Arash dan para anggota Arthropoda lainnya tengah beristirahat sejenak di sebuah minimarket. Pelataran itu penuh oleh motor besar mereka. Berbagai minuman kaleng dan makanan ringan turut menemani geng motor itu di teras.
Manik hitamnya membulat sempurna, kala melihat langit mulai gelap. Gemerlap cahaya bulan dan bintang berlomba memendarkan cahayanya, “Anjir! Lupa!” teriaknya beranjak berdiri.
“Apaan?” tanya para anggotanya turut beranjak berdiri.
“Haissh sial!” umpat Arash tak menjawab pertanyaan anak buahnya. Arash bergegas menuju motornya, kembali mengenakan helm full face dengan intercome di dalamnya.
Seluruh anggota geng motor itu turut mengekori sang bos. Khawatir terjadi sesuatu walaupun tidak mengerti ada apa sebenarnya. Jarak tempatnya singgah dengan rumah sakit tidak terlalu jauh. Deru motor yang bising memenuhi pelataran rumah sakit.
Semuanya bingung kala Arash berlari masuk tanpa memberi informasi apa pun. Tak lama kemudian, Arash kembali keluar dengan napas terengah-engah. “Semua menyebar! Cari orang yang udah aku broadcast sekarang!” teriak Arash menurunkan perintah. Ia panik kala mendapat informasi jika Luna sudah keluar sejak tadi.
Berkali-kali Arash merutuk dirinya sendiri, menaiki motor besarnya, melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Menerobos kemacetan yang tengah mengular di sepanjang jalan.
Setelah mengamati sebuah foto wanita cantik yang dikirim Arash, mereka segera menyebar di seluruh penjuru kota untuk mencari wanita itu. Jika sang bos sudah bertitah, tandanya benar-benar urgent.
“Ya Tuhan! Kenapa bisa sampai lupa! Haarggh! Bodoh!” teriak Arash mengumpat dirinya sendiri. Ia sampai tak peduli dengan keselamatannya sendiri. Pandangannya mengeliling ke setiap sisi.
Tiba di apartemen, Arash meninggalkan motornya begitu saja. Berlari dengan cepat menuju unit tempat mereka tinggal.
Berulang kali Arash menekan bel hingga seorang ART membuka pintu, terkejut saat menemukan pria mengenakan helm tertutup rapat.
“Bi, Luna sudah pulang?” tanya Arash membuka kaca helm.
“Be ... belum,” sahutnya sedikit takut. Tak sabar dan tak percaya, Arash menerobos masuk sembari berteriak. “Luna! Kamu sudah pulang belum, Sayang?”
Arash semakin gusar dan panik. Ia bingung mau mencari ke mana. Mau tak mau Arash kembali ke motor dan mencari Luna.
...\=\=\=\=000\=\=\=\=...
Luna menarik kedua sudut bibirnya, maniknya bergerak menatap pria di hadapannya. Tidak ada ketakutan yang terpancar dari wajah cantik itu. Ia justru membusungkan dada, bergerak semakin maju hingga musuhnya justru mengernyit bingung dan berjalan mundur.
“Pisaumu terbalik, Brother!” ucap Luna terkekeh. Ia bergerak cepat mencekal lengan lelaki itu, memelintirnya lalu menepuk pergelangan tangannya hingga pisau itu terjatuh.
Luna menambah kekuatan untuk mematahkan salah satu lengan pria itu, teriakan menggelegar mengiringi desau angin malam yang berembus. Luna hanya tersenyum dingin, ekor matanya yang tajam seolah menembus pria satunya yang hendak menyerangnya.
Tiba-tiba deru mesin motor yang menggelegar terdengar semakin mendekat, mengalihkan perhatian mereka.
Luna menoleh, tak sengaja manik matanya menangkap bayangan seseorang di balik pohon nyiur yang melambai-lambai. Bibirnya mencebik kala mengenali perawakan tubuh orang itu.
