Entah kenapa Tania menjadi sangat emosi saat mendengar jawaban Ares. Gadis itu jadi teringat mengenai ibunya yang dikeluarkan secara tidak hormat saat menjadi guru di sekolah mereka, diakibatkan tuduhan yang dia yakini adalah sebuah kebohongan. Dirinya tidak percaya kalau sang ibu sampai mengancam paman Ares untuk menjalin hubungan dengannya.
Bagaimana pun jika dipikirkan, seharusnya tidak ada yang mempercayai hal tersebut. Tidak mungkin seorang wanita baik-baik melakukannya, namun wajah tampan dan reputasi kembaran ayah pemuda itu membuat siapa saja akan percaya.
Keadaan menjadi sangat dingin saat ini. Tak ada suara siapapun terdengar. Hanya ada desir angin malam yang bertiup membuat debu di jalan berterbangan.
"Kenapa kau berkata buruk mengenai keluargaku? Sedangkan kau tidak tahu apapun mengenai kami." Ucap Ares dingin dengan tatapan menajam pada Tania.
"Seharusnya kau tahu sesuatu... Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Jadi aku rasa perkataanku tidak salah karena aku menilaimu seperti yang aku katakan tadi. Dan sifat dan sikapmu, bahkan kebiasaan burukmu aku yakin juga menurun dari keluargamu." Jawab Tania dengan sangat serius.
Ares menahan amarahnya saat mendengar hinaan yang keluar dari mulut gadis yang ada di hadapannya. Pemuda itu hanya bisa menahan kepalan tangannya agar tidak lepas kendali.
"Satu lagi, aku rasa tidak ada yang tidak mengenal keluargamu di kota ini. Ayahmu dan kedua kembarannya, bahkan bibimu yang luar biasa itu juga menikah dengan seseorang yang sangat luar biasa. Jika memang kau tidak terima dengan perkataanku tadi, maka sebaiknya kau akui kalau hanya kau barang cacat dikeluargamu." Lanjut Tania.
Tiba-tiba kesunyian terpecah dengan suara knalpot motor yang sangat keras. Sebuah motor datang dari arah belakang Tania dengan seorang pengemudi yang langsung berhenti di jarak tidak terlalu dekat dengan Ares dan Tania.
Ares melihat pria pengendara motor yang seluruh tubuhnya ditutupi, dan juga memakai helm dengan warna serba hitam. Terdapat gambar bunga mawar merah di punggung jaket dan lengan kanan orang tersebut. Itu membuatnya yakin kalau dia adalah The Bloody Rose, pria yang tak terkalahkan dalam hal balap motor di kotanya.
Melihat pria itu berjalan mengarah padanya, Ares tahu kalau dia merupakan orang yang dirinya tantang balapan kali ini. Hal itu membuatnya harus segera mengakhiri percakapannya dengan Tania.
"Pergilah, sebelum kesabaranku habis." Seru Ares kembali melihat pada Tania.
Pemuda itu berharap kalau Tania segera pergi dari sana karena orang yang dia tantang sudah hampir sampai di hadapannya.
Tania merasa melihat kekesalan yang terpancar dari mata Ares. Gadis itu berpikir kalau sebaiknya untuk saat ini dirinya pergi dari sana, karena tampaknya pemuda yang menatapnya dengan marah tidak akan mau mendengarkan perkataannya saat ini.
"Dengarlah, aku tidak akan berhenti sampai kau benar-benar masuk ke sekolah lagi." Ujar Tania dengan penuh keyakinan.
Setelah berkata seperti itu, Tania membalikkan badannya namun tanpa dia tahu kalau pria yang disebut The Bloody Rose berada di belakangnya sehingga gadis itu menabraknya.
"Seharusnya kau tidak berdiri di belakang orang lain!" Celetuk Tania melirik kesal pada pria yang wajahnya tertutup helm dan masker tersebut.
Tidak ada jawaban dari pria yang ditabraknya membuat Tania segera melangkah pergi dari kerumunan para pria di sana.
