Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu

DEG!

Arash sontak menggamit bibirnya sendiri. Manik matanya bergerak ke sana ke mari untuk mencari alasan. Kebingungan seketika melanda.

Decak kesal tercipta dari lidah Luna, ia bisa menilai perubahan mimik muka suaminya. Sembari memutar bola mata malas, Luna berkata, "Harusnya Kak Xavier aja yang kawin sama kamu!” cetus Luna memutar tubuhnya lalu melenggang cepat.

Buru-buru Arash menarik lengan Luna, menangkup kedua pipi wanita itu, menatapnya lekat-lekat, “Aku akan katakan semuanya. Tapi tolong, kita pulang sama-sama,” pintanya tidak ingin dibantah. Hanya manik mata mereka yang saling beradu, Luna enggan menjawab.

“Luna, kamu tanggung jawabku. Jadi please, jangan membuatku khawatir lagi,” ucap Arash dengan lembut tapi penuh keseriusan.

Tidak ada pilihan lain, lagi pula di pantai itu tidak ada transportasi umum. Untuk mendapatkannya harus berjalan keluar area pantai, dan itu cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Arash beralih menggenggam tangan Luna, menganggukkan kepala lalu mengajaknya kembali ke motornya. Seluruh anggota geng kelimpungan, apalagi saat tatapan tajam Arash kini menyebar pada mereka yang sedari tadi saling berbisik. Mereka segera mengalihkan perhatian, saling bercanda, pura-pura mengobrol, ada pula yang langsung bermain ponsel.

Sebelum menaiki kuda besinya itu, Arash melepas jaket tebal kesayangannya. Memasangkan pada tubuh mungil Luna agar tetap hangat.

“Udah, jangan dilepas. Ayo naik!” ajak Arash setelah merapatkan jaket tersebut di tubuh Luna.

Arash mulai melajukan motornya. Menyalakan klakson panjang sebagai ucapan perpisahan pada para anggota gengnya.

Tak butuh waktu lama, Arash telah memarkirkan kendaraan di basemen apartemen istrinya. Luna bergegas pergi ke unit apartemen, tanpa menunggunya.

Entahlah, moodnya benar-benar buruk usai kejadian yang ia alami barusan. Luna belum memberitahu password apartemen pada lelaki itu, ia tidak peduli. Tetap menutup pintu dan langsung kamarnya.

Arash hanya mendesah kasar, mungkin jika tidak ada Bibi yang bekerja di sana, ia harus memanjat lagi seperti sebelum-sebelumnya.

“Makasih, Bi,” ucap Arash melenggang masuk. Pintu kamar Luna sudah tertutup rapat, ia mengetuknya berulang. "Luna, minta waktunya sebentar aja!" pinta lelaki itu memelas.

Tak ada sahutan apa pun, Arash terduduk di lantai. Punggungnya bersandar pada pintu kamar Luna. Agar dia bisa tahu kapan istrinya akan keluar kamar.

...\=\=\=000\=\=\=...

Tengah malam, Luna merasa kerongkongannya kering. Gelas di mejanya kosong. Terpaksa menyeret kedua kaki jenjangnya menuju dapur. Namun, ia terkejut karena Arash terjengkang di kakinya ketika membuka pintu.

“Arash! Ngapain di sini?” tanya Luna.

Bibir Arash mengulas senyum tipis, maniknya memerah, “Nungguin kamu,” gumamnya dengan suara serak.

Luna memicingkan mata, lelaki itu tampak sangat rapuh. Seperti habis menangis. Karena sisa-sisa air matanya masih terlihat. Rasa-rasanya sulit percaya, Arash yang begitu keras di luar sana, nyatanya justru terlihat serapuh itu.

Kembali melanjutkan langkahnya ke dapur, Luna segera menuangkan air putih. Meneguk segelas air dingin sembari duduk. Saat kembali ke kamar, Arash masih berada di posisi yang sama.

“Masuklah!” ucap Luna melaluinya.

Arash bersorak dalam hati, karena nyatanya kesempatan itu akhirnya datang juga. Meski ia harus duduk berjam-jam kedinginan di sana.

“Aku ... minta maaf. Sebenarnya tidak bermaksud membohongi kamu atau keluarga kamu,” ucap Arash membuka suara.

Luna pura-pura terlihat cuek, duduk bersandar sembari sibuk memainkan ponselnya. Padahal, sebenarnya memasang telinganya baik-baik.

Lelaki itu mendaratkan tubuhnya di sisi Luna begitu pelan. “Orang tuaku, sebenarnya masih hidup. Tapi, sepertinya mereka sudah bercerai. Aku baru tahu ketika aku terluka di rumah sakit waktu itu.” Pria itu menunduk dalam.

