Hari ini Delano berdiri di sebrang jalan menuju Restaurant tempat Alana bekerja bersama dengan orang suruhan Ayahnya itu. Delano terus menatap ke arah Restaurant itu, namun dia belum menemukan Alana disana.
"Mana dia? Kenapa tidak ada juga?" Delano benar-benar sudah tidak sabaran untuk itu, dia sudah merindukan Alana.
"Dia akan membuang sampah sebentar lagi, karena biasanya dia akan keluar setelah Restaurant tutup dan membuang sampah disana"
Delano mencoba sabar dan menunggu sampai saat itu tiba, dan benar beberapa saat kemudian jelas dia melihat Alana disana dengan perutnya yang buncit dan membawa kantung plastik besar berwarna hitam dengan sedikit kesusahan. Melihat itu hati Delano benar-benar tersayat. Delano tidak bisa menahannya lagi untuk tidak menghampiri Alana. Dia berjalan menyebrang jalan dan segera menghampiri Alana.
"Sayang.."
Deg..
Alana terdiam ketika dia mendengar suara yang sangat dia rindukan. Alana berbalik dan mematung seketika melihat Delano yang berdiri di sepannya. Alana benar-benar tidak menyangka jika dia akan bertemu dengan Delano saat ini. Bagaimana Alana yang begitu merindukan Delano namun dia tidak bisa menemuinya.
"Ma-mau apa kau datang kesini?"
Alana langsung melangkah mundur dengan tangan yang memeluk perutnya sendiri. Delano yang terus berjalan mendekat padanya, semakin memuat Alana berjalan mundur darinya. Hingga dia tidak bisa lagi menghindar dan tubuhnya terkunci di dekat tempat sampah besar. Alana tidak bisa pergi kemana pun lagi saat ini. Dengan cepat Delano langsung memeluk tubuh Alana dengan erat.
"Maafkan aku Alana karena aku tidak bisa menjaga kamu dan kenapa kamu harus pergi dariku"
Alana tidak menjawab, tiba-tiba saja lidahnya menjadi kelu untuk berucap. Alana hanya diam mematung dalam pelukan Delano. Dia tidak bisa mengucapkan apapun karena masih sngat terkejut dengan kehadiran Delano yang tiba-tiba. Alana tidak bisa mengatakan apapun pada pria itu.
"Sayang..." Delano melerai pelukannya, tapi tidak sampai melepaskan Alana. Dia menatap Alana dengan lekat. "...Sayang, tolong jangan membuat aku semakin bingung. Kamu kenapa meninggalkan aku?"
Alana memberanikan diri untuk menatap mata Delano dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. "Delan, aku tidak bisa melakukan apapun saat itu selain pergi meninggalkan kamu. Tapi di saat aku kembali dan ingin menemuimu, kamu malah sudah menikah dengan wanita lain. Lalu, apa alasan aku untuk tetap bertahan dengan kamu?"
Delano mengerutkan keningnya bingung, dia sama sekali tidak mengerti ucapan Alana tentang dirinya yang sudah menikah dengan orang lain. "Aku menikah? Dengan siapa Alana? Aku belum menikah dengan siapa pun, kamu dengar aku menikah dari siapa? Aku sama sekali belum menikah"
"Istrimu sendiri yang datang kesini dan menemuiku. Mengatakan jika kamu sudah menikah dan meminta aku untuk tidak mengganggu hidupmu lagi. Sudahlah Delan, kamu pergi saja dari sini dan jangan menemuiku lagi. Biarkan aku hidup dengan tenang"
Alana melepaskan tangan Delano di lengannya dan dia segera pergi dari hadapan Delano. Masuk ke dalam Resturant dengan mengusap kasar air matanya yang menetes begitu saja di pipinya. Alana masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan mereka yang bertanya padanya.
Kenapa dia harus hadir disini ketika aku sudah ingin menjauh darinya dan melupakannya.
Sementara Delano masih berdiri diam di tempatnya, yang dia harapkan dan yang dia bayangkan adalah ketika Delano menemui Alana, maka dia akan melihat wajah senang dan bahagia gadis itu sampai memeluknya erat dnegan beitu bahagia. Tapi kenyataannya, Alana malah menatap Delano dengan penuh amarah dan dia yang tidak mengerti apapun kenapa Alana semarah itu padanya.
Aku sudah menikah dan istriku mendatangi Alana? Ini aneh, siapa yang telah membohongi Alana?
######
Hingga pagi ini Alana kembali bekerja meski dengan pikiran yang kacau dan dia tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Alana yang mulai bingung dan tidak bisa tinggal dengan tenang di tempat ini. Semuanya karena Delano yang sudah menemuinya dan mengetahui jika Alana memang tinggal di tempat ini.
Namun Alana juga tidak bisa pergi dari tempat ini karena dia juga tidak mungkin terus menghindar dari Delano, karena sampai kapan pun hal ini akan terjadi. Delano pasti akan menemukan keberadaan Alana ini. Meski Alana mau berlari ke mana pun, pasti akan ada waktunya Delano menemukan dia.
"Alana, kamu kerja bagaimana si? Pesanan meja nomor 13 dan nomor 15 tertukar. Kalay kamu memang sudah tidak sanggup bekerja, lebih baik berhenti saja. Kasihan juga calon anak kamu yang terus di bawa kerja seperti ini. Memang Ayahnya kemana si? Ohh aku lupa ya kalau anak kamu ini memang tidak punya Ayah"
Alana hanya menunduk mendengar ucapan kepala pelayan disini. Alana memeluk perutnya sendiri dengan helaan nafas panjang. Memang lebih banyak yang tidak suka pada Alana di banding yang mengerti keadaan Alana saat ini.
"Maaf Mbak, aku janji akan lebih hati-hati lagi"
"Sudahlah, kalau memang kamu sudah tidak sanggup bekerja. Kamu bisa langsung keluar saja dari Restaurant ini. Sudah hamil besar kayak gitu kenapa masih juga bekerja"
"Dia akan berhenti kerja mulai hari ini!"
Alana langsung mendongak dan menatap orang yang tiba-tiba bersuara dengan lantang itu. Kepala pelayan juga terkejut dengan suara lantang itu, dia menoleh dan menatap pria tampan yang berjalan ke arahnya.
"Siapa dia?"
"Aku adalah suaminya, selama ini aku yang pergi dan baru kembali saat ini. Sekarang aku akan membawa istriku pergi dari sini"
"Delan.." Alana menatap Delano dengan tatapan memohon, dia tidak mungkin pergi dari tempat ini dan ikut dengan Delano yang jelas-jelas sudah menikah dengan Lerita. Alana tidak mau menjadi perusak pernikahan orang lain.
Delano tidak menghiraukan tatapan Alana itu. Dia tetap akan membawa Alana pergi dari tempat ini. Jika memang Delano tidak bisa membujuknya dengan lembut, maka dia bisa memaksa Alana dengan cara seperti ini.
Alana yang tidak bisa melakukan apapun lagi, dia membereskan beberapa barang-barangnya di dalam kamar mess yang selama ini dia tempati. Namun, Alana juga tidak bisa melakukan apapun saat ini.
Alana menenteng tas berukuran sedang dengan tas selempang di bahunya. Menuruni anak tangga dengan Delano yang sedang menunggunya langsung berlari ke arah Alana dan membantunya untuk berjalan menuruni anak tangga.
Alana menatap ke arah teman-temannya yang peduli dan mengerti keadaannya. Alana yang sedang merasa bingung dengan keadaan saat ini, namun da langsung tersenyum ketika melihat teman-temannya yang menatapnya dengan penuh haru.
"Alana semoga kamu akan baik-baik saja disana ya"
"Jangan melupakan kami"
"Kami pasti sangat merindukanmu"
Alana tersenyum pada mereka semua, dia merasa bersyukur karena bisa bertemu dengan orang-orang seperti teman-temannya disini. Alana memeluk mereka satu persatu dan berpamitan pada mereka semua sebelum dia benar-benar pergi dari tempat ini.
"Aku pergi ya, sampai jumpa lagi"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments