"Woy Jaenabbb!" panggil seseorang dari belakang Amanda saat Amanda masih berjalan di koridor.
Amanda sudah tau siapa yang memanggilnya. Siapa lagi kalau bukan Rega, hanya Rega yang memanggilnya dengan sebutan Jaenab! Gak keren banget ya hohoho.
Amanda berhenti dari jalannya,tapi tidak menoleh kebelakang. Biarkan saja Rega yang menghampirinya.
Semua murid langsung menatap Amanda karena tiba tiba Amanda berhenti di tengah tengah mereka.
"Ngapain sih cewek gila itu berenti disini!Ganggu pemandangan aja."
"Mata gue kotor."
"Dah yuk masuk kelas aja, males banget liat sampah."
"Yuk, gue juga males liat sampah."
Amanda hanya menghela nafas pelan, cibiran seperti itu sudah di dapatkanya sejak Amanda sekolah di sini.
Amanda mencebikkan bibirnya, sudah berapa menit Amanda berhenti disini? Rega belum juga kelihatan batang hidungnya. Dengan malas Amanda menggerakkan tubuhnya untuk melihat kebelakang.
Byurr
Tidak ada Rega di belakang, melainkan Tari dan Caca. Tari menyiram Amanda dengan sebotol air mineral.
"HAHAHA, LIAT NIH GAES PENYEBAB KEMATIAN KIRANA PAGI PAGI MANDI DI SEKOLAH," teriak Caca yang membuat perhatian dari anak anak kelas, sehingga mereka semua berhambur keluar untuk menyaksikan Amanda yang basah kuyub.
Murid murid langsung berbisik-bisik, tapi Amanda masih bisa mendengarnya. Mereka semua berbisik
"Gila sih! Ternyata dia yang buat Kirana meninggal."
"Yang bener? Jadi dia yang buat Kirana meninggal?".
"Gila sih emang bener bener gila."
"Kenapa gak di DO aja sih."
"IYA GAESS BENER! INI CEWEK GILA YANG BUAT KIRANA MATI! KARENA SEBELUM KIRANA MATI, DIA SEMPET NGOMONG SAMA AMANDA, BISA JADI KAN? KALO AMANDA GAK TERIMA DI OMONGIN SAMA KIRANA, PADAHAL KIRANA NGOMONG YANG BAIK BAIK HUHUHU," kali ini Tari yang berteriak dan Amanda hanya menunduk diam.
Bukankah Kirana yang selalu berbuat jelek ke Amanda dan tidak pernah berbuat baik pada Amanda. Amanda selalu saja diam tidak pernah menjawab ataupun berdoa jelek pada Kirana? Tapi mengapa mereka berdua memutar balik-kan fakta? Seolah-olah Amanda yang salah disini.
"Kenapa? Lo gak bisa jawab karena lo yang bikin kirana mat–"
Byurr
Rega tiba-tiba datang dan menyiramkan cairan hitam pekat dan bau, lebih tepatnya air comberan ke Tari dan Caca.
Tari dan Caca bersamaan memegang rambutnya yang basah dan menciumnya
Huekk
"EH GAISSS LIAT NII, ADA ORANG MANDI COMBERAN DI SEKOLAH." Semua murid tertawa karena mendengar suara Rega yang menirukan suara Caca.
"Uhhh bauuu," ucap Rega menirukan suara perempuan lalu menjepit hidungnya dengan jari telunjuk dan ibu jari.
Murid-murid yang mendenger perkataan Rega langsung ikut menjepit hidung. Karena bener perkataan Rega bahwa Tari dan Caca sangat bau pagi ini.
"Sekarang lo semua liat kan, siapa yang bener siapa yang salah. Lo liat Amanda, dia disiram masih aja cantik. Lah ini duo srigala disiram langsung bau, kotor, jelek lagi, itu semua karena dia bicara yang enggak-enggak tentang Amanda pake mulut kotornya itu. Sedangkan Amanda? Pasti kalian tau kan, setiap Amanda di bully, di hina-hina sama kalian, Amanda diem aja, bahkan gak ngebales sama sekali hinaan kalian." Rega membela Amanda pada seluruh murid yang ada di koridor.
Semua yang ada di koridor langsung terdiam, bahkan cicak yang lewat juga diem. Mereka semua membenarkan perkataan Rega. Mereka sering kali menghina Amanda dengan ucapan yang sangat menusuk. Tapi gadis itu hanya diam.
"Dan buat lo!" Rega menunjuk Tari dan Caca yang sedari tadi diam sejak Rega datang.
"Gue udah pernah bilang sama lo, kematian seseorang itu takdir, semua yang hidup pasti mati. Lo gak bisa nyalahin seseorang atas kematian seseorang," ucap Rega kepada Tari dan Caca dengan suaranya mulai menurun.
