Bab 7 : Bakat Maling

Tiga minggu berlalu dengan begitu cepat. Selama itu pula, Luna mengungsi di apartemen sahabatnya, apalagi Zora tengah disibukkan dengan ujian akhir dan berbagai tugas demi mendapatkan gelar dokternya. Ia hanya akan pulang untuk mengontrol kondisi Arash.

Selama itu pula, Arash sama sekali tidak keluar dari apartemen Luna. Beruntung sekali Luna tulus mengobatinya, bahkan memberi tempat tinggal dan juga makan bergizi secara cuma-cuma. Selain memulihkan fisik, ia juga tengah memulihkan mentalnya yang berguncang hebat pasca mendengar berita perselingkuhan serta perceraian orang tuanya.

“Obatnya Arash masih, Bi?” tanya Luna yang baru pulang dari dinas malamnya. Gadis itu membuka lemari pendingin, meraih sebotol air mineral dan meneguknya sambil duduk.

“Tinggal satu kali minum, Non,” sahut Bibi menghentikan aktivitasnya di dapur.

Luna mengangguk, beralih pada buah apel di meja dan hendak mengupasnya. “Emm ... aku mau lihat kondisinya dulu deh.”

“Nona, kenapa Anda begitu baik pada berandal seperti itu?” bisik Bibi yang turut duduk di samping Luna.

Terperanjat, takut Arash mendengar, Luna menoleh ke arah kamar. Bernapas lega ketika pintu masih tertutup rapat.

Jelas saja Bibi mengatakan itu, karena memang penampilan Arash sejak pertama datang, mengenakan celana sobek-sobek, telinga yang ditindik, juga mendengar umpatan-umpatan kasar yang terdengar dari bibir lelaki itu. Heran sekali dengan majikannya yang tidak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya demi orang seperti itu.

“Siapa pun kalau ada di posisi yang sama dengannya, akan aku tolong, Bi. Apalagi awalnya dia memang pasienku. Apakah aku akan diam saja kalau melihat pasienku nyawanya terancam?”

“Mulia sekali,” puji Bibi terharu.

“Ah, Bibi jangan berlebihan. Pesan Mommy, di mana pun aku berpijak, aku harus selalu membantu orang yang kesulitan, Bi. Apa yang kita tanam, akan kita tuai,” balas gadis itu tersenyum ramah.

“Nona enggak takut, kalau pria itu ternyata pengedar narkoba? Atau seorang buronan? Nanti Nona bisa terseret.” Khawatir ART itu bergidik membayangkan.

Luna menggenggam tangan wanita tua itu, “Bibi tenang saja. Aku yakin dia tidak seperti itu. Karena yang mengejarnya bukan intel atau sejenisnya. Tapi preman bayaran. Cuma sampai dia sembuh kok. Setelah itu aku akan mengusirnya. Bibi enggak kasih tahu password apartemen ini ‘kan?” paparnya lembut.

“Tidak, Non.”

“Baiklah, aku periksa Arash dulu ya, Bi.” Perbincangan bisik-bisik pagi itu berakhir.  

Luna segera beranjak, melenggang ke kamar tamu dengan tas kerja yang tersemat di bahunya.

Beberapa kali Luna mengetuk sembari memanggil nama Arash, keningnya berkerut saat tak mendengar sahutan apa pun. “Arash! Kamu masih tidur?”

Terdiam beberapa saat, Luna membuka pintu kamar yang tidak pernah dikunci itu. Khawatir terjadi sesuatu dengan lelaki itu. Pandangannya mengeliling, tidak menemukan siapa pun di sana.

“Arash! Rash!” panggil Luna melangkahkan kaki waspada. “Ke mana tu orang?” gumamnya terus melangkah. Hingga netranya tertuju ke arah jendela, tirai yang menjuntai melambai-lambai terbawa angin.

Gadis itu berlari ke sana, melongokkan kepala setelah menyibak tirai putih di kamar tersebut. “Hah?” Luna terkejut saat menemukan selimut yang dililit pada pagar pembatas balkon. Ia segera membuka pintu balkon berlari memeriksa selimut yang menjuntai ke bawah.

“Gila! Dia kabur lewat sini?” gumam Luna tampak berpikir keras.

\=\=\=000\=\=\=

Di tempat yang berbeda, Arash mengepalkan kedua tangannya erat-erat kala melihat markasnya hancur tak bersisa. Sebuah bangunan tempatnya bernaung bersama para anak buahnya rata dengan tanah.

Deru napasnya memburu, ia berkacak pinggang, menatap nanar tempat yang sudah sepuluh tahun berdiri sejak terbentuknya Gang Arthropoda.

Terlalu lama berdiam diri, darahnya semakin mendidih. Apalagi saat terlintas kenangan-kenangan masa lalu bersama teman-temannya.

“Ke mana anak-anak?” gumamnya berjalan mundur mencari taksi. Dadanya bergemuruh hebat di dalam sana. Emosinya membuncah hingga kepalanya berdenyut semakin nyeri. Tapi Arash menahannya sebelum mendapat jawaban.

“Tunggu di sini, Pak. Saya tidak lama.” Arash turun di sebuah bangunan satu lantai namun begitu luas, tidak jauh dari markas mereka. Napas Arash masih terengah-engah, rolling door yang begitu luas di bengkel itu masih tertutup rapat. Ia baru menghela napas lega, setidaknya sumber penghasilan pribadinya tidak diusik.

Arash kembali menaiki taksi, ia meminta sopir untuk mengantarnya ke kediaman Omed. Sahabat sekaligus wakil ketua Arthropoda.

\=\=\=\=000\=\=\=\=

“Bos!” pekik Omed membulatkan matanya, saat menemukan sang bos berdiri di hadapannya. Matanya sampai menyelidik dari ujung rambut hingga ujung kepala. “I ... ini beneran kamu, Bos? Kamu selamat dari kejaran Om Carlos?” serunya memegang kedua lengan Arash.

“Apa yang terjadi selama aku nggak ada?” cecar Arash menghunuskan tatapan tajam. Menepis kedua tangan Omed dengna kasar.

“Ma ... masuklah, Bos!” ucap Omed memberikan jalan pada Arash.

Arash masuk ke rumah yang tidak terlalu besar itu, langsung menuju dapur karena menang sudah hafal tata letak lokasi rumah Omed. Ia meneguk minuman tanpa permisi maupun menunggu dipersilakan lebih dulu.

Omed tersentak saat Arash meletakkan gelas secara kasar di meja. Ia duduk, menatap tajam ke arah Omed yang kini menelan salivanya gugup.

Tanpa menunggu perintah, Omed menjelaskan secara detail penyerangan yang terjadi beberapa hari lalu. Tepatnya saat Arash menghilang, dan kondisi Omed juga belum memungkinkan turun ke markas. Beberapa anak buahnya tidak dapat menghalau keganasan Gang Cobra yang membabi buta. Mereka kalah jumlah, apalagi tidak ada pemimpin yang mengarahkannya. Hingga markas berhasil dirobohkan.

“Aaarrrrgh! Brengsek!” teriak Arash melempar gelas kosong ke sembarang arah. Suara pecahan kaca menggelegar saat menabrak dinding. Serpihannya berhamburan ke mana-mana.

Kepala Arash serasa mendidih. Belum selesai dengan masalah keluarganya yang rumit, kini harus dihadapkan masalah dalam gang-nya.

“Gimana kondisi anak-anak yang terluka?” tanya Arash setelah berhasil menguasai emosinya. Meski ekspresi wajahnya masih memerah penuh amarah.

“Sudah mendapat penanganan, Bos. Banyak yang sudah pulih. Tapi tidak berani bergerak,” sahut Omed yang sudah terbiasa akan emosi Arash yang meledak-ledak.

“Nanti saja, tunggu aku!”

Tanpa meninggalkan pesan apa pun lagi, Arash melenggang keluar dari rumah Omed. Sang pemilik rumah sampai kebingungan.

Terlalu lama di luar, membuat Arash lupa jika minggu ini, Luna mengunjunginya pagi hari sepulang dari dinas malamnya.

Buru-buru lelaki itu kembali ke apartemen Luna. Karena tidak tahu password unit yang ditempatinya, Arash terpaksa memanjat gedung tinggi tersebut setelah ia mengamati selimut yang masih menjuntai ke lantai bawah.

Susah payah dan dengan seluruh tenaga, akhirnya Arash berhasil melompati balkon apartemen Luna. Napasnya terengah-engah, keningnya membasah karena bulir keringat yang dia seka barusan.

Dua tangannya dikibaskan akibat terlalu sakit menopang tubuhnya saat bergelantungan di setiap balkon. Untung saja, letak kamarnya tidak terlalu tinggi.

“Huh! Kampret emang!” desis Arash melewati jendela kamar.

Baru saja melangkah santai, hendak ke kamar mandi, tubuhnya berjingkat kaget karena menemukan Luna bersandar di meja rias sembari melipat kedua lengan di dada.

“Astaga! Do ... Dokter! Jantungku hampir saja lepas!” gurau Arash benar-benar terkejut.

“Sudah bisa melompat dari balkon ternyata, itu artinya sudah sembuh dong ya.” Luna memainkan kuku-kukunya, enggan menoleh pada Arash yang panik memikirkan jawaban logis.

“Ternyata kamu berbakat ya,” sambung Luna mengangkat pandangannya, matanya menatap tajam lelaki itu. “Bakat jadi maling!”

“Luna apa yang kamu lakukan?” teriak seseorang membuka pintu kamar dengan kasar, tentu saja mengejutkan mereka berdua.

Bersambung~

 

Terpopuler

Comments

anonim

anonim

eeee Arash dah kabur kembali lagi....
Luna...Luna...pasienmu istimewa wkwkwk

2023-11-23

0

Iin Karmini

Iin Karmini

kabur..mungkin takut nanti liat nota tagihan yg panjang😅

2023-10-23

1

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

𝐙⃝🦜Zifei_WanitaTangguh💫

nah looohh..ketangkep basah kan. eh, ketangkep kering, kan belum masuk kamar mandi🤣

2023-09-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Pertemuan
2 Bab 2 : Hancur
3 Bab 3 : Mencari Alasan
4 Bab 4 : Kamu Lagi?
5 Bab 5 : Darurat
6 Bab 6 : Diserang
7 Bab 7 : Bakat Maling
8 BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9 Bab 9 : Terserah!
10 Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11 Bab 11 : Penyembuh Luka
12 Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13 Bab 13 : Pertolongan
14 Bab 14 : Memang Jodoh
15 Bab 15 : Titip Luna
16 Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17 Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18 Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19 Bab 19 : Wanita Mahal
20 Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21 Bab 21 : Penolakan Penanganan
22 Bab 22 : Dokter Gadungan
23 Bab 23 : The Power Of Luna
24 Bab 24 : Menggila
25 Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26 Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27 Bab 27 : Polisi?
28 Bab 28 : Tunggu Aku!
29 Bab 29 : Bersyarat
30 Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31 Bab 31 : Kronologi
32 Bab 32 : Salah Paham
33 Bab 33 : Rencana Luna
34 Bab 34 : Rencana Gila
35 Bab 35 : Barter?
36 Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37 Bab 37 : Queen of Arthropoda
38 Bab 38 : Di Luar Prediksi
39 Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40 Bab 40 : Pilihan Sulit
41 Bab 41 : Situasi yang Sama
42 Bab 42 : Kejutan
43 Bab 43 : Salah Paham
44 Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45 Bab 45 : Titik Terendah
46 Bab 46 : Haru
47 Bab 47 : Kenyataan Pahit
48 Bab 48 : Cucu?
49 Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50 Bab 50 : Flashback~
51 Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52 Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53 Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54 Bab 54 : Menyesal
55 Bab 55 : Rencana
56 BAB 56 : Balik Nama
57 Bab 57 : Hanya Sedikit
58 Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59 Bab 59 : Pembelaan
60 Bab 60 : Titik Temu
61 Bab 61 : Cerai!
62 Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63 Bab 63 : Usaha Arash
64 Bab 64 : Terlambat
65 Bab 65 : Kembali Menghangat
66 Bab 66 : Pengorbanan
67 Bab 67 : Ending
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 : Pertemuan
2
Bab 2 : Hancur
3
Bab 3 : Mencari Alasan
4
Bab 4 : Kamu Lagi?
5
Bab 5 : Darurat
6
Bab 6 : Diserang
7
Bab 7 : Bakat Maling
8
BAB 8 : GARA-GARA KAMU!
9
Bab 9 : Terserah!
10
Bab 10 : Bukan Pernikahan Impian
11
Bab 11 : Penyembuh Luka
12
Bab 12 : Bangun Cinta di Atas Pernikahan
13
Bab 13 : Pertolongan
14
Bab 14 : Memang Jodoh
15
Bab 15 : Titip Luna
16
Bab 16 : Playboy Cap Lobster
17
Bab 17 : Urus Saja Wanitamu!
18
Bab 18 : Obat Aku Cuma Kamu
19
Bab 19 : Wanita Mahal
20
Bab 20 : Gara-Gara Cemburu
21
Bab 21 : Penolakan Penanganan
22
Bab 22 : Dokter Gadungan
23
Bab 23 : The Power Of Luna
24
Bab 24 : Menggila
25
Bab 25 : Semangat MeLakOr!
26
Bab 26 : Pengangkatan Rahim
27
Bab 27 : Polisi?
28
Bab 28 : Tunggu Aku!
29
Bab 29 : Bersyarat
30
Bab 30 : Hentikan Obsesi Anda!
31
Bab 31 : Kronologi
32
Bab 32 : Salah Paham
33
Bab 33 : Rencana Luna
34
Bab 34 : Rencana Gila
35
Bab 35 : Barter?
36
Bab 36 : Rindu Tanpa Disadari
37
Bab 37 : Queen of Arthropoda
38
Bab 38 : Di Luar Prediksi
39
Bab 39 : Keputusan Tak Terduga
40
Bab 40 : Pilihan Sulit
41
Bab 41 : Situasi yang Sama
42
Bab 42 : Kejutan
43
Bab 43 : Salah Paham
44
Bab 44 : Kedatangan Tuan Besar
45
Bab 45 : Titik Terendah
46
Bab 46 : Haru
47
Bab 47 : Kenyataan Pahit
48
Bab 48 : Cucu?
49
Bab 49 : Menuntut Penjelasan
50
Bab 50 : Flashback~
51
Bab 51 : Perdebatan Saudara Serahim
52
Bab 52 : Pesona Queen of Sebastian
53
Bab 53 : Bukan Sekedar Alasan
54
Bab 54 : Menyesal
55
Bab 55 : Rencana
56
BAB 56 : Balik Nama
57
Bab 57 : Hanya Sedikit
58
Bab 58 : Geser Tahta si Bungsu
59
Bab 59 : Pembelaan
60
Bab 60 : Titik Temu
61
Bab 61 : Cerai!
62
Bab 62 : Kesempatan yang Habis
63
Bab 63 : Usaha Arash
64
Bab 64 : Terlambat
65
Bab 65 : Kembali Menghangat
66
Bab 66 : Pengorbanan
67
Bab 67 : Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!