Setelah Amanda mengantarkan Rega ke kelas 12 ips 3, Amanda tidak langsung masuk ke kelasnya 12 ipa 1. Amanda berjalan terus melewati lorong sekolah dan pergi ke gudang.
Tadi, setelah mengobati tangan Rega dan Rega sudah keluar dari UKS. Amanda masih berada di UKS untuk mengembalikan betadine dan kapasnya ke lemari.
Tapi saat Amanda membuka lemari, matanya menemukan kertas kecil yang bertuliskan
'Temui aku di gudang sekolah'
Tanpa pikir panjang otaknya langsung menerima untuk mengikuti apa yang di tuliskan di kertas itu.
×××
Amanda sudah berada di gudang sekolah. Tapi anehnya di gudang ini tidak ada satu pun makhluk halus, biasanya gudang adalah tempat berkumpulnya makhluk halus setelah toilet.
Amanda masih berdiri di dalam gudang, menunggu orang yang memberinya kertas kecil tadi. Amanda belum tau siapa yang memberinya kertas kecil tadi.
Tiba tiba suasana jadi tidak mengenakan, Amanda merinding. Terlihat bayangan hitam dari luar jendela yang menembus masuk ke gudang.
Lama kelamaan bayangan itu mulai mendekat. Dan Amanda langsung memundurkan dirinya saat tau bahwa yang di hadapannya dan yang mengirimkan kertas tadi adalah makhluk itu.
Makhluk yang sama yang tadi duduk di sampingnya, bentuk nya pun tidak berubah. Masih menyeramkan.
Amanda sudah tidak bisa untuk mundur lagi, dirinya sudah tersudut di tembok. Amanda takut, dan langsung menutup wajahnya dengan tangan.
"Hey! Jangan takut."
"Aku tidak akan melukai mu."
Pelan-pelan Amanda menurunkan tangannya dan membuka kedua matanya.
Apakah Amanda tidak rabun? Makhluk yang berada di depannya kini bukanlah makhluk yang menyeramkan, melainkan perempuan cantik tapi wajahnya sangat pucat.
"Kamu siapa?" tanya Amanda.
"Aku Diana."
"Emm...apa––kamu hantu yang tadi?" tanya Amanda hati-hati, takut jika yang ada di hadapannya akan marah.
Diana mengangguk.
"Tapi kenapa kamu ngikutin aku terus?".
"Aku gak mau aja kamu di sakitin kayak aku dulu," ucap Diana dengan tatapan sendu.
"Emang kamu kenapa? Kamu belum tenang ya?".
Diana mengangguk.
"Emm...maaf ya, apa boleh aku tau kamu meninggal gara gara apa?".
Diana mengangguk. " Iya, justru itu yang mau aku ceritain sama kamu."
"Dulu aku juga sama kayak kamu, indigo. Aku juga sering di jadiin bahan bully-an."
"Terus apa hubungannya sama meninggalnya kamu?".
"Aku meninggal karena di bully. Dulu waktu aku kelas satu SMA. Aku punya tiga orang yang memang dari dulu gak suka sama aku dan benci banget sama aku, gara-gara aku deket sama orang yang dia suka, namanya Kevin. Dilla gak suka kalo aku deket sama Kevin, Dilla ngomong sama aku untuk jauhin Kevin, oke aku turutin dia. Tapi Kevin gak pernah berhenti untuk deketin aku, bahkan dia nyatain cinta.
Aku udah gak tega buat jauhin Kevin yang perasaannya tulus buat aku, jujur aku juga cinta sama dia. Jadi pas dia nembak aku buat jadi pacarnya, aku terima. Dilla tau dan Dilla marah banget sama aku.
Aku nunggu bus di depan sekolah. Tiba-tiba aja mereka bertiga dateng, dan salah satu dari mereka sekolah disini.Yang namanya Dilla langsung jambak rambut aku terus temennya lagi nyiram aku pake air.
Dilla bilang, Dilla udah peringatin aku buat jauhin Kevin, tapi aku gak lakuin. Dilla bilang lagi kalo aku akan nerima akibatnya.
Aku disana cuma bisa diem, tiba-tiba aja Dilla lepasin jambakannya terus dorong aku ke tengah jalan.
Dan pas banget bus yang dari tadi aku tunggu lewat.Dan aku—
Aku meninggal ketabrak bus Amanda."
Amanda sudah tidak bisa lagi untuk menahan air matanya untuk keluar. Amanda menangis.
Jika Amanda mencintai seseorang, apakah nasibnya akan sama seperti Diana?
"Terus kenapa orang tua ka...hiks...orang tua kamu gak laporin mereka ke polisi, Diana?" tanya Amanda.
