Tania masuk ke dalam pekarangan tempat tinggalnya. Saat yang bersamaan Kayden yang sedang menikmati malam di tempat favoritnya di pekarangan rumahnya langsung melihat kehadiran gadis itu.
"Kau baru pulang?" Ujar Kayden langsung bangkit berdiri dan menghampiri Tania. "Dari mana saja kau? Ini hampir jam sembilan malam."
Tania menghentikan langkahnya dan melihat pada Kayden yang menghalangi jalannya.
"Sudah aku bilang, aku menggantikanmu untuk mencari keberadaan murid nakal itu. ya, Seharusnya itu adalah tugasmu sebagai wali kelasnya. Tapi aku tidak akan memintamu untuk berterimakasih. Kau memang sangat tidak cocok menjadi seorang guru." Seru Tania.
"Ya ampun, perkataanmu sangat menusukku. Jangan berkata kasar seperti itu pada wali kelasmu. Aku akan membuat tidak lulus nanti." Jawab Kayden memasang wajah terlihat kesal.
"Sudahlah, aku sangat lelah karena terus berjalan tadi. Aku ingin segera istirahat." Ucap Tania berniat melangkah pergi.
"La—lalu apa kau berhasil menemukan murid nakal itu?" Tanya Kayden menghentikan langkah Tania.
"Ya, kau tenang saja. Aku sangat yakin besok dia akan datang ke sekolah." Jawab Tania setelahnya kembali ingin melangkah namun Kayden memegang pundaknya lagi hingga gadis itu berhenti dan melihat pada pria yang sangat mengenalnya itu.
"Bu kepala sekolah mencarimu tadi. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan padamu." Ujar Kayden.
Mendengar Karen ingin menmuinya, Tania sudah bisa mengira hal apa yang ingin dibicarakan kepala sekolah padanya. Segera gadis itu melangkah masuk ke dalam rumah yang ukurannya lumayan besar namun dengan desain rumah yang unik, yakni minimalis.
Di kejauhan dari luar pekarangan rumah, Ares yang terus memperhatikan Tania dan Kayden, masih terus berpikir mengenai pria yang tampak tidak asing di matanya. Dia terus berpikir dan mencari tahu sesuatu saat pertama melihatnya.
"Kenapa aku tidak bisa ingat pada pria itu?" Gumam Ares yang berdiri di balik tiang listrik untuk sedikit bersembunyi.
Tiba-tiba Kayden yang berjalan ke arah pagar yang ukurannya minimalis tersebut terlihat seperti manatap ke arah Ares berdiri. Segera pemuda itu menyembunyikan keberadaannya dengan berdiri lurus di belakang tiang listrik. Jarak tiang listrik dan tempat Kayden berdiri hanya terpaut tidak lebih dari sepuluh meter.
Namun tidak lama Kayden kembali berjalan masuk ke dalam pekarangan dan kembali duduk ke meja besar favoritmya dan menyeruput kopi yang ada di cangkir miliknya dengan santai.
Tania yang masuk ke dalam rumah dari pemilik ruangan di mana tempatnya tinggal, mengarah ke meja makan yang letaknya terlihat dari pintu masuk.
"Kau sudah pulang?" Sapa Karen pada Tania saat gadis itu berjalan ke arahnya.
"Kay bilang, ibu kepala sekolah mencariku?" Tanya Tania menggeser salah satu kursi meja makan di hadapan Karen dan langsung duduk.
"Bagaimana usahamu dengan Ares Wyman Sanzio? Apa kau sudah berhasil menemkannya?" Tanya Karen.
"Ibu tidak perlu khawatir, anak itu akan masuk besok. Aku sudah membuatnya mengerti dan dengan sendirinya dia menyetujui untuk masuk kembali ke sekolah dan ikut pelajaran kembali. Aku sendiri yang akan memastikan kalau dia akan hadir ke sekolah besok."
"Ya, itu kabar yang bagus. Aku tahu kalau kau memang bisa diandalkan dari pada wali kelasmu yang hanya suka bersantai saja." Ujar Karen dengan menyunggingkan senyumnya membahas anak laki-lakinya sendiri.
