Bab 3 : Mencari Alasan

Luna yang masih menangani pasien di samping Arash, mengernyitkan kening ketika mendengar keributan. Ia segera menyelesaikan tugasnya, memberi keterangan pada perawat di sebelahnya mengenai kondisi pasien dan tindakan yang harus dilakukan.

Setelahnya, Luna menyibak tirai pembatas melangkahkan kaki hingga kini kembali di brankar Arash, “Anda sudah baikan? Kalau sudah lebih baik rawat jalan saja, masih banyak pasien di luar sana yang membutuhkan pertolongan,” ucap perempuan itu dengan nada datar.

“Aaah! Tidak, belum, Dok. Kepala saya mau pecah rasanya,” aku Arash kembali merebahkan tubuhnya.

Luna menghela napas panjang, tatapannya beralih pada Omed. Seketika lelaki itu panik, tangannya masih belum pulih, takut jika harus berhadapan dengan dokter cantik itu. Luna semakin mendekat, tubuh Omed menegang, menelan saliva saja susah payah.

“Berikan tangan Anda!” ujar Luna menengadahkan tangan.

“Ti ... tidak, Dok!” tolak Omed memeluk lengannya.

“Biar saya lihat seberapa lukanya. Saya akan mengobatinya,” timpal Luna, sekalipun ia yang membuat luka. Luna juga tidak akan membiarkan orang lain kesakitan.

Wajah cantik yang datar itu membuat Omed meragu. Tak sabar, Luna mencekal paksa lengan Omed hingga memekik kesakitan. Luna merabanya dengan lembut, sesekali mengamati raut muka Omed. Dalam hati ingin tertawa, dua lelaki di depannya tidak sekuat tampang sangarnya.

Luna melakukan rotasi eksternal, memastikan seberapa parah pergeseran bahunya. “Pertahankan posisinya, saya akan segera kembali,” ucap Luna melepaskan lengan Omed di depan dada.

Tidak punya banyak waktu, Luna segera membebat lengan itu dengan perban, “Sepertinya Anda sudah pernah terluka sebelumnya. Dan Anda biarkan saja, andai masih diabaikan tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan tangan Anda akan diamputasi. Silakan beristirahat di rumah. Tiga hari lagi, kembali ke sini untuk kontrol!” titah Luna menuliskan resep obat dan memberikannya pada Omed. “Jangan lupa dibayar, karena rumah sakit ini bukan punya bapak Anda,” canda Luna dengan sedikit senyum.

“Tuan Arash, bisa pindah ruangan sekarang! Mari saya antar,” tutur salah satu suster membawakan sebuah kursi roda.

Sempat saling bertukar pandang, Luna hanya mengangguk dengan senyum tipis. Kemudian meninggalkan mereka untuk menangani pasien yang terus berdatangan.

...\=\=\=000\=\=\=...

"Dari informasi, Arash dirawat di rumah sakit ini karena tawuran. Cepat temukan bedebah sialan itu. Seret dan bawa ke sini! Memalukan!" teriak Carlos pada beberapa orang sewaannya.

"Siap, Tuan!" tegas beberapa pria berperawakan besar dengan jas rapi membalut tubuh mereka.

Rencana mereka didengar oleh salah satu anggota Arthropoda. Ia segera berlari menuju kamar sang bos. Terpaksa, karena ponsel Arash hancur berkeping-keping semalam.

"Bos! Bos! Ayah Anda di bawah, bawa pasukan khusus. Cepat keluar dari sini. Kami akan mengalihkan perhatian mereka!" teriak Aldo, membangunkan paksa Arash.

"Ck! Sial!" umpat Arash melepas paksa infus yang menancap di punggung tangannya. Ia segera turun, posisinya digantikan oleh Aldo, memunggungi pintu dan menaikkan selimut hingga lehernya.

Dengan langkah tertatih, Arash keluar kamar. Dua anak buahnya yang berjaga di depan kamar, diminta tetap di sana, agar suruhan sang ayah tidak curiga. Omed juga tidak bisa mendampinginya karena cedera yang dialami.

Arash semakin jauh, bersembunyi di celah-celah koridor ketika melihat pria mencurigakan di depannya. Tidak peduli ketika kepalanya yang semakin berdenyut nyeri.

Sesampainya di kamar inap Arash, para pria suruhan Carlos mendelik karena bukan Arash yang ada di ranjang pasien tersebut. Mereka membangunkan Aldo dengan paksa, mencengkeram kerah jaketnya. "Di mana Tuan Arash?" tanya lelaki paruh baya itu.

"Tidak tahu!" jawab Aldo mengedikkan bahu.

"Jangan pernah berani membodohi kami!" pekik pria itu lagi menggoyangkan tubuh Aldo.

"Saya benar-benar tidak tahu, Om!"

Kesal tak mendapat jawaban, sebuah bogem mentah mendarat di pipi Aldo. Mereka lalu keluar mencari keberadaan Arash. Di depan pintu kamar, mereka juga melakukan hal yang sama pada anggota Arthropoda lainnya. Tidak mendapat jawaban memuaskan, mereka berlari mengelilingi rumah sakit tersebut.

...****************...

Pagi telah menggantikan sang malam, menghangatkan bumi dengan pancaran sinar ultraviolet yang cukup menyengat. Luna terduduk dengan lemas, meraih sebotol minuman di meja kerjanya lalu meneguknya dengan cepat. Tenaganya benar-benar terkuras habis semalaman.

“Syukurlah, semua terkendali,” desahnya menyibak rambutnya yang berantakan. Ia bisa bernapas lega usai pergantian sift beberapa menit yang lalu. Gadis itu melepas jas putih kebanggaannya, menangkupkan pada kursi putarnya.

Dengan malas, Luna beranjak dari kursinya. Menyematkan tas di salah satu bahunya, dengan sebuah modul tebal di pelukannya. Modul pengobatan teknik akupunktur yang diturunkan dari ibunya. Dia masih harus banyak belajar, sehingga ke mana-mana harus membawa buku besar itu.

Saat melalui koridor yang begitu sepi, Luna menghentikan langkahnya. Matanya menajam saat menemukan beberapa orang berjas berlarian sembari celingukan, seperti tengah berkejaran. Ia terdiam, mengamati situasi yang terjadi.

“Berpencar!” teriak salah satunya. Mereka segera berlari ke segala arah. Tak berapa lama, disusul para anak muda yang mengenakan jaket senada dengan pasiennya semalam. Mereka juga tampak sedang mencari-cari seseorang.

Luna menggigit bibirnya, perasaannya mendadak tidak enak, pikirannya menerawang jauh pada Arash. “Apa mereka mencari lelaki itu?”

Tidak ingin ikut campur, Luna melenggang menuju parkiran. Seluruh tubuhnya serasa pegal. Ingin segera pulang mengistirahatkan jiwa raganya.

Tiba di basemen khusus tenaga medis dan karyawan, Luna menekan alarm kunci mobilnya. Hazzard lamp menyala, memudahkan gadis itu menemukan kendaraannya.

Tanpa dia sadari, Arash yang tengah kabur dari orang-orang suruhan ayahnya, bersembunyi di basemen tersebut. Mendengar alarm mobil menyala, Arash mengendap-endap mendekati kendaraan itu, membuka pintu penumpang dan segera masuk.

Luna baru sampai beberapa menit setelahnya, kebetulan jarak parkirnya cukup jauh. Dia berkendara seperti biasa keluar dari area rumah sakit. Di tengah perjalanan, Luna mengantuk. Hampir saja menabrak trotoar andai ia tak buru-buru menarik kesadaran dan menginjak pedal rem kuat-kuat.

“Bisa bawa mobil nggak sih?” teriak Arash menegakkan duduknya.

Secepat kilat, Luna berbalik ketika mendengar suara Arash. Matanya membelalak lebar, “Heh, ngapain kamu di sini?” pekik Luna.

Arash mematung, bola matanya bergerak tak tentu arah. Gara-gara rem mendadak, tanpa sadar ia justru bersuara. Bibirnya terbuka, otaknya berpikir cepat untuk mencari alasan.

 

Bersambung~

Terpopuler

Comments

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

cinta tak selebar daun kelor... arah.. luna

2024-10-11

0

anonim

anonim

weeeehhhhh....pucuk dicinta Luna pun tiba di mobilnya...eeehhh ada Arash yg numpang di dlmnya

2023-11-23

0

Iin Karmini

Iin Karmini

jawab arash..ngapain menclok d situ coba😅😅

2023-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Hancur
3 Bab 3 : Mencari Alasan
4 Bab 4 : Kamu Lagi?
5 Bab 5 : Darurat
6 Bab 6 : Diserang
7 Bab 7 : Bakat Maling
8 BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9 Bab 9 : Terserah!
10 Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11 Bab 11 : Penyembuh Luka
12 Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13 Bab 13 : Pertolongan
14 Bab 14 : Memang Jodoh
15 Bab 15 : Titip Luna
16 Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17 Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18 Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19 Bab 19 : Wanita Mahal
20 Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21 Bab 21 : Penolakan Penanganan
22 Bab 22 : Dokter Gadungan
23 Bab 23 : The Power Of Luna
24 Bab 24 : Menggila
25 Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26 Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27 Bab 27 : Polisi?
28 Bab 28 : Tunggu Aku!
29 Bab 29 : Bersyarat
30 Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31 Bab 31 : Kronologi
32 Bab 32 : Salah Paham
33 Bab 33 : Rencana Luna
34 Bab 34 : Rencana Gila
35 Bab 35 : Barter?
36 Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37 Bab 37 : Queen of Arthropoda
38 Bab 38 : Di Luar Prediksi
39 Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40 Bab 40 : Pilihan Sulit
41 Bab 41 : Situasi yang Sama
42 Bab 42 : Kejutan
43 Bab 43 : Salah Paham
44 Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45 Bab 45 : Titik Terendah
46 Bab 46 : Haru
47 Bab 47 : Kenyataan Pahit
48 Bab 48 : Cucu?
49 Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50 Bab 50 : Flashback~
51 Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52 Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53 Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54 Bab 54 : Menyesal
55 Bab 55 : Rencana
56 BAB 56 : Balik Nama
57 Bab 57 : Hanya Sedikit
58 Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59 Bab 59 : Pembelaan
60 Bab 60 : Titik Temu
61 Bab 61 : Cerai!
62 Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63 Bab 63 : Usaha Arash
64 Bab 64 : Terlambat
65 Bab 65 : Kembali Menghangat
66 Bab 66 : Pengorbanan
67 Bab 67 : Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Hancur
3
Bab 3 : Mencari Alasan
4
Bab 4 : Kamu Lagi?
5
Bab 5 : Darurat
6
Bab 6 : Diserang
7
Bab 7 : Bakat Maling
8
BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9
Bab 9 : Terserah!
10
Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11
Bab 11 : Penyembuh Luka
12
Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13
Bab 13 : Pertolongan
14
Bab 14 : Memang Jodoh
15
Bab 15 : Titip Luna
16
Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17
Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18
Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19
Bab 19 : Wanita Mahal
20
Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21
Bab 21 : Penolakan Penanganan
22
Bab 22 : Dokter Gadungan
23
Bab 23 : The Power Of Luna
24
Bab 24 : Menggila
25
Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26
Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27
Bab 27 : Polisi?
28
Bab 28 : Tunggu Aku!
29
Bab 29 : Bersyarat
30
Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31
Bab 31 : Kronologi
32
Bab 32 : Salah Paham
33
Bab 33 : Rencana Luna
34
Bab 34 : Rencana Gila
35
Bab 35 : Barter?
36
Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37
Bab 37 : Queen of Arthropoda
38
Bab 38 : Di Luar Prediksi
39
Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40
Bab 40 : Pilihan Sulit
41
Bab 41 : Situasi yang Sama
42
Bab 42 : Kejutan
43
Bab 43 : Salah Paham
44
Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45
Bab 45 : Titik Terendah
46
Bab 46 : Haru
47
Bab 47 : Kenyataan Pahit
48
Bab 48 : Cucu?
49
Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50
Bab 50 : Flashback~
51
Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52
Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53
Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54
Bab 54 : Menyesal
55
Bab 55 : Rencana
56
BAB 56 : Balik Nama
57
Bab 57 : Hanya Sedikit
58
Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59
Bab 59 : Pembelaan
60
Bab 60 : Titik Temu
61
Bab 61 : Cerai!
62
Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63
Bab 63 : Usaha Arash
64
Bab 64 : Terlambat
65
Bab 65 : Kembali Menghangat
66
Bab 66 : Pengorbanan
67
Bab 67 : Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!