Terdapat adegan kekerasan dan dewasa. Dimohon lebih bijak. ( 21+ )
***
Callista mundar mandir didepan tempat tidur dengan perasaan yang gusar. Sedari tadi ia menunggu pesan dari Erland. Namun tetap tak ada notif pesan yang berdering diponselnya. Hingga sebuah suara pintu terbuka menghentikan langkahnya. Saat itu tubuhnya membelakangi pintu.
Tuhan. Siapa yang masuk? Jika pria itu maka tamatlah hidupku. Batin Callista cemas. Tangannya mengepal kuat didepan dada.
"Callista" panggil Erland dengan suaranya yang terdengar berat.
"Callista, aku memanggilmu!" seru Erland lagi. Callista menahan nafasnya. Tubuhnya mendadak membeku mendengar suara Erland.
Erland melangkah mendekat pada Callista yang masih membelakanginya. Lalu tangannya terarah menepuk pelan bahu Callista. Callista yang merasakan tepukan terhadap bahunya seketika berjengkit kaget.
"Callista, lihat aku!" ucap Erland kembali. Tangannya mencoba membalikan tubuh Callista. Namun terdahului dengan Callista yang tiba tiba membalikan tubuhnya. Callista menubruk pelan dada Erland. Seketika itu dadanya berdesir hebat. Callista takut jika Erland salah mengartikan tubrukannya.
"Maaf, maafkan aku!" Callista hendak menjauhkan tubuhnya dari Erland. Namun kalah cepat karena Erland lebih dulu memeluk pinggang ramping Callista.
"Lepaskan!" seru Callista memberontak. Tangannya mencoba melepaskan tangan Erland yang melingkari pinggangnya.
"Aku belum mengatakan jaminannya jika aku pulang" seru Erland. Callista memalingkan wajah ketika Erland bersuara. Ia mencium aroma tak enak dari mulutnya.
"Iya, kau belum mengatakannya. Kau bisa mengatakannya sekarang. Tapi lepaskan tanganmu!" ucap Callista.
"Aku ingin bermalam denganmu!" ucap Erland sarkastik. Namun berhasil membuat Callista menatapnya tak percaya.
Erland ambruk tak sadarkan diri diatas tubuh Callista. Callista menatapnya kagek sekaligus takut. Ia melihat darah bercucuran dikening Erland. Dan darah itu berhasil mengenai wajah Callista yang berderai airmata.
Callista menggulingkan tubuh Erland dari tubuhnya. Lalu dirinya melilitkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Callista menatap penuh tangis pada wajah Erland. Gadis itu tak percaya ia mampu melakukan hal ini.
"Ma-af. Maafkan a-ku. Aku ti-dak sengaja melaku-kannya" lirih Callista terbata. Tangisnya pecah memenuhi seisi ruangan itu. Tiba tiba suara pintu terbuka mengagetkannya. Callista menatap seseorang yang muncul dibalik pintu.
"Kakak ipar! Apa yang terjadi? Kak Er, kenapa dia jadi seperti ini?" ucap cemas Fiona menghampiri Callista dan Erland yang terbaring dengan darah yang terus mengalir di keningnya. Fiona menatap lirih wajah Erland. Tangannya mengusap pelan kening Erland yang berdarah.
"Kakak ipar, katakan padaku apa yang terjadi?" seru Fiona kembali mengalihkan pandangannya menatap Callista yang menangis sembari memeluk selimut yang menutupi tubuhnya.
"Kakar ipar!" panggil Fiona. Dan Callista mengeraskan tangisannya.
"Ma-af. Maaf-kan a-ku. Aku benar benar ti-dak sengaja melakukannya. Kakak mu mencoba memaksakan dirinya terhadap tubuhku. Jadi aku memukul keningnya dengan vas bunga untuk melindungi diriku. A-ku minta ma-af. Hikss" ucap Callista. Airmata kembali berjatuhan membanjiri wajahnya. Fiona yang mendengar penjelasan Callista menatap Erland tak percaya. Fiona tak menduga Kakaknya akan melakukan hal sehina ini.
"Tunggulah disini. Aku akan membawakan baju untukmu" Fiona melangkah pergi meninggalkan Callista. Lalu tak lama dirinya kembali dengan tangan yang membawa baju untuk Callista.
"Ini pakailah. Ini bajuku. Pasti muat ditubuh Kakak ipar" seru Fiona. Memberikan dres selutut berwarna navy pada Callista. Callista meraihnya dengan tangan yang gemetar.
"Terimakasih" ucap Callista. Fiona tersenyum lalu mengangguk.
"Gantilah pakaiannya dan bersihkan noda darah diwajah Kakak ipar. Setelah itu istirahat dikamarku. Aku akan memanggil dokter keluarga untuk mengobati luka Kak Er" ujar Fiona. Callista mengangguk mengiyakan.
Setelah beberapa menit. Dokter yang dihubungi Fiona masuk kedalam kamar Erland bersamaan dengan Bi Imas. Fiona mengintruksikan dokter tersebut untuk memeriksa keadaan Erland. Lalu tak lama ketika dokter sedang memeriksa Erland, Callista keluar dari kamar mandi dengan dres yang membaluti tubuhnya.
"Kakak ipar ayo! Aku akan mengantarmu kekamarku" seru Fiona. Callista mengangguk dan mengikuti langkah Fiona menuju kamarnya. Sementara dokter telah selesai memeriksa dan mengobati luka Erland. Dokter itu memberi resep obat pada Bi imas sebelum akhirnya permisi melenggang pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
yosh
sadissssss kisahnya...
2021-02-07
1
Valeri
pas baca judulnya ada 21+ udh takut klo beneran wikwik ehh ternyata ngga syukurlahh
2020-12-06
4
Rini Widyaningsih
Erland gila
2020-10-09
3