"Seharusnya dia tidak menjadi seorang guru. Profesi itu sangat tidak cocok dengannya." Sahut Tania dan mendapatkan tawa kecil dari Karen.
"Aku juga tidak mengerti kenapa dia ingin menjadi seorang guru. Sejak awal, aku tidak pernah memintanya menjadi guru." Jawab Karen
"Jadi kenapa memanggilku, bu? Aku yakin ada hal lain yang ingin dibicarakan." Tanya Tania. "Apa mengenai sekolah?"
Karen menggeser sebuah amplop yang ada di meja ke arah Tania. Amplop besar itu berwarna cokelat.
"Tidak ada salahnya kalau kau mengikuti ujian beasiswa. Ini ada beberapa negara yang memberikan beasiswa full. Kau pelajari dulu negara mana yang sesuai dengan keinginanmu. Di dalamnya ada syarat-syarat dan tahapan-tahapan untuk mendapatkan beasiswanya." Ujar Karen.
"Aku tidak ingin keluar negeri, bu, aku akan menerima beasiswa dari dalam negeri saja. Aku tidak ingin hidup lebih jauh dari ibu dan kedua adikku." Jawab Tania.
"Tidak ada bedanya kau tinggal di dalam atau di luar negeri. Saat kau lulus Perguruan luar negeri, maka kau akan mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih bagus, Tania." Terang Karen dengan menatap lekat anak murid di sekolah yang dipimpinnya. "Sebaiknya kau pikirkan dulu saja, dan pelajari. Aku yakin kau pasti akan mendapatkan beasiswa itu."
"Baiklah, aku akan membacanya dulu dan memikirkannya lagi. Hanya beasiswa full yang akan aku ikuti. Aku juga harus mencari uang untuk keluargaku nantinya." Ujar Tania mengambil amplop besar tersebut. "Bu, seharusnya ini adalah tugas wali kelas bukan tugas seorang kepala sekolah sepertimu."
Perkataan Tania membuat Karen tersenyum. Memang Kayden yang meminta dirinya untuk memberi tahu semua itu pada Tania, karena pria itu tahu kalau dirinya yang memberitahu, Tania akan langsung menolaknya.
Tania tidak ingin berkuliah di luar negeri karena gadis itu tidak ingin hidup lebih jauh dari ibu dan kedua adiknya. Ditambah itu, dirinya juga ingin mencari uang untuk biaya sekolah kedua adiknya ketika berkuliah nanti. Karena itu, dia berpikir akan sulit jika harus pergi ke luar negeri.
Tania berjalan keluar dari rumah itu untuk ke tempatnya tinggal. Kayden masih berada di luar dan masih bersantai seperti tadi.
"Apa kau tidak digigit nyamuk? Kenapa kau sangat suka berada di luar?" Tanya Tania sembari berjalan menuju tempatnya.
"Nyamuknya sudah kenal aku, mereka menganggapku satu spesies dengan mereka. Jadi mereka tidak menggigitku." Jawab Kayden dengan sebuah candaan dan kembali melihat ke atas langit.
Sebelum membuka pintu ruangannya, Tania menoleh lagi pada Kayden yang memunggungi keberadaannya.
"Aku akan memikirkannya lagi. Terimakasih karena kau sudah mencari tahu mengenai beasiswa-beasiswa itu untukku." Ujar Tania.
"Aku ini memang wali kelas yang sangat baik." Ucap Kayden memulas senyuman.
"Seharusnya kau mengatakannya langsung padaku dan tidak meminta ibumu yang mengatakannya." Sahut Tania sambil membuka pintu kamarnya dan langsung masuk ke dalam.
Kayden hanya tertawa kecil mendengar ucapan anak murid di kelasnya tersebut.
...***...
Tania berada di sekolah pagi-pagi sekali. Gadis itu sejak pagi mengurusi kegiatan OSIS karena pulang sekolah nanti dirinya bersama dengan semua anggota OSIS akan melakukan rapat untuk membahas pemilihan ketua OSIS periode selanjutnya.