Air matanya tiba-tiba kembali berjatuhan, tidak malu menunjukkan sisi lemahnya di hadapan Luna. “Aku ... sungguh iri melihat keluargamu yang harmonis dan sangat peduli. Karena aku sama sekali tidak pernah mendapatkannya. Papaku diktator, otoriter, pemarah bahkan pemukul. Jika bisa memilih sebelum kita lahir, aku tidak akan pernah mau memiliki ayah seperti dia.”

Pilu, suara Arash tersendat-sendat. Ia kembali melanjutkan ceritanya, mengenai kondisi keluarga yang berantakan, sifat sang ayah yang selalu menuntutnya.

Sampai hilangnya ibu dan adiknya saat ini. Ia merasa gagal sebagai anak laki-laki. Karena tidak bisa melindungi dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. Tangisnya semakin menjadi. Setelah sekian lama memendam, akhirnya bisa menumpahkannya.

Luna tak langsung percaya begitu saja, ia mengamati gestur tubuh suaminya. Mencari kebohongan di sana. Tapi, air mata yang terburai, raut wajah yang terlihat frustrasi, sepertinya tidak ada yang dibuat-buat. “Arash,” panggil Luna menyentuh bahu lelakinya.

“Aku harus gimana, Lun?” gumamnya merebahkan kepala di pangkuan Luna. Meringkuk seperti anak kecil, tidak tahu malu.

“Kenapa kamu tidak mengatakannya sebelumnya?” tanya Luna.

“Aku takut, keluargamu tidak akan menerimaku yang berasal dari broken home. Keluargamu sangat harmonis dan terpandang.” Jujur, memang itu yang ia takutkan jika mengatakannya sedari awal. Karenanya lebih memilih bungkam dan menutupinya rapat-rapat.

“Ck! Keluargaku tidak seperti itu!” protes Luna tidak percaya.

Sentuhan di kepala Arash sedikit memberinya ketenangan. Luna cukup prihatin akan kisah hidup Arash yang berada di bawah tekanan ayahnya. Luna terkejut ketika merasakan panas di permukaan kepala Arash, “Kamu demam, sebentar aku ambilkan obat,” ucap Luna bermaksud menggeser kepala Arash.

“Tidak usah, aku hanya butuh kamu. Tolong jangan tinggalin aku,” pintanya dengan mata terpejam, memeluk kedua paha Luna.

“Tapi....”

“Tolong jangan usir aku, Luna. Aku memang butuh obat. Tapi obatku cuma kamu, percayalah,” gumam Arash.

Helaan napas panjang berembus dari bibir Luna. Ia masih ragu dan takut. Tapi, dia juga tidak setega itu membiarkan Arash hancur. Khawatir jika nanti lelaki itu justru terjerumus ke hal-hal yang negatif. Apalagi mereka sudah resmi menikah, tidak mungkin Luna membiarkannya terpuruk dan hancur begitu saja.

Luna terjaga sepanjang malam, karena tidak bisa bergerak, ia hanya menempelkan punggung tangan bergantian dengan telapak tangannya yang sejuk di kening Arash. Demamnya memang berangsur turun. Luna menghela napas lega.

Ditatapnya lelaki yang pulas di pangkuannya, ia menyeka sisa-sisa air mata di sudut mata Arash. Gurat lelah dan kesedihan itu terlihat jelas.

“Kalau lagi tidur dan diam begini, dia tampan sih. Enggak malu-maluin lah kalau diajak jalan atau kondangan,” gumam Luna terkekeh.

Iseng, Luna meraih ponselnya. Membidik wajah polos Arash saat tertidur dengan kamera canggih di ponselnya. Ia terkikik geli. “Tuh ‘kan, mending tidur memang ni anak. Kalau resenya keluar, beh ... pengen kucakar muka ngeselinnya!” keluh gadis itu memperbesar gambar-gambar di ponselnya, sesekali menatap Arash kembali.

Kantuk mulai menyerangnya kembali, Luna tertidur sambil duduk. Arash yang terbangun segera membenarkan posisi Luna agar tidak kesakitan saat bangun nanti.

Saking lelahnya beraktivitas seharian, Luna tidak sadar jika saat ini Arash memeluknya begitu erat, “Akhirnya tidur seranjang lagi!” gumamnya tersenyum puas. Bersyukur, demamnya datang di saat yang tepat. “Aku tahu, kamu memang orang baik. Feelingku tidak pernah salah menilai orang. Love you, istriku,” ucapnya mencuri ciuman di bibir Luna.

Bersambung~

Mampir juga di novel keren ini ya, Best...

Terpopuler

Comments

Deasy Dahlan

Deasy Dahlan

terharu arash

2024-10-12

0

anonim

anonim

Luna mah punya hati yg baik, mamanya kan is the best

2023-11-24

1

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

kamu tuh nakal ya Ar.minta dsentil rupanya, seneng banget nyuri² ciuman si Luna

2023-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Hancur
3 Bab 3 : Mencari Alasan
4 Bab 4 : Kamu Lagi?
5 Bab 5 : Darurat
6 Bab 6 : Diserang
7 Bab 7 : Bakat Maling
8 BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9 Bab 9 : Terserah!
10 Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11 Bab 11 : Penyembuh Luka
12 Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13 Bab 13 : Pertolongan
14 Bab 14 : Memang Jodoh
15 Bab 15 : Titip Luna
16 Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17 Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18 Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19 Bab 19 : Wanita Mahal
20 Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21 Bab 21 : Penolakan Penanganan
22 Bab 22 : Dokter Gadungan
23 Bab 23 : The Power Of Luna
24 Bab 24 : Menggila
25 Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26 Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27 Bab 27 : Polisi?
28 Bab 28 : Tunggu Aku!
29 Bab 29 : Bersyarat
30 Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31 Bab 31 : Kronologi
32 Bab 32 : Salah Paham
33 Bab 33 : Rencana Luna
34 Bab 34 : Rencana Gila
35 Bab 35 : Barter?
36 Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37 Bab 37 : Queen of Arthropoda
38 Bab 38 : Di Luar Prediksi
39 Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40 Bab 40 : Pilihan Sulit
41 Bab 41 : Situasi yang Sama
42 Bab 42 : Kejutan
43 Bab 43 : Salah Paham
44 Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45 Bab 45 : Titik Terendah
46 Bab 46 : Haru
47 Bab 47 : Kenyataan Pahit
48 Bab 48 : Cucu?
49 Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50 Bab 50 : Flashback~
51 Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52 Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53 Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54 Bab 54 : Menyesal
55 Bab 55 : Rencana
56 BAB 56 : Balik Nama
57 Bab 57 : Hanya Sedikit
58 Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59 Bab 59 : Pembelaan
60 Bab 60 : Titik Temu
61 Bab 61 : Cerai!
62 Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63 Bab 63 : Usaha Arash
64 Bab 64 : Terlambat
65 Bab 65 : Kembali Menghangat
66 Bab 66 : Pengorbanan
67 Bab 67 : Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Hancur
3
Bab 3 : Mencari Alasan
4
Bab 4 : Kamu Lagi?
5
Bab 5 : Darurat
6
Bab 6 : Diserang
7
Bab 7 : Bakat Maling
8
BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9
Bab 9 : Terserah!
10
Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11
Bab 11 : Penyembuh Luka
12
Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13
Bab 13 : Pertolongan
14
Bab 14 : Memang Jodoh
15
Bab 15 : Titip Luna
16
Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17
Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18
Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19
Bab 19 : Wanita Mahal
20
Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21
Bab 21 : Penolakan Penanganan
22
Bab 22 : Dokter Gadungan
23
Bab 23 : The Power Of Luna
24
Bab 24 : Menggila
25
Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26
Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27
Bab 27 : Polisi?
28
Bab 28 : Tunggu Aku!
29
Bab 29 : Bersyarat
30
Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31
Bab 31 : Kronologi
32
Bab 32 : Salah Paham
33
Bab 33 : Rencana Luna
34
Bab 34 : Rencana Gila
35
Bab 35 : Barter?
36
Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37
Bab 37 : Queen of Arthropoda
38
Bab 38 : Di Luar Prediksi
39
Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40
Bab 40 : Pilihan Sulit
41
Bab 41 : Situasi yang Sama
42
Bab 42 : Kejutan
43
Bab 43 : Salah Paham
44
Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45
Bab 45 : Titik Terendah
46
Bab 46 : Haru
47
Bab 47 : Kenyataan Pahit
48
Bab 48 : Cucu?
49
Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50
Bab 50 : Flashback~
51
Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52
Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53
Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54
Bab 54 : Menyesal
55
Bab 55 : Rencana
56
BAB 56 : Balik Nama
57
Bab 57 : Hanya Sedikit
58
Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59
Bab 59 : Pembelaan
60
Bab 60 : Titik Temu
61
Bab 61 : Cerai!
62
Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63
Bab 63 : Usaha Arash
64
Bab 64 : Terlambat
65
Bab 65 : Kembali Menghangat
66
Bab 66 : Pengorbanan
67
Bab 67 : Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!