Saat berjalan tidak jauh dari sana, gadis berkacamata itu menoleh kembali dan melihat pada pria yang baru saja dirinya tabrak. Dia tahu kalau pria itu adalah pengendara motor yang tadi dirinya lihat saat berada di minimarket, namun saat menabraknya tadi dan mencium parfum pria itu, membuat Tania seperti tidak asing dengannya.
Meski begitu, langkahnya tetap melebar untuk meninggalkan tempat itu. Rasa lelah dan kekesalan membuat gadis itu ingin segera menjauh dari pemuda bernama Ares, untuk saat ini.
Melihat Tania sudah menjauh pergi, Ares menggeser tatapannya pada pria yang sudah berdiri di hadapannya di jarak tidak lebih dari dua meter.
Hanya mata pria itu yang bisa dirinya lihat di balik helm yang dikenakannya. Ini adalah tantangan pertama Ares pada pria yang identitas aslinya itu dirahasiakan. Si penguasa jalanan, The Bloody Rose.
"Jadi apa taruhannya?" Tanya The Bloody Rose dengan suaranya yang bertipe baritone.
Ares menyunggingkan bibirnya, untuknya apapun taruhannya tidaklah penting. Semua itu karena dirinya sangat yakin akan memenangkan balapan.
"Kau bisa meminta apapun padaku kalau kau menang." Jawab Ares dengan kepercayaan diri yang besar.
"Lalu apa yang akan kau minta dariku kalau kau yang menang?"
Ares menatap lekat mata pria yang menyembunyikan identitasnya itu dari siapapun. Meski begitu dirinya tahu kalau sepupunya yang bernama Symphony mengetahui siapa The Bloody Rose, karena rumus pertemanan yang diciptakan pamannya Lion—ayah dari sepupunya itu, membuat rahasia mengenai identitas asli pria dihadapannya tetap terjaga.
"Sebenarnya tidak ada yang ingin aku minta darimu, tapi saat aku menang maka aku ingin kau membuka identitas dirimu pada semua orang." Ujar Ares dengan senyum miring dengan gaya angkuhnya.
The Bloody Rose mendengus mendengar permintaan pemuda di hadapannya.
"Baiklah, itu tidak masalah dan lagi dalam waktu dekat ini pun aku berencana untuk berhenti balap liar seperti ini." Jawab pria yang membuat siapapun penasaran dengan dirinya, sambil berjalan menuju motornya yang terparkir.
Motor Ares berjajar dengan motor pria yang ditantang olehnya. Sebentar lagi mereka berdua akan melakukan balap motor. Ini untuk kali pertamanya Ares berhadapan dengan pria yang selalu menjadi juara disetiap balapan liar tersebut.
Mereka berdua akan melalui jalanan sepanjang tiga kilometer di kawasan perkantoran yang memang selalu sepi saat malam hari. Garis akhir berada di sebuah danau buatan atau telaga yang ukurannya lumayan besar.
Kedua orang tersebut menggeber knalpot motor mereka untuk ancang-ancang. Ares memfokuskan dirinya pada jalanan, sedangkan pria yang ditantangnya sempat menoleh sesaat padanya.
Kedua motor langsung melaju dengan sangat cepat, melesat bagai roket meninggalkan tempat semula saat aba-aba mulai perlombaan balap diberikan.
Ares tampak unggul dengan jarak yang lumayan jauh dari lawannya. Sesekali pemuda itu menoleh pada saingannya dan sebuah senyum sombongnya tersungging di balik helm yang menutupi kepala dan wajahnya. Dia sangat yakin kalau dirinya akan menang dari orang yang tak terkalahkan tersebut.
Jalur balapan melewati sebuah tikungan yang menukik tajam, sesaat sebelum Ares sampai di tikungan tersebut, pria yang ada dibelakangnya menarik gas motornya dengan jauh lebih cepat hingga mampu menyalip motornya.