Ketika bel masuk berbunyi, Tania berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya.
Saat yang bersamaan, Kayden yang akan mengajar di jam pertama di kelas Tania, melihat gadis itu dan langsung berjalan dengan cepat menghampirinya.
"Kau habis mengurus kegiatan OSIS?" Tanya Kayden yang berjalan di samping Tania.
"Ya, sepulang sekolah kami akan rapat untuk membahas pemilihan ketua OSIS selanjutnya." Jawab Tania.
"Lalu apa kau sudah lihat, murid nakal itu sudah datang atau belum?" Tanya Kayden lagi.
"Entahlah, tapi aku yakin dia akan menepati janjinya. Kemarin dia bilang akan datang." Ucap Tania.
Saat mereka sampai di kelas. Tatapan Tania langsung mengelilingi kelas tersebut untuk mencari keberadaan Ares. Namun pemuda itu tidak terlihat di sana.
"Dia tidak ada. Anak berandal sepertinya tidak akan menepati janji. Itu mustahil." Ucap Kayden sambil berjalan masuk ke dalam kelas.
Tania hendak berbalik, dia berencana untuk mencari Ares lagi dan tidak mengikuti pelajaran. Gadis itu terlihat sangat kesal.
"Natania, kau mau kemana?" Panggil Kayden menghentikan langkah Tania. "Ini sudah jam pelajaran. Duduklah di tempatmu."
Tania menoleh pada Kayden dengan tatapan kesal, segera gadis itu berjalan ke arah mejanya berada dan tidak jadi pergi meninggalkan sekolah.
...***...
Wajah Ares babak belur setelah melalui pertarungan sengit dengan musuh kelompoknya. Begitupun semua teman-temannya. Mereka semua baru saja sampai di sebuah kawasan perkantoran ketika malam hari tiba.
Motor mereka melaju dan berhenti di mana sudah ada beberapa motor lainnya berada.
"Kau lihat kan bagaimana mereka semua tadi kabur? Itu sangat memalukan, bahkan salah satu dari mereka terlihat buang air kecil saat berlari." Ujar Ares saat turun dari motornya dan membuka helm.
"Aku rasa mereka tidak akan berani lagi menantang kita." Timpal Anton yang juga turun dari motor dan membuka helm.
"Yang lebih penting dari itu, mereka tidak akan berani lagi mengatakan sesuatu yang buruk tentangku. Tidak akan bisa mereka merendahkan aku." Ucap Ares dengan senyum sombongnya. "Di mana yang lainnya? Kenapa belum datang? Jam berapa kau bilang pada mereka? Ini sudah jam sepuluh malam."
"Aku mengatakan jam sepuluh. Mungkin sebentar lagi mereka datang." Jawab Anton.
"Apa the bloody rose akan benar datang?" Tanya Ares terlihat penasaran.
"Tentu saja, aku menantangnya dan balapan kali ini memang karena kau ingin bertanding dengannya, kan?" Ujar Anton sambil melihat ke arah lain.
Tatapan Anton terhenti pada seseorang yang baru saja berjalan ke tengah jalan di hadapan motor-motor mereka berada.
"Es, gadis itu ada di sini."
"Gadis? Gadis apa?" Tanya Ares melihat pada sahabatnya.
Ares mengikuti arah tatapan Anton dan menoleh ke depan mereka. Dirinya langsung sontak terkejut karena melihat Tania berada di jarak sekitar sepuluh meter dirinya.
Gadis itu berdiri di tengah jalan dengan tatapan tajam pada Ares.
"Dia benar-benar terobsesi padamu, Es." Ucap Anton.
...–NATZSIMO–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
ngakak guling2 Ares takut liat Tania... hantu kalii ya sampe kaget gitu😅😅
2023-11-29
1
༄༅⃟𝐐Dena🌹
Aku kok lebih suka Kayden yaa drpd Aress gedang🙄🙄
2023-08-03
2
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
dasar bocah nakal!!!
2023-06-18
1