Lagi-lagi murid yang berada di koridor membenarkan perkataan Rega. Hidup mati ada di tangan sang Pencipta. Semua yang hidup pasti akan mengalami kematian, dan itu adalah takdir manusia.
Rega menarik pelan pergelangan Amanda untuk pergi dari koridor yang berisi manusia mulut mulut sampah.
Rega mengajak Amanda untuk ke toilet merapihkan diri karena rambutnya sedikit berantakan karena siraman air tadi.
"Mau kemana?" tanya Amanda.
"Toilet."
Amanda langsung berhenti di tempat.
"Gue temenin lo kok, Nab."
Amanda mengernyitkan keningnya.
"Gue udah tau, lo gak pernah ke toilet kan? Karna lo takut banyak setan disana? Iya kan."
"Kamu udah tau ya?" Amanda menunduk, Amanda bertanya tanya pada dirinya, apakah Rega akan meninggalkannya seperti yang lain?
"Gue kan udah bilang Nab, gue gak akan ninggalin lo. Gue mau nerima lo jadi temen gue, apapun keadaan lo."
Amanda mengangkat kepalanya,lalu tersenyum kecil. "Makasih."
"Tapi aku gak mau ke toilet."
"Terus rambut lo?".
"Entar kering sendiri."
Rega menghela nafas pelan, gadis di depannya sangat keras kepala.
"Yaudah, ikut gue."
"Kemana?".
Rega tidak menjawab pertanyaan Amanda, Rega langsung pergi berjalan. Rega tau pasti Amanda akan mengikutinya.
Amanda dengan terpaksa mengikuti Rega. Amanda berjalan malas di belakang Rega. Sebenarnya apa yang mau di lakukan laki-laki ini?
Amanda berhenti. Tunggu, ini seperti tangga untuk naik ke rooftop. Apakah Rega akan membawanya ke rooftop, dan apakah Rega akan melakukan apa yang seperti di mimpi Amanda?
Amanda memukul-mukul kepalanya pelan untuk menghilangkan pikiran negatifnya. Tapi percuma, ia tidak mau hilang dari pikiran Amanda.
"Woy Jaenab!" panggil Rega saat sudah di anak tangga pertama dari atas. Sedangkan Amanda masih berada di anak tangga paling bawah.
"Lo ngapain diem, cepetan naik."
"Naik apa?".
"Naik kereta api!".
"YA NAIK TANGGA LAH JAENAB!" perjelas Rega, Rega kesal dengan gadis yang di hadapannya. Amanda polos atau polos?
"Mau kemana?" tanya Amanda.
"Rooftop."
DEG!
Amanda kembali teringat dengan mimpinya, apakah ini sungguhan? Apakah Amanda akan di dorong dari rooftop?
"Gue gaakan ngapa-ngapain lo, Nab! Gue udah tau kok dari bokap lo tentang lo mimpiin orang ganteng," ucap Rega dengan bangganya karena melihat Amanda cemas.
Apa katanya? Mimpiin orang ganteng?Amanda sangat mual ketika mendengar perkataan itu dari mulut Rega.
"Kamu gak bohong?" tanya Amanda ragu.
"Enggak Nab."
Akhirnya Amanda percaya dengan ucapan Rega, dan mulai menaiki tangga satu persatu. Tapi saat Amanda berada di pertengahan tangga, sosok itu kembali muncul.
Sosok itu mulai mendekat ke Amanda. Amanda yang melihat itu langsung berjalan mundur.
Rega menatap Amanda bingung, mengapa gadis itu seperti ketakutan? Tiba-tiba Rega teringat dengan pisau lipat yang di berikan Bima tadi pagi. Dengan cepat Rega mengeluarkan pisau itu dari sakunya.
Astaga. Benar! Sosok itu ingin mencelakai Amanda. Rega masih tidak percaya dan terus melihat sosok itu dan Amanda, ini baru pertama kalinya Rega melihat makhluk halus.
Amanda jalan mundur dan tidak memperhatikan anak-anak tangga karena fokus dengan sosok di depannya. Amanda terjatuh dari tangga, dan itu baru menyadarkan Rega karena sedari tadi Rega hanya diam memperhatikan.
Brukk
"Amanda!" Rega berlari turun karena melihat Amanda yang sudah tergeletak di lantai dan sosok itu masih terus berjalan.
Rega berlari dan saat di samping sosok itu, Rega langsung menancapkan pisaunya ke punggung sosok itu sesuai instruksi dari Bima. Sosok itu kemudian menghilang.
Rega langsung menggendong Amanda ke UKS. Rega menyesal dirinya begitu bodoh tidak bisa menjaga Amanda. Jelas-jelas pagi tadi Bima mempercayai Rega untuk menjaga Amanda.
Rega dan Raiyhan sedang berada di parkiran setelah memakirkan mobilnya.
Raiyhan langsung berjalan masuk untuk ke kelas. Sedangkan Rega masih menunggu seseorang, siapa lagi kalau bukan Amanda.
Setelah menunggu sepersekian menit, akhirnya orang yang di tunggu-tunggu datang.
Itu siapa yang bersama Amanda? Apakah itu ayahnya Amanda? Tapi wajahnya belum mendukung untuk menjadi seorang ayah. Wajahnya masih sangat muda.
Akhirnya Rega memutuskan untuk menemuo orang itu setelah Amanda masuk.
"*Emm... maaf kak," ucap Rega sopan. Sedangkan lawan bicaranya hanya tertawa pelan.
"Pasti kamu Rega?" tanya Bima memastikan.
"Iya, kok kakak tau? Kakak, kakaknya Amanda?" Bima lagi-lagi tertawa. Teman putrinya ini tidak mengetahui bahwa dirinya adalah ayah Amanda*.
"*Jangan panggil saya kakak, itu terlalu muda untuk saya."
"Panggil saya om, saya ayahnya Amanda," lanjut Bima yang membuat Rega tersenyum kikuk.
Bagaimana tidak, wajahnya masih sangat muda. Rega sulit untuk memastikan bahwa yang ada di hadapannya adalah ayah Amanda.
"Eh... ma–maaf om," cicit Rega malu dengan sapaannya tadi.
Bima tertawa. "Iya gakpapa."
Rega menghela nafas lega.
"Om boleh minta tolong? tanya Bima.
Rega mengangguk, apalagi kalau soal Amanda. Jujur, Rega sudah menyukai Amanda saat pertama kali bertemu, saat dirinya tiba-tiba meniup wajah Amanda yang sedang terpejam di taman.
"Tolong kamu bawa ini." Bima menyerahkan pisau lipat yang sering digunakannya untuk melindungi Amanda.
Rega membulatkan matanya sedikit kaget. "Untuk apa Om?".
Bima menghela nafas, kemudian dirinya menceritakan dari awal hingga akhir tentang Amanda.
Setelah mendengarkan cerita Bima. Rega mengangguk yakin.
"Saya percaya sama kamu."
"Saya percaya kamu bisa menjaga putri saya."
"Makasih om. Om udah percaya sama Rega*."
×××
Rega sudah membawa Amanda ke UKS dan sekarang Amanda sedang berada di atas brankar. Rega duduk di samping brankar Amanda.
Rega terus memegangi tangan Amanda. Rega merasa gagal menjaga Amanda.
"Erghhh...." suara erangan dari Amanda.
Amanda kemudian beranjak dari tidurnya dengan bantuan Rega.
"Lo gak papa? Mana yang sakit?" tanya Rega cemas saat Amanda sudah membuka matanya.
Amanda terkekeh melihat laki-laki di depannya begitu mengkhawatirkan nya. "Aku gak papa, makasih ya."
"Harusnya gue yang minta maaf gak bisa jaga lo dengan baik."
"Ini udah lebih dari cukup Rega."
"Enggak Jaenab! Ayah lo udah percaya sama gue kalo gue bisa jaga lo, tapi ini? Lo sampe jatuh dari tangga gara-gara gue." Rega menatap Amanda sendu.
"Ini bukan salah kamu Rega, tadi aku jalan mundur terus kurang merhatiin anak tangga, hehehe." Amanda tidak mungkin menceritakan bahwa ia melihat sosok itu, bisa-bisa Rega menganggapnya gila seperti yang lain.
"Gue udah tau Jaenab, lo gak usah nutup-nutupin lagi. Gue percaya sama lo. Gue beda dari yang lain. Terutama mulut-mulut sampah yang ngatain lo gila."
Amanda mengernyitkan dahinya.
"Gue liat setan tadi kok."
"Kok bisa?" tanya Amanda bingung.
Belum sempat Rega menjawab Amanda sudah menutupi kedua matanya dengan tangan.
Rega tau, sepertinya sosok itu ada lagi disini. Rega langsung mengambil pisau di sakunya dan berbalik badan dan berdiri lalu menancapkan pisau ke sosok itu lagi.
Dan sosok itu langsung menghilang.
"Udah gak ada Nab." Amanda langsung menurunkan tangannya dan membuka matanya.
Matanya membulat ketika Rega membawa pisau seperti pisau ayahnya.
"Kenapa?" tanya Rega.
"Itu?" tanya Amanda menunjuk pisau yang di pegang Rega.
"Ini dari ayah lo."
"Maksudnya?".
Rega kemudian menceritakan kejadiannya dengan Bima tadi pagi.
"Rega!" Rega menoleh ke Amanda.
"Sekali lagi makasih," ucap Amanda kemudian tersenyum.
"Sayangnya gue gak sekelas sama lo, gue gak bisa jagain lo saat belajar." Rega menunduk.
"Aku gak papa Rega, lagian dikelas banyak orang."
"Jaenab!" panggil Rega dengan nama kesayangannya.
"Iya?".
"Gue mau lo jadi pacar gue!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments