Terjerat Pesona Dokter Luna

Terjerat Pesona Dokter Luna

Bab 1 : Pertemuan

Sepasang kaki jenjang dengan heels setinggi lima centimeter melangkah pelan memasuki instalasi gawat darurat di sebuah rumah sakit swasta yang ada di Jakarta. Rambut panjang terikat dengan rapi, jas putih kebanggaan melekat di tubuh semampainya.

Sejak kenaikan kelas tiga menengah atas, hingga meraih gelar dokternya, Luna sama sekali tidak memanfaatkan nama besar ayahnya. Bahkan untuk bekerja di salah satu rumah sakit swasta yang besar di Jakarta pun, karena ia memang berkompeten. Berjuang sendiri melalui seleksi.

Luna melenggang pelan pada mesin scanner sidik jari untuk absen. Lalu bersiap menjalankan tugasnya. Usai meletakkan tas kerjanya, Luna kembali bergabung dengan para perawat dan teman sejawatnya. Suasana sedikit lengang, belum ada satu pun pasien yang memasuki IGD tersebut.

“Malam, Dokter,” sapa salah satu perawat yang berada di depannya.

“Selamat malam, Sus. Hari ini kelihatannya sepi ya,” gumam Luna memijit lehernya sembari menguap.

Tiba-tiba semua gerakan terhenti, pandangan semua staff dan petugas medis mengarah pada gadis itu. Tatapan yang sama sekali tak terbaca sekaligus membuat Luna bergidik. Ia menelan salivanya gugup. Kebingungan mulai melandanya saat semua mata tertuju padanya  begitu tajam.

“Dokter, apakah Anda tahu bahwa tidak boleh mengatakan kalimat keramat di ruang IGD ini?” tanya perawat itu lagi. Semua mata sama sekali tidak berkedip menatapnya. Ia seolah tengah dikuliti hidup-hidup.

“A ... apa maksudnya?” Luna bertanya balik. Keningnya berkerut dalam dengan detak jantung yang mulai tidak stabil. Rasa kantuknya sudah menguap entah ke mana.

Belum sempat mendapat jawaban, sirine ambulans memekik dari arah kejauhan menuju ke IGD. Suaranya semakin keras dan bising, semua orang memejamkan mata sembari menghela napas berat. Mereka sadar, sebentar lagi akan menghadapi sesuatu yang berat semalaman.

Pintu terbuka lebar-lebar. “Dokter, suster, semuanya mohon bersiap. Terjadi kebakaran di Apartemen Sasmita hingga mengakibatkan banyak korban luka-luka. Sebagian sudah menuju ke sini,” tutur satpam yang muncul dengan napas terengah-engah.

Ruangan dingin yang sempat hening itu seketika menjadi riuh. Bag big bug petugas medis menyiapkan segala peralatan medis, sekaligus ada yang langsung stand by di luar menyambut korban yang datang.

“Ini akibatnya kalau kamu mengucapkan kalimat keramat itu, dasar bodoh!” sinis Dokter Adira, yang juga bertugas satu sift bersama Luna.

“Masa iya sih?” gumam Luna tak percaya, buru-buru menyiapkan diri. Tidak terlalu mempermasalahkan umpatan teman sejawatnya itu.

Keduanya dulu.memang satu universitas, Adira selalu iri dengan pencapaian Luna yang selalu di atasnya. Garis takdir sepertinya selalu mempertemukan mereka, membuat Adira tidak bisa menghapus kebenciannya.

Benar saja, bukan hanya satu mobil ambulan yang datang. Mungkin puluhan sudah mulai berjajar hingga pintu masuk. Satu per satu brankar diturunkan, segera masuk ke IGD untuk mendapat penanganan. Jerit tangis dan kesakitan memekakkan telinga. Berbagai luka bakar terlihat menyayat hati. Bahkan tak sedikit korbannya adalah anak-anak.

...\=\=\=ooo\=\=\=...

Tidak jauh dari Rumah Sakit Andora, sekelompok pemuda terlibat perkelahian sengit. Dua geng motor saling serang, baku hantam tak peduli muka mereka yang sudah babak belur.

“Arash, aku nggak sempat panggil yang lain. Kita kalah jumlah!” ucap Omed cepat pada sahabatnya sembari mengelak pukulan-pukulan musuh yang menyerangnya.

Mereka berdua tiba-tiba diserang saat akan datang ke markas. Motor mereka dihadang oleh sepuluh motor musuhnya, lalu turun dan menghajar dengan brutal. Kesempatan emas, karena ketua dan wakil geng motor Arthropoda itu tidak bersama para anggotanya.  

Jabatan pemimpin yang diemban oleh Arash, membuat lelaki itu memiliki harga diri yang tinggi. Ia  harus berjuang mati-matian menumbangkan lima lawan di depannya. Mengalah? Tidak ada kamus dalam hidup Arash.

“Tidak, aku akan berjuang sampai titik penghabisan!” balasnya sembari memberi serangan balik bertubi-tubi. Pukulan dan tendangan terus dihujamkan pada lawan, tak peduli darah mengalir dari sudut bibir dan pelipisnya.

Tengah malam memang tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Kalaupun ada, mereka langsung putar balik karena melihat kebrutalan para anak-anak muda itu. Takut menjadi sasaran.

“Cih! Beraninya keroyokan. Mana ketua kalian? Banci!” teriak Arash penuh emosi, sulit sekali lelaki satu ini ditumbangkan. Padahal mereka berlima, tiga di antaranya terhempas bergelimang di aspal. Begitu pun Omed, juga menghadapi lima anggota Geng J-Black.

Mendengar hinaan Arash, salah seorang anggota musuh meraih sebuah batu cukup besar. Beranjak cepat lalu menghantam kepala Arash dengan sangat kuat. Cairan merah pun langsung menyembur, pandangan Arash sedikit kabur. Ia membungkuk, menggelengkan kepala, ditambah tendangan di punggungnya.

Tubuh Arash ambruk, tendangan bertubi-tubi langsung dihantam pada tubuh lelaki itu. Terlambat, hendak bangun kepalanya semakin berat, matanya berkunang-kunang.

“Arash!” Omed sendiri kehilangan fokus karena melihat bosnya terjatuh. Ia juga harus terjerembap karena terkena beberapa kali serangan.

Tak berapa lama, klakson panjang dan geber motor mulai bersahutan menuju ke arah mereka. Para anggota Arthropoda berbondong-bondong menghampiri. Melihat Arash dan Omed yang dikeroyok, mereka langsung naik pitam. Segera turun dan menghajar mereka satu per satu. Kalah telak, musuh pun berlarian menuju motor mereka untuk melarikan diri.

Hendak mengejar, Omed berteriak menghentikan mereka. “Tunggu! Bos terluka! Cepat bawa ke rumah sakit!”

Barulah mereka tersadar, pakaian Arash berlumuran darah. Terutama bagian kerah kemejanya. Jaket denim yang ia kenakan juga basah, noda merah itu tersamarkan. “Bos, masih dengar kami?” tanya salah satu bawahannya menepuk-nepuk pipi Arash.

“Hemm, ya! Aku belum mati!” gumam Arash setengah terpejam. Menikmati dentuman hebat di kepalanya.

Dua di antaranya segera menghentikan taksi, kemudian membantu Arash masuk sekaligus menemaninya sampai ke rumah sakit. Anggota lainnya juga menyusul, mengiring kepergian Arash.

...\=\=\=\=ooo\=\=\=\=...

Keramaian juga tercipta di rumah sakit. Para pria berjaket denim senada, dengan bordir kalajengking di punggungnya, menyibak kerumunan orang-orang yang menghalangi jalan masuk IGD.

“Minggir-minggir semua! Beri jalan!” teriak mereka.

Tak didengar, mereka bahkan menarik paksa orang-orang, yang tengah mencari keluarganya pasca mengalami kecelakaan. Hingga sebuah kursi panjang menjadi tempat mendaratnya Arash. Pria itu duduk dengan napas tersengal, namun masih sadar meski bersimbah darah.

“Dokter! Dokter! Segera tangani bos saya!” teriak Omed menggema di ruangan. Kedua alisnya bertaut dalam, semua petugas medis sangat sibuk dan tak ada satu pun yang menghampirinya. Bahkan teriakannya seolah tak didengar. Semua mondar-mandir menangani setiap pasien.

Kesal karena diabaikan, Omed mencengkeram kerah perawat pria yang berlalu lalang di depannya. “Heh! Kau tidak dengar aku teriak-teriak, hah? Atau perlu aku beri sentuhan agar telingamu bisa berfungsi dengan baik?” ancamnya membuat perawat itu gemetar.

“Ma ... maaf, Tuan.”

“Cepat panggil Dokter dan minta untuk menangani bos kami!” teriak Omed menggelegar, mengangkat satu tangannya dan hampir melayangkan sebuah pukulan.

Belum sempat mendarat, sebuah tangan mencekalnya, “Ada apa ini?” tanya Luna menatapnya tajam.

Para keluarga pasien segera menyingkir mencari tempat yang sekiranya aman. Para gengster itu terlihat menyeramkan di mata mereka.

Arash beranjak berdiri, berjalan sedikit terseok hingga berhenti di hadapan Luna. Ia menepis tangan Luna dari Omed dan menatap gadis itu dengan remeh. “Kau dokter?” tanya Arash mencebik.

Luna memperlihatkan name tag nya, “Bisa baca ‘kan? Jika ingin diperiksa silakan daftar dulu, jangan malah membuat keributan,” cetus Luna.

“Ck! Panggilkan aku dokter laki-laki! Usir wanita ini dari hadapanku!” titahnya pada para anak buah yang sedari tadi berdiri di sekelilingnya.

Mereka serentak membungkuk, “Baik, Tuan.” Langkah mereka serentak mendekati Luna. Gadis itu menghela napas panjang.

Lengan Omed melingkar di bahunya, “Bos kami tidak membutuhkan dokter wanita. Tidak level. Jadi pergilah selagi kami belum melakukan pemaksaan,” bisiknya.

Luna memutar bola matanya malas, ia kesal karena diremehkan oleh para lelaki itu. Apalagi ada yang dengan lancang melingkarkan lengannya di bahunya.

“Sepertinya Anda harus diberi pelajaran agar bisa menghargai wanita,” ucap Luna sebelum akhirnya meraih lengan itu, memutar tubuh dan memiting lengan Omed hingga terdengar suara “Krek!”

“Aaarggh!" jerit Omed tidak menyangka akan mendapat serangan.

Luna mendorong pantat lelaki itu hingga terjerembap di kursi tunggu. Arash terperanjat, gerakannya sangat cepat, ia sendiri tidak akan menyangka.

Beberapa anggota Arthropoda lainnya segera ikut menyerang. Gadis itu bergerak lincah, melompat, menendang sebuah kursi hingga ada yang terjatuh. Bibirnya tersenyum tipis.

“Cukup! Hentikan!” teriak Arash mengangkat tangannya. Decak kagum berpendar dari manik hitam legamnya. Kakinya melangkah mendekati Luna. Menatap gadis itu lekat-lekat.

Bersambung~

Selamat datang di dunia Luna~ Favoritin ygy, biar gak ketinggalan updatenya. Jan lupa jejak cinta, like komennya 💋💋

Terpopuler

Comments

⏤͟͟͞R. ALICE off

⏤͟͟͞R. ALICE off

ini luna anaknya leon apa bukan ya

2024-08-26

1

anonim

anonim

ini nich...berjodohkah...