"Udah, tapi percuma. Mereka orang kaya, bisa bebas dengan uang, sedangkan aku orang miskin. Gara-gara mereka juga ibu aku bunuh diri, gak bisa nerima kenyataan kalo aku udah meninggal, dan penyebab aku meninggal gak di hukum."
"Terus ayah kamu?".
"Ayahku udah lama meninggal."
"Maaf."
"Iya gak papa."
"Terus kenapa kamu masih ada dunia?" tanya Amanda bingung.
"Urusan aku belum selesai Amanda."
"Urusan apa?".
"Mereka berdua udah mati, tinggal satu, dan aku harus buat dia mati juga, baru aku bisa tenang."
"Ma...maksud kamu yang bully kamu harus mati?".
"Iya."
"Terus yang satu lagi siapa? Kenapa kamu malah kesekolah aku?".
"Kan aku udah bilang Amanda, dia gak satu sekolah sama yang temennya. Dia sekolah disini."
Mata Amanda membulat. "Siapa?".
"Yang aku naikin punggungnya tadi pagi, kamu liatkan?".
Amanda tersentak kaget, jadi yang di maksud Diana adalah Kirana.
"Terus kamu mau bunuh dia juga?" tanya Amanda.
"Iya sekarang!".
"Hah? Kamu serius? Gak bisa dibicarin baik baik lagi, Diana? Aku bisa bantu kamu kok," ucap Amanda yakin.
"Gak bisa, aku udah bunuh kedua temannya, dan aku juga harus bunuh dia, dengan itu aku bisa pergi tenang. Lagipula Kirana sering nyakitin kamu dengan kata katanya kan?".
"Emm..." Amanda menunduk.
"Aku gak sebaik kamu, Amanda. Maaf..." ucap Diana lalu menghilang.
×××
Amanda masih duduk di kelasnya, lebih tepatnya Amanda sedang membaca novelnya, setelah kejadian Kirana meninggal di kelas.
Tiba-tiba saja kedua temannya yang tadi berjalan bersama Kirana menghampirinya dan merebut novel milik Amanda kemudian menjatuhkannya ke lantai.
"Pasti lo kan yang buat Kirana mati! Iya kan! Jawab lo!" bentak Tari dan Amanda hanya menunduk diam.
Brak
Temannya yang bernama Caca menggebrak meja Amanda. "Lo gak bisu kan! Jawab! Lo pasti doain yang jelek-jelek ke Kirana sampe Kirana mati kayak tadi! Iyakan!".
Brak
Bukan Caca atau Tari yang menggebrak meja, melainkan pintu kelas yang di buka dengan paksa.
Seseorang itu berjalan ke arah meja Amanda dengan rahang yang mengeras.
"Lo gak bisa nyalahin kematian seseorang! Itu takdir! Gaada yang bisa ngerubah! PAHAM GAK!" bentak Rega ke Caca dan Tari.
"Lo anak baru gak usah sok jadi pahlawan kesiangan! Lo gak tau aja cewek yang lo belain ini siapa," ucap Tari sambil menunjuk Rega lalu tersenyum sinis.
"Cewek yang lo belain ini pembawa sial, gila, muna–"
Brak
Rega menggebrak meja, Rega ingin sekali memukul perempuan yang mulutnya kotor seperti itu.
Tapi Rega bukanlah laki-laki yang tega memukul seorang perempuan. Rega selalu teringat perkataan ayahnya 'jangan pernah menyakiti wanita, karena ibumu juga wanita'.
"LO MAU PERGI ATAU LO MATI KAYAK TEMEN LO!" ancam Rega, kemudian Caca dan Tari langsung pergi meninggalkan kelas dengan amarah.
"Rega seharusnya kamu gak kasar sama mereka," ucap Amanda.
"Lo sering di giniin?" tanya Rega dengan tatapan tajam yang membuat Amanda menunduk takut.
"Reg–".
"Jawab iya atau enggak!".
"Rega tang–".
"Iya atau enggak Amanda Meliana!" Amanda sudah meremas roknya, sepertinya Rega benar benar marah.
Amanda berfikir Rega tidak memanggilnya dengan Jaenab, melainkan dengan nama lengkapnya.
Dengan berat Amanda mengganggukan kepalanya. "Iya."
"Ikut gue." Rega menarik pergelangan tangan Amanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Nikodemus Yudho Sulistyo
salam dari ANGKARAMURKA
2021-05-13
1
Isnaaja
ceritanya menarik,,tapi menurut aku penulisannya sedikit kurang rapih,,kalau bacanya gak konsen pasti bacanya akan sedikit bingung,,dari kejadian satu dengan yang lainnya tidak beruntun,,butuh kejelian dan konsentrasi untuk memahami cerira
2021-03-28
0
Nars_Nady:')
so sweet banget ❤️
2021-01-25
2