Hingga garis akhir di depan mata, Ares tidak mampu mengejar ketertinggalan dirinya. Dengan perasaan yang sangat kesal, pemuda itu menggeram saat memasuki garis finish.
"Sialan!!" Geram Ares sangat kesal sambil menghentikan motornya dan langsung membuka helm.
The Bloody Rose yang berada di depannya memutar balik motornya dan menghampiri Ares.
"Sebelum kau menantang lawanmu, ada baiknya kau mencari tahu dua hal terlebih dahulu." Ujar pria yang tetap memakai helmnya. "Pertama kau harus tahu medan yang akan kau lalui seperti apa, dan yang kedua... Kau harus mencari tahu kemampuan dari lawanmu."
"Diamlah! Kau hanya beruntung saja kali ini." Seru Ares tidak ingin mengakui kemampuannya yang belum bisa mengalahkan pria itu.
Terdengar sebuah tawa kecil dengan maksud mengejek dari The Bloody Rose, hal itu membuat Ares tersulut emosi.
"Hentikan tawamu, berengsek!!" Geram Ares.
"Ternyata memang benar, dibanding dengan keluargamu lainnya, kau tidak ada apa-apanya. Ah, tidak, sepertinya aku salah... Bagaimana pun julukan Panglima Perang masih kau gunakan. Ya, setidaknya itu masih ada bagusnya."
"Diamlah! Katakan saja apa yang kau inginkan!!" Tatap Ares.
"Kau tahu? Saat kau menantangku, walau aku yakin kau bukan lawanku yang sebanding, aku tetap mencari tahu mengenai dirimu." Jawabnya. "Ternyata kau memang hanya anak nakal yang selalu membolos. Jangan bilang kalau gadis tadi adalah teman sekolahmu, ya?"
"Itu tidak ada hubungannya denganmu!! Katakan saja, apa yang kau inginkan—"
"Bagaimana kalau aku memintamu untuk mendengarkan semua perkataan gadis tadi?" Sela The Bloody Rose.
"A—apa maksudnya? Kenapa kau memintaku untuk melakukan hal yang tidak ada kaitannya dengan apa yang kita lakukan ini?" Tanya Ares heran.
Pria itu berdecak menjawab ujaran Ares sambil menggeber motornya lagi.
"Kau kalah, jadi kau harus melakukan apa yang aku minta. Aku hanya akan menerima tantangan darimu lagi saat kau melakukan apa yang aku inginkan itu." Ucap The Bloody Rose setelah itu menarik gas motornya dengan sangat cepat meninggalkan Ares.
Ares menoleh melihat pada pria misterius tersebut saat Anton dan teman-temannya datang. Dia merasa ada yang aneh dengan pria yang baru saja bersama dengannya. Entah kenapa dirinya merasa tidak asing saat mendengar suaranya.
"Apa kau mengalahkannya, Es?" Tanya Anton saat tiba di sana dan mendekati sahabatnya.
"Aku pasti akan mengalahkannya di tantangan selanjutnya!!" Geram Ares.
The Bloody Rose menghentikan motornya di sebuah jalanan yang sepi dan jauh dari lokasi Ares berada. Pria itu melepas helm yang dikenakannya dan membuka penutup sebagian wajahnya, dan memperlihatkan siapa dirinya.
"Guru macam apa aku ini... Sepertinya hanya aku, guru yang meladeni anak muridnya balapan liar." Gumam The Bloody Rose yang merupakan Kayden.
...–**NATZSIMO**–...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rina👻ᴸᴷOFF
wow kayden keren... aku lebih suka sama karakter kayden deh cooll keren ganteng😅😅
2023-11-29
1
༄༅⃟𝐐Dena🌹
awww Kayden😳😳. Aku padamu 😁😁
2023-08-03
2
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
ya gpp dong, Kay...
utk murid model Ares..
emang harus dijatuhkan di medan laga.. biar gak banyak tingkah 🤭
2023-06-18
1