa ke rumah sakit dan langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat untuk mendapatkan penanganan pertama.
Ares tampak sangat ketakutan saat melihat dokter memeriksa gadis itu. Dia hanya berdiri di jarak sekitar tiga meter dari ranjang di mana Tania berbaring masih tidak sadarkan diri.
Pikiran Ares tampak sangat kebingungan, dia benar-benar sangat takut kalau hal buruk terjadi pada Tania yang disebabkan olehnya. Apalagi gadis itu masih belum sadarkan diri saat ini.
"Apa dia baik-baik saja, dokter?" Tanya Ares saat dokter selesai memeriksa Tania dan memberikan gadis itu obat. "Kenapa dia belum sadar?"
Dokter yang baru saja berjalan mengarah pada Ares berhenti di dekat pemuda itu.
"Apa yang terjadi padanya?" Si Dokter balik bertanya.
"Tidak sengaja dia terkena tendangan yang sangat keras hingga tubuhnya tersungkur ke bawah." Jawab Ares.
"Kalau begitu saat sadar kita akan melakukan rontgen. Sekarang biarkan gadis itu istirahat. Aku baru saja memberikan obat padanya. Beritahu aku saat dia sudah tersadar." Seru Dokter tersebut setelahnya langsung berjalan meninggalkan Ares.
Dengan langkah perlahan, Ares berjalan mendekati Tania yang masih tidak sadarkan diri. Pemuda itu masih menatap dengan ketakutan kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Tania.
Perasaan Ares lega saat melihat Tania mengerjapkan matanya. Dia melihat Tania menggerakan tangannya dengan memegang kepala saat membuka mata.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Ares yang berdiri di samping ranjang.
Dengan menahan rasa silau, Tania berusaha membuka matanya. Tatapannya buram karena saat ini dirinya tidak mengenakan kacamata. Meski begitu dia bisa mengira siapa yang beridiri di dekatnya saat ini. Gadis itu melihat pada Ares yang berdiri di samping kanannya, dengan menahan rasa sakit di kepalanya.
"Apa masih terasa sakit? Tunggu sebentar aku akan memanggil dokter."
Tania langsung memegang lengan Ares yang hendak berjalan pergi meninggalkannya. Ares kembali menoleh padanya.
"Kita harus ke sekolah sekarang. Tidak ada waktu untuk melakukan hal-hal yang tidak penting lainnya." Ucap Tania.
Ares heran mendengar perkataan Tania barusan. Gadis itu tampak tidak memedulikan kondisi tubuhnya. Bahkan saat ini Tania langsung berusaha bangun dan duduk.
"Kenapa aku di infus? Aku baik-baik saja. Aku akan meminta mereka melepasnya, kita harus segera kembali ke sekolah." Ujar Tania segera turun dari ranjang.
Akan tetapi gadis itu masih terlalu lemah, hal itu menyebabkan kakinya yang menapak ke lantai tidak mampu menahan tubuhnya. Tania hampir terjatuh sebelum Ares memeganginya.
"Kembalilah istirahat dulu, kau baru saja terkena tendangan yang sangat keras. Untung saja kau masih bisa bangun." Ucap Ares pada Tania yang ada di rengkuhannya.
"Buatku itu sesuatu hal yang sepele. Bagiku yang terpenting adalah apa yang menjadi tujuanku. Lepaskan tanganmu, aku bisa berdiri sendiri." Seru Tania dingin tidak ingin mendengarkan perkataan Ares.
Ares segera melepaskan tangannya dari Tania.
"Permisi suster, bisakah lepaskan infusan ini?" Seru Tania menoleh ke arah meja perawat yang berada di dalam ruang IGD tersebut.
Namun tidak ada yang mendengar seruan gadis itu, itu membuatnya berdecak kesal. Segera gadis itu berusaha mengambil kantong cairan infus yang menggantung, namun tubuhnya goyah kembali.
Ares yang berdiri di belakangnya memegangi pundak gadis itu agar tidak terjatuh.
"Sebaiknya kau beristirahat dulu, bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padamu?" Ucap Ares yang berada di belakang Tania dengan tangan yang memegang kedua pundak gadis itu. "Aku pasti merasa sangat bersalah karena yang terjadi padamu itu penyebabnya adalah aku."
Tania membalikkan tubuhnya menghadap pada Ares, itu membuat tubuh mereka sangat dekat.
"Kenapa sekarang kau jadi merasa bersalah? Jangan menganggapku lemah, aku pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini." Ujar Tania dingin dengan tatapan pada mata Ares. "Sekarang kita harus kembali ke sekolah karena sebentar lagi test pelajaran Biologi akan di mu—."
Tanpa Tania duga, Ares memeluknya. Itu membuat gadis tersebut terkejut karena merasa bingung pada apa yang dilakukan pemuda itu padanya.
"Maafkan aku, aku sangat menyesal. Kau jadi merasakan hal yang menyakitkan karena aku." Ucap Ares.
Tania yang masih terkejut merasa semakin bingung mendengar perkataan Ares. Entah kenapa pemuda itu bersikap di luar dugaannya. Tidak dirinya kira kalau Ares akan menyesal sambil memeluknya seperti itu.
"Apa yang terjadi?"
Suara Kayden mengejutkan Tania maupun Ares. Ares yang memeluk Tania langsung menoleh pada kehadiran wali kelas mereka yang datang ke sana.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
😅😅😅😅 mau nya pelukan lebih lama eh malah di ganggu tapi seneng liat kayden nongol😘😗
2023-11-29
1
ẅ͜͡üɭäN⃟●⃝ғғ♕︎٭ཽ࿐🐊
Tania yang keras kepala malah bikin Ares luluh, mengucapkan kata maaf , alamak pak guru nih datang di saat yang tidak tepat wkwkwk ...
2023-09-10
1
༄༅⃟𝐐Dena🌹
Panas panas panas🔥🔥🔥
2023-08-05
2