Tujuhbelas

"Pria itu?" ucap Callista bergetar. Ia menatap takut pada pria yang berdiri dihadapan mobilnya. Pria itu adalah Egrad.

"Nona keluarlah. Atau aku akan memaksamu keluar!" ucap Egrad mengetuk pintu kaca mobil Callista. Sementara Callista menggigit kecil bibir bawahnya. Ia menatap sendu kearah David yang tertidur.

"Bagaimana jika pria itu menyakiti adikku?" khawatir Callista menggenangkan airmatanya.

"Kalau begitu aku akan memaksamu keluar Nona!" seru Egrad lagi. Namun sebelum melakukan tindakannya, Callista sudah lebih dulu membuka pintu mobil dan keluar menemui Egrad.

"Mau apa kau kemari? Tolong biarkan aku pergi bersama adikku. Aku mohon padamu. Tolong aku" lirih Callista yang sudah beruraian airmata.

"Tidak semudah itu!" teriak Erland yang tiba tiba berjalan kearah Callista. Callista yang melihat keberadaan Erland memundurkan tubuhnya takut hingga menubruk pintu mobil. Lalu dengan pergerakan cepat Callista membuka pintu mobil dan hendak masuk kedalamnya. Namun terhenti karena sebuah tangan sudah menarik tubuhnya keras hingga terpental pada dada bidang itu.

"Tolong lepaskan aku. Biarkan aku pergi. Aku mohon padamu" lirih Callista disela tangisnya yang semakin menjadi jadi.

Erland mencengkam kuat dagu Callista. Menatap dalam kedua bola mata itu.

"Kenapa kau menangis? Tolong berhentilah. Sudah ku katakan aku tidak bisa melihat wanita menangis" ucap Erland menatap sendu Callista. Lalu tangannya menyentuh pelan pipi Callista dan menghapus airmata itu.

"Aku akan menghentikan tangisanku jika kau membiarkan aku pergi"

"Tidak! Tidak! Tidak! Apa kau tak mengerti?! Berulang kali aku mengatakan tidak akan membiarkanmu pergi. Apa kau tak paham dengan kata kata itu?! Callista aku sangat mencintaimu. Sudah ku berikan apa yang kau mau. Uang, adikmu, segalanya! Apa masih kurang? Kau membutuhkan uang, lalu aku memberikannya. Kau butuh pekerjaan, lalu aku juga memberi pekerjaan untukmu. Dan kau ingin adikmu bangun, lalu aku sudah berhasil membuatnya terbangun dalam koma. Aku yang memberikan semua perawatan maksimal untuk adikmu! Apa itu masih kurang?!" teriak Erland histeris. Pria itu nampak mengacak rambutnya keras dan mendorong tubuh Callista hingga menjauh dari tubuhnya. Callista yang mendengar perkataan Erland tidak tahan untuk mengeluarkan airmata. Callista menangis sejadi jadinya dihadapan Erland.

"Kau tidak bisa pergi dariku! Kau sudah menanda tangani surat perjanjian untuk bersamaku selama satu tahun!" ujar Erland kembali sembari melempar keras sebuah map pada dada Callista. Callista dengan sigap menangkapnya cepat. Ia membuka map yang dilempar Erland dan membacanya. Disana tertera nama Callista berserta tanda tangannya diatas materai. Dalam surat perjanjian itu tertulis jika Callista harus terus bersama Erland selama waktu yang ditentukan, yaitu satu tahun. Jika Callista melanggarnya Erland dapat menuntut Callista ke jalur hukum dan Callista bisa mendekam dipenjara.

Callista yang membaca surat perjanjian itu menatap Erland begitu jijik. Ia tak menduga bahwa pria dihadapannya benar benar melakukan hal rendahan untuk bisa mendapatkan dirinya.

"Aku tidak pernah menanda tanganni surat perjanjian ini. Ini konspirasi terhadap ku. Kau telah melakukan kejahatan!" seru Callista. Menatap tajam Erland. Sementara Erland hanya menepiskan senyum liciknya.

"Kau memang tidak menanda tanganni surat perjanjian itu. Tapi kau menanda tanganni kontrak sebagai sekretaris ku. Apa kau ingat itu?"

"Dan isi dalam kontak itu sebenarnya adalah surat perjanjian ini. Aku sudah memintamu untuk membacanya. Tapi kau menolaknya. Dan ini keteledoran mu. Jadi bagaimana pun kau harus tetap memenuhi apa yang tertera didalam surat perjanjian ini. Jangan pernah mencoba pergi dari diriku atau kau akan tahu akibatnya!!" pungkas Erland lagi. Callista yang mendengar perkataan itu hanya terdiam. Tubuhnya seakan membeku tak dapat berkutik. Nafasnya terhenti sejenak. Seakan sedang terjatuh dalam jurang dalam dan terjal. Tubuhnya seperti melayang tanpa sebuah peninjakan