Sebuah tendangan beruntun mengenai dua pria yang menyerang Luna. Bukan hanya satu motor yang datang. Rupanya mereka satu rombongan dan kini memainkan gas motornya sembari mengelilingi Luna dan dua lelaki itu.
Mereka tidak bisa kabur, sama sekali tidak ada celah dari anggota geng motor tersebut. Hingga mereka mengarahkan lampu tepat pada dua lelaki itu.
“Brengsek! Beraninya menyakiti istriku!" teriak Arash yang sontak membuat para anggotanya mengerjap tak percaya. Mereka saling melempar pandang.
Arash segera turun, menghajar mereka berdua dengan penuh emosi. Sempat melawan, tapi segera diserang para anggota lainnya. Dua pria misterius itu kalah telak. Mereka bersujud memohon ampun usai dihajar Arash sampai babak belur.
“Cukup!” teriak Luna kala Arash sudah mengayunkan kakinya hendak mengentak punggung dua pria itu.
Arash menoleh, ia kembali menurunkan kakinya, “Jangan lepaskan mereka!” titahnya pada anak buahnya. Dua lelaki itu segera diringkus.
Arash langsung memeluk Luna begitu erat, meski wanita itu bergeming tanpa mau membalas pelukan suaminya. “Maafin aku, Luna,” gumamnya berulang-ulang.
Fay, penjaga pantai itu termasuk salah satu anggota geng motor Arash, hanya saja ia menang tidak ikut berkumpul karena memang tengah bekerja. Saat menerima broadcast pesan Arash, Fay mengamatinya dengan teliti kemudian menyimpan dalam memori otaknya.
Terkejut ketika melihat wajah Luna sangat mirip dengan foto yang dikirim Arash, saat mobil yang ditumpangi tengah dilakukan pemeriksaan. Jendela memang saat itu terbuka sedikit, Luna terlihat diam saja karena ingin tahu siapa dalangnya.
Fay segera menghubungi Arash, hingga sang ketua dan gengnya langsung menuju ke lokasi.
“Lepas!” Luna mendorong dada Arash, menatapnya begitu tajam.
“Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Ayo kita pulang,” ajak Arash menyentuh lengan Luna dan hendak membawanya ke motor.
Akan tetapi, Luna justru menghempaskan tangan Arash dengan kuat, berkacak pinggang sembari menatapnya penuh kebencian. “Aku bisa pulang sendiri. Urus saja para wanitamu itu! Lepas satu dan mulai berbuat nekat. Dasar playboy cap lobster!” sahut Luna ketus melengos pergi begitu saja.
Tak menyerah, Arash segera mengejarnya. Ia bahkan berjalan mundur agar selalu berhadapan dengan istrinya.
“Playboy? Lobster? Apasih, Luna Sayang,” Arash menautkan alisnya.
“Enggak usah panggil sayang! Aku mual mendengarnya!” sentak Luna terus melangkah.
Bisik-bisik dan saling senggol kini terjadi di antara para anggota geng Arthropoda. Mereka menggunjingkan seseorang, siapa lagi kalau bukan bos mereka. Rasanya tak percaya.
“Awas!” Arash menarik paksa Luna hingga kini berada di pelukan, kala ada sebuah motor yang melintas cepat di sampingnya.
“Wanita siapa yang kamu maksud? Aku benar-benar tidak mengerti, Luna. Seharian ini aku sibuk mencari ibuku....”
“Dira salah satunya. Mungkin ada Dira Dira lainnya di luar sana. Siapa yang tahu! Tunggu! Bukankah kamu mengatakan tidak punya keluarga?” selidik Luna melepaskan diri.
Bersambung`
mampir juga di karya keren bestie yuk...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
mulai ke cerita berat...
2024-10-12
0
anonim
naaa keceplosan punya ibu
2023-11-24
0
𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫
jujur aja Ar!dr pada bonyok🤭
2023-09-06
1