2023-11-23

0

Iin Karmini

Iin Karmini

dari mata turun ke hati...ter luna luna jadinya

2023-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Hancur
3 Bab 3 : Mencari Alasan
4 Bab 4 : Kamu Lagi?
5 Bab 5 : Darurat
6 Bab 6 : Diserang
7 Bab 7 : Bakat Maling
8 BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9 Bab 9 : Terserah!
10 Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11 Bab 11 : Penyembuh Luka
12 Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13 Bab 13 : Pertolongan
14 Bab 14 : Memang Jodoh
15 Bab 15 : Titip Luna
16 Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17 Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18 Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19 Bab 19 : Wanita Mahal
20 Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21 Bab 21 : Penolakan Penanganan
22 Bab 22 : Dokter Gadungan
23 Bab 23 : The Power Of Luna
24 Bab 24 : Menggila
25 Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26 Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27 Bab 27 : Polisi?
28 Bab 28 : Tunggu Aku!
29 Bab 29 : Bersyarat
30 Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31 Bab 31 : Kronologi
32 Bab 32 : Salah Paham
33 Bab 33 : Rencana Luna
34 Bab 34 : Rencana Gila
35 Bab 35 : Barter?
36 Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37 Bab 37 : Queen of Arthropoda
38 Bab 38 : Di Luar Prediksi
39 Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40 Bab 40 : Pilihan Sulit
41 Bab 41 : Situasi yang Sama
42 Bab 42 : Kejutan
43 Bab 43 : Salah Paham
44 Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45 Bab 45 : Titik Terendah
46 Bab 46 : Haru
47 Bab 47 : Kenyataan Pahit
48 Bab 48 : Cucu?
49 Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50 Bab 50 : Flashback~
51 Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52 Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53 Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54 Bab 54 : Menyesal
55 Bab 55 : Rencana
56 BAB 56 : Balik Nama
57 Bab 57 : Hanya Sedikit
58 Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59 Bab 59 : Pembelaan
60 Bab 60 : Titik Temu
61 Bab 61 : Cerai!
62 Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63 Bab 63 : Usaha Arash
64 Bab 64 : Terlambat
65 Bab 65 : Kembali Menghangat
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Hancur
3
Bab 3 : Mencari Alasan
4
Bab 4 : Kamu Lagi?
5
Bab 5 : Darurat
6
Bab 6 : Diserang
7
Bab 7 : Bakat Maling
8
BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9
Bab 9 : Terserah!
10
Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11
Bab 11 : Penyembuh Luka
12
Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13
Bab 13 : Pertolongan
14
Bab 14 : Memang Jodoh
15
Bab 15 : Titip Luna
16
Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17
Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18
Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19
Bab 19 : Wanita Mahal
20
Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21
Bab 21 : Penolakan Penanganan
22
Bab 22 : Dokter Gadungan
23
Bab 23 : The Power Of Luna
24
Bab 24 : Menggila
25
Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26
Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27
Bab 27 : Polisi?
28
Bab 28 : Tunggu Aku!
29
Bab 29 : Bersyarat
30
Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31
Bab 31 : Kronologi
32
Bab 32 : Salah Paham
33
Bab 33 : Rencana Luna
34
Bab 34 : Rencana Gila
35
Bab 35 : Barter?
36
Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37
Bab 37 : Queen of Arthropoda
38
Bab 38 : Di Luar Prediksi
39
Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40
Bab 40 : Pilihan Sulit
41
Bab 41 : Situasi yang Sama
42
Bab 42 : Kejutan
43
Bab 43 : Salah Paham
44
Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45
Bab 45 : Titik Terendah
46
Bab 46 : Haru
47
Bab 47 : Kenyataan Pahit
48
Bab 48 : Cucu?
49
Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50
Bab 50 : Flashback~
51
Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52
Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53
Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54
Bab 54 : Menyesal
55
Bab 55 : Rencana
56
BAB 56 : Balik Nama
57
Bab 57 : Hanya Sedikit
58
Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59
Bab 59 : Pembelaan
60
Bab 60 : Titik Temu
61
Bab 61 : Cerai!
62
Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63
Bab 63 : Usaha Arash
64
Bab 64 : Terlambat
65
Bab 65 : Kembali Menghangat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!