Saat didalam ruangan. Erland meminta Callista untuk duduk disofa yang letaknya dipojok ruangannya. Callista hanya menurut mengiyakan. Sementara Erland duduk disamping Callista.
"Apa sebelumnya kau pernah bekerja?" ucap Erland. Mengalihkan pandangannya menatap Callista.
"Sebenarnya saya baru lulus kuliah beberapa bulan lalu. Saya belum pernah bekerja. Tapi saya punya pengalaman bekerja pada saat magang dikampus" Callista tersenyum simpul. Lalu menyodorkan map berwarna merah kehadapan Erland.
"Ini formulir saya" lanjut Callista. Erland menatap sejenak pada map yang dipegang Callista. Lalu mengambilnya dan mulai membaca.
"Baiklah. Aku akan meminta bawahanku mengenai pekerjaan apa yang harus kau lakukan selama menjadi sekretarisku" Callista mengangguk mengiyakan.
"Hanya saja kau akan menjadi sekretaris kontrak terlebih dulu. Jika pekerjaanmu bagus maka akan ku angkat menjadi sekretaris tetap" lanjut Erland.
"Baik Pa. Tak masalah" balas Callista tersenyum.
"Ini formulir kontrak yang harus kau tanda tangani" Erland menyodorkan map coklat kearah Callista. Callista dengan sigap meraihnya.
"Akan saya tanda tangani Pa" Callista mengambil balpoin didalam tasnya. Lalu membuka map yang berisi selembar kertas.
"Apa kau tidak mau membacanya terlebih dulu?" ucap Erland. Callista menghentikan pergerakannya sejenak. Lalu mengangkat wajahnya menatap Erland.
"Saya percaya padamu Pa. Tidak mungkin orang baik sepertimu mempunyai niat buruk" Callista tersenyum simpul. Lalu kembali menatap berkas dihadapannya. Callista menandatangani berkas kontrak itu.
"Sudah selesai Pa" Callista menyodorkan kembali map pada Erland. Dan Erland meraihnya dengan cepat.
"Aku sudah meminta bawahanku agar memberitahumu soal pekerjaannya. Dia akan segera datang. Untuk sementara kau bisa menunggu dimejamu. Mejanya ada didepan mejaku" ujar Erland. Lalu melenggang pergi menghampiri mejanya. Sementara Callista berjalan kearah meja yang ditunjuk Erland tadi.
Lalu tak lama Callista menunggu. Ada seseorang yang mengetuk dibalik pintu. Callista dengan sigap menghampirinya.
"Biar saya bukakan Pa" Callista kembali berjalan setelah mendapat anggukan dari Erland. Ia membuka handel pintu. Lalu menampakan seorang pria yang bertubuh kekar.
"Apa kau Nona Callista?" ucap pria bertubuh kekar tersebut. Callista mengangguk mengiyakan.
"Saya orang yang diperintahkan Tuan Erland untuk memberitahumu tentang pekerjaanmu" ucap pria itu.
"Baiklah, dimana kita akan berbicara?" ucap Callista.
"Ikutlah keruanganku Nona" Callista mengangguk. Namun sebelum langkahnya mengikuti pria tersebut, ia lebih dulu meminta izin Erland.
Setelah mendapat izin Erland. Callista melangkah cepat mengikuti kepergian pria tadi.
Saat didalam ruangan.
Callista mengedarkan pandangannya menelusi setiap sudut yang ada diruangan itu.
"Duduklah disini Nona" ujar pria itu pada Callista. Callista menghampirinya, lalu duduk dihadapan pria itu.
"Sebenarnya pekerjaan yang akan kau lakukan selama menjadi sekretarisnya Tuan Erland tidak begitu banyak. Tugasmu hanya mengatur berkas yang harus ditanda tangani dan mengatur jadwal pertemuannya dengan klien atau rekan bisnisnya" ucap pria itu. Callista mengangguk anggukan kepalanya paham mencerna setiap kata yang diucapkan pria dihadapannya.
"Hanya saja peraturannya begitu banyak. Saya sudah menulis semua yang disukai Tuan Erland dan yang tidak disukainya. Ambilah ini" pria itu menyodorkan selembar kertas pada Callista. Lalu ia meraihnya dan membaca asal tulisan yang tertuang dalam kertas tersebut.
"Baiklah. Saya akan berusaha menjadi sekretaris yang ideal untuk Tuan Erland. Saya pastikan tidak ada kesalahan" ucap Callista menunjukan kertas yang dipegangnya.
"Tapi Nona. Kau harus tetap berhati hati dengan hal apapun yang dikatakan Tuan Erland. Ia tidak suka penolakan apapun. Sekalinya berbicara itu adalah perintah. Kau harus menuruti semua yang diperintahkannya, termasuk apa yang diinginkannya" ucap pria itu kembali. Callista mengangguk cepat menanggapi ucapannya. Meski dirinya heran dengan apa yang dikatakan pria itu. Callista merasa ada sesuatu yang tersirat dalam setiap ucapannya. Namun lagi lagi Callista tak menghiraukannya.
"Saya akan berusaha sebaik mungkin" balas Callista tersenyum.
"Kalau begitu kau boleh kembali keruanganmu" Callista mengangguk. Lalu bangkit dari duduknya. Ia menggerakkan kakinya keluar dari ruangan tersebut setelah mengucapkan terimakasih.
Kini Callista sudah kembali kemeja kerjanya yang terdapat dalam ruangan yang sama dengan Erland.
"Callista, kemarilah!" titah Erland menatap kearah Callista.
"Iya, Pa" Callista menghampiri meja Erland dan berdiri disampingnya.
"Kerjakan ini!" tunjuk Erland pada laptop dihadapannya.
"Baik Pa. Akan saya kerjakan. Tapi apa bisa dikirimkan ke laptop saya saja? Kebetulan saya membawa lap_____"
"Tidak bisa! Kau harus mengerjakannya dilaptop ini. Ini file penting. Aku tidak bisa sembarangan mengirim file ini" ucap Erland cepat. Memotong perkataan Callista.
"Baiklah. Saya mengerti" Callista tersenyum. Lalu hendak melangkah pergi.
"Kau mau kemana?" ucap Erland dengan sorot matanya yang menatap Callista.
"Saya ingin mengambil kursi Pa. Saya tidak mungkin duduk dikursi anda" ujar Callista memberi alasan.
"Duduklah dikursiku! Aku akan duduk dikursi lain" mengambil kursi didekatnya, lalu memposisikannya didekat kursi kekuasaannya.
"Bagaimana bisa Pa, ini kursi kekuasaanmu?" Callista menunjuk kursi tersebut dengan kelima jarinya.
"Kubilang duduklah!" mendengar ucapan Erland kembali membuat Callista mengangguk cepat. Ia ingat akan yang dikatakan pria bertubuh kekar tadi. Bahwa Tuan Erland tidak suka penolakan. Callista tidak mau membuat atasannya marah. Akhirnya ia hanya mengangguk patuh, lalu duduk dikursi kekuasan Erland.
"Apa kau punya masalah?" ucap Erland menatap Callista yang sedang fokus pada layar laptop. Callista yang mendengar ucapan tersebut berhenti sejenak. Ia mengingat ngingat akan apa yang tidak disukai Erland.
Tuan Erland tidak suka jika ia sedang berbicara lalu lawan bicaranya tidak menatapnya. Isi dalam kertas yang diberikan pria bertubuh kekar tadi pada Callista.
Mengingat kalimat tersebut. Callista menghentikan aktivitasnya sejenak. Lalu beralih menatap pria disampingnya.
"Iya Pa. Saya memang sedang dalam masalah. Dan pikiran saya saat itu sedang kacau. Makannya saya menabrak mobil Bapak" ucap Callista kembali menampilkan wajah bersalahnya.
"Apa masalahmu besar?" tanya Erland kembali.
"Sebenarnya hanya soal uang. Adik saya sedang dirawat dirumahsakit karena kecelakan. Dan saya belum melunasi biaya rumahsakitnya. Dokter bilang jika saya tidak segera melunasi tagihannya, maka pihak rumahsakit terpaksa memulangkan adik saya. Sementara adik saya masih membutuhkan perawatan yang optimal" Callista tersenyum tipis. Erland yang mendengarnya hanya mengangguk anggukan kepala.
"Saya akan kembali mengerjakan tugasnya" ucap Callista. Lalu pandangannya beralih menatap kembali layar laptop dihadapannya.
"Nanti jam istirahat kau akan pergi makan siang bersamaku" ucap Erland. Callista kembali memalingkan wajahnya menatap pria itu.
"Tidak perlu Pa. Saya tidak mau merepotkan Bapak" balas Callista.
"Sama sekali tidak. Ini sudah menjadi peraturan. Sekretaris sebelumnya juga selalu pergi makan siang bersamaku"
"Tapi Pa, saya merasa tidak enak"
"Callista! Aku tidak suka_____"
"Anda tidak suka penolakan Pa. Kalau begitu baiklah. Saya akan pergi makan siang bersama Bapak" Erland yang mendengar persetujuan Callista mengangguk tersenyum. Namun senyumnya memiliki arti lain. Tidak ada yang tau maksud dari tindakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
M m
belum dijelasin apa yang membuat Erland tertarik dengan Callista
2022-03-10
0
Dede r Ruhiyat
ada udanh di balik piring
2021-01-12
2
JiMine
emang ada ya atasan nanya ke sekretaris nya "Kau bisa membantuku?" padahal kan harusnya tinggal nyuruh kerjain🤔
2020-06-21
2