"Kamu yakin Nak?"
Alana mengangguk, memang sudah seharusnya dia kembali menghadapi masalahnya. Karena terus menghindar seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Alana yang harus kembali ke Ibu Kota hanya untuk menghadapi semua masalah yang sedang terjadi.
"Iya Bu, Alana yakin. Sudah cukup 6 bulan ini aku menghindar dari masalah yang sedang terjadi. Sekarang sudah waktunya aku menghadapi semuanya"
Ibu Ratih mengelus bahu Alana, dia sudah menganggap Alana seperti anaknya sendiri. Apalagi melihat sifat Alana yang baik dan tulus, namun sayang karena nasibnya yang tidak baik seperti perbuatannya.
"Yaudah, kalau nanti kamu ada apa-apa di kota. Datang lagi saja kesini, kami akan selalu ada untuk kamu"
Mendengar itu membuat Alana begitu terharu, dia memeluk tubuh Ibu Ratih dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih atas semuanya Bu"
"Iya Nak, kamu baik-baik ya disana"
"Iya Bu, kalau gitu Alana pergi"
Setelah berpamitan pada Ibu Ratih, Alana segera pergi bersama dengan Pak Yadi yang sekalian suplai sayuran ke beberapa kios di pasar tradisional yang ada di Ibu kota. Sudah saatnya Alana menghadapi semua ini dan keluar dari persembunyiannya.
Akhirnya Alana sampai di Ibu kota bersama dengan Pak Yadi yang sekalian mengantar sayuran ke beberapa pasar di Ibu Kota. Alana mengucapkan banyak terima kasih padanya sebelum dia turun dari dalam mobil. Alana naik ojek dan pergi menuju rumah Delano, namun baru saja dia akan turun dari atas motor ketika Alana melihat Delano yang keluar dari dalam rumahnya dengan di rangkul oleh Lerita. Hal itu jelas membuat hati Alana begitu terluka.
Ternyata dia sudah bahagia dengan wanita pilihan Ayahnya. Untuk apa aku datang dan malah akan menghacurkan hubungan mereka.
"Jalan lagi Pak"
Alana mengusap air mata nakal yang menetes begitu saja di pipinya. Alana tidak bisa melihat Delano yang sekarang sudah bersama dengan wanita yang di pilihkan oleh Ayahnya. Itu artinya Alana memang tidak pernah berarti apa-apa bagi Delano.
Sementara di rumah Delano, Lerita memang sengaja ke rumah Delano untuk menemuinya. Namun ketika dia sampai ternyata Delano yang sedang sakit dan muntah-muntah di kamar mandi. Hal itu membuat Lerita langsung memaksa Delano untuk pergi ke rumah sakit dan memeriksanya. Karena keadaan Delano yang terlalu lemas membuat Lerita merangkulnya dengan menaruh tangan Delano di lehernya agar dia tidak terjatuh.
Sampai di rumah sakit, Delano langsung di periksa oleh Dokter. Memang sudah beberapa hari ini dia mengalami mual dan selalu muntah-muntah di pagi hari. Delano juga tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya akhir-akhir ini yang selalu tersa lemah dan gampang sekali lelah.
"Semuanya baik-baik saja, mungkin anda hanya masuk angin saja"
Mendengar penjelasan Dokter malah membuat Delano bingung dan merasa heran dengan tubuhnya ini. "Apa mungkin saya masuk angin tapi setiap hari mengalami halini?"
"Saya tidak menemukan masalah apapun pada diri anda. Jadi saya fikir anda hanya masuk angin dan keadaan tubuhnya yang sedang tidak fit saja"
Setelah Dokter memberikan obat padanya, Delano langsung pulang dengan di antar oleh Lerita. Meski sebenarnya dia tidak mau, namun kali ini Delano memang membutuhkan Lerita. Karena dalam keadaan yang seperti ini tidak mungkin jika Delano mengemudi sendiri.
"Kau boleh pulang sekarang, aku ingin istirahat dan tidak mau di ganggu oleh siapapun"
Akhirnya mau tidak mau, Lerita tetap pulang dan meninggalkan Delano seorang diri di rumahnya. Lerita tahu jika Delano memang tidak pernah membuka hati untuknya. Namun Lerita masih merasa sangat penasaran dengan Delano, membuat dia belum menyerah juga sampai saat ini.
Delano merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Delano yang terus memikirkan keberadaan Alana. Delano yang sampai saat ini belum bisa melupakan Alana dan sepertinya memang dia tidak akan pernah bisa melupakan wanita yang sudah berhasil membuatnya jatuh cinta, bahkan begitu tergila-gila padanya.
"Kapan kamu akan kembali Alana? Aku benar-benar merindukan kamu"
######
Sementara Alana baru saja turun dari ojek, dia menatap rumah kedua orang tuanya. Mungkin memang sudah saatnya dia kembali pada mereka, meski mereka tidak pernah benar-benar peduli padanya.
"Hari ini aku mencoba untuk siap menghadapi semuanya"
Alana melangkah masuk ke halaman rumah ini.Berdiri di depan pintu dan mengetuknya beberapa kali. Namun tidak ada juga jawaban dari dalam sana, tidak ada juga yang membukakan pintu untuknya.
"Cari siapa ya?"
Alana menoleh saat mendengar suara seseorang. Dia melihat seorang perempuan paruh baya yang menyapanya itu. "Maaf Bu, kemana ya penghuni rumah ini?"
"Oh mereka semua telah pindah sejak anak pertamanya meninggal"
Deg..
Meninggal? Anak pertamanya? Bukankah itu adalah dia?
Tubuh Alana benar-benar mematung mendengar itu. Bahkan keluarganya berharap Alana segera meninggal. Jangankan mencarinya, peduli padanya saja mereka tidak pernah.
Setelah apa yang Alana lakukan untuk mereka. Bahkan dia rela menikahi pria tua dan melepaskan cintanya. Alana rela menjalani semua ini hingga hidupnya benar-benar hancur, semuanya hanya karena permintaan kedua orang tuanya. Tapi sekarang dia malah di anggap meninggal oleh mereka.
Kaki Alana terasa lemas, sampai dia tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya. Alana jatuh terduduk di atas lantai dengan tangan memegangi perutnya. Alana menangis sejadi-jadinya. Merasa jika dunia terlalu kejam padanya.
"Kenapa dunia terlalu kejam padaku? Kenapa aku? Kenapa harus aku Ya Tuhan?"
Rasanya Alana ingin menyerah saja, namun lagi-lagi dia mengingat anaknya yang berhak hidup di dunia ini. Meski saat ini Alana benar-benar merasa sangat hancur. Pria yang dia cintai dan Ayah dari anak yang dia kandung sekarang, ternyata sudah bersama dengan wanita lain. Sekarang ketika Alana menemui keluarganya pun, dia malah mendengar kabar yang begitu memngejutkan.
Alana berjalan gontai menyusuri jalanan dengan tangan yang terus memegangi perutnya. Saat ini dia benar-benar tidak tahu arah tujuan. Alana yang terluka dan hancur seketika dengan kenyataan yang ada. Alana jelas tidak bisa terus seperti ini. Mungkin dia harus segera bangkit dan mulai hidup baru seorang diri. Hanya seorang diri! Mungkin akan berdua dengan anaknya nanti.
Dengan tekad yang kuat, Alana mencari pekerjaan yang juga bisa menampung dirinya. Meski dia tahu jika mencari pekerjaan seperti itu tidak akan mudah. Namun Alana tidak akan pernah menyerah, dia terus berjalan dan mencari pekerjaan secara langsung ke berbagai tempat, mencari pekerjaan dengan langsung tanpa sebuah surat lamaran dan apapun. Karena saat ini Alana tidak mempunyai itu. Yang dia pikirkan hanya bisa hidup dan bertahan hanya untuk anaknya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments