Tiga

Setelah beberapa saat Callista berbincang dengan Alvis. Senyum kembali terukir diwajahnya yang sayu. Callista merasa lebih lega setelah berbagi masalah dan kesedihannya dengan Alvis.

"Aku harus kembali kerumahsakit. Apa kau akan ikut?" ucap Callista.

"Maafkan aku. Bukan aku tak ingin menemui David. Tapi aku harus mulai mencari uang itu untuk kesembuhan David"

"Apa harus sekarang?" ucap Callista lagi.

"Jika tidak sekarang lalu kapan? Tagihan rumahsakitnya harus segera dilunasi bukan?" menatap Callista.

"Baiklah. Aku juga akan berusaha mendapatkan uangnya" balas Callista.

"Aku tidak bisa mengantar mu kerumahsakit. Apa kau tidak apa apa?" ucap Alvis.

"Tak masalah. Aku bisa pergi kerumahsakit sendiri. Yang aku khawatirkan aku takut merepotkan mu karena membawa mu dalam masalahku" Callista menunjukkan wajah tak enak dihadapan Alvis. Namun Alvis menggelengkan kepala seraya tersenyum.

"Kau adalah hidupku. Akan ku lakukan apapun untukmu" kembali menggenggam tangan Callista erat.

"Terimakasih. Aku mencintaimu" tersenyum.

"Aku lebih mencintaimu"

____________________________________________

Callista mengemudikan mobilnya menuju rumahsakit. Pikirannya terus berputar mengenai apa yang harus Callista lakukan untuk mendapatkan uang itu.

"Apa aku harus bekerja? Tapi kemana? Dan pekerjaan apa? " Callista mengusap wajahnya pelan.

Dcittt.... Callista menghentikan mobilnya seketika ketika tanpa disengaja mobilnya menggores mobil putih dihadapannya.

"Oh tidak. Apa yang kulakukan?" ucap Callista gusar.

Callista keluar dari mobil saat pemilik mobil yang ia gores menggedor kaca mobilnya.

"Nona apa kau bisa keluar?" ucap pria tersebut.

"Maafkan saya pa. Saya benar benar tak sengaja melakukannya. Saya akan mengganti rugi atas kerusakan mobil anda" ucap bersalah Callista. Ia mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

"Tak masalah. Kau tak perlu bertanggungjawab. Aku tau kau melakukannya dengan tidak sengaja. Melihat wajahmu sepertinya kau sedang dapat masalah" tidak sesuai apa yang Callista pikirkan. Respon yang berbeda yang ditujukan pria itu.

"Pa, apa kau tidak marah?" ucap Callista hati hati. Takut yang diucapkannya salah kaprah.

"Sudah kubilang tak masalah. Tapi jika kau ingin bertanggungjawab kau bisa mendatangi perusahaan. Aku membutuhkan seorang sekretaris. Apa kau bisa bekerja sebagai sekretarisku?" Callista membungkam seketika. Dirinya tak percaya ada seorang pria sebaik pria dihadapannya. Callista menatap senang kearah kartu nama yang disodorkan pria itu.

"Ambillah. Disini tertera alamat perusahaanku. Kau bisa datang kesana" lalu tanpa aba aba Callista mengambil kartu dihadapannya.

"Terimakasih Pa. Saya akan menemui anda besok pagi" Ucap Callista mengangkat kartu nama tersebut dihadapan wajahnya. Sementara pria dihadapannya hanya membalas dengan senyuman. Entah berarti apa senyuman itu. Yang jelas Callista merasa ada maksud pada senyuman pria itu. Tapi ia tidak menggubrisnya. Ia hanya fokus pada pekerjaan yang sudah didepan mata.

"Kalau begitu aku permisi Nona_____" menggantung.

"Callista Pa. Panggil saya Callista" balas Callista tersenyum. Seolah paham apa yang dimaksud pria itu.

"Baiklah. Aku permisi Nona Callista"

"Tentu Pa. Sekali lagi saya minta maaf atas kerusakan mobil anda" pria itu hanya mengangguk seraya tersenyum. Lalu melenggang pergi meninggalkan Callista yang masih tersenyum.

"Terimakasih banyak" Callista masih tersenyum senang menatap kartu ditangannya. Lalu kembali masuk kedalam mobil.

Selama diperjalanan Callista tak henti hentinya tersenyum. Sambil sesekali menatap kartu ditangannya.

____________________________________________

Keesokan paginya. Callista sudah bersiap dan bersemangat. Gadis itu meraih tas slempang dan mengambil kartu nama diatas meja rias. Lalu melangkah cepat menuju mobil. Callista mengemudikan mobil dengan suasana hati yang begitu riang.

Setelah beberapa menit Callista sampai ditempat tujuannya. Gadis itu kembali mencocokan alamat yang tertera dikartu nama dengan alamat dibangunan tinggi itu.

"Alamatnya sama. Tapi apa benar ini perusahaannya? Besar sekali. Dia pasti orang yang sangat kaya raya" kagum Callista. Menatap bangunan yang menjulang tinggi dihadapannya.

Callista memarkirkan mobilnya setelah mendapat izin dari satpam yang berdiri didekat gerbang perusahaan. Lalu melangkahkan kakinya menuju recepcionist.

"Permisi. Saya Callista. Tuan_____" Callista berhenti sejenak membaca nama pemilik perusahaan dalam kartu tersebut.

"Tuan Erland meminta saya untuk mendatangi perusahaannya. Apa saya bisa menemuinya?" lanjut Callista.

"Bisa saya lihat kartu namanya Nona?" Callista menyodorkan cepat kartu nama pada recepcionist itu.

"Tunggu sebentar. Saya akan menghubungi terlebih dulu Tuan Erland" Callista mengangguk cepat menanggapi ucapan recepcionist.

"Hallo Tuan. Maaf mengganggu waktu anda. Ada seorang wanita ingin bertemu dengan anda. Namanya Nona Callista" ucap recepcionist itu dibalik telpon kantor yang digenggamnya.

"Baik Tuan. Saya akan membawanya menemui anda sekarang" panggilan terputus.

"Nona! Tuan Erland meminta anda datang keruangannya. Saya akan mengantarkannya. Mari Nona!" ucap recepcionist itu pada Callista.

"Tentu" Callista mengangguk cepat. Lalu mengikuti langkah wanita dihadapannya.

"Ini ruangnya. Kau bisa langsung masuk" ucap recepcionist itu menunjuk pintu ber-cat putih dihadapannya. Lalu melenggang pergi meninggalkan Callista. Callista hanya menanggapinya dengan tersenyum dan mengangguk.

Sejenak Callista menatap pintu dihadapannya. Saat hendak membuka handel pintu Callista mengurungkanya. Ia mendengar suara bising didalam ruangan tersebut.

"Tapi Tuan, apa kesalahan saya hingga anda memecat saya?" ucap lirih seorang gadis dengan suaranya yang terdengar sesak.

"Apa kau ingin aku melakukan sesuatu padamu? Pergilah dari sini! Kemasi semua barang barangmu!" balas seorang pria.

Callista yang mendengar perbincangan dari dalam ruangan mengernyitkan dahinya bingung. Lalu seorang gadis cantik keluar dari ruangan tersebut dengan berderai airmata. Gadis itu menatap tajam kearah Callista. Callista yang tak mengerti semakin mengernyitkan dahinya.

"Siapa dia? Kenapa menatapku seperti itu?" ujar Callista. Lalu dirinya kembali dikejutkan dengan seorang pria yang juga keluar dari ruangan itu.

"Pa, saya Callista. Wanita yang bertemu dengan Bapak kemarin" Callista memaksakan mengukir senyum.

"Ya aku tau. Maaf membuatmu menunggu. Dan maaf atas perbincangan yang kau dengar tadi" Callista menggelengkan kepalanya cepat. Lalu tersenyum semanis mungkin.

"Tidak Pa. Saya baru saja datang. Dan perbincangan yang Bapak maksud saya tidak mendengarnya" bohong Callista.

"Masuklah ke ruanganku" ucap Erland. Dan Callista menggerakan kakinya mengikuti langkah Erland memasuki ruangan.

Terpopuler

Comments

yosh

yosh

sudah mw mulai dramanya...

2021-02-07

1

Dede r Ruhiyat

Dede r Ruhiyat

senyuman misterius memang mencurigakan

2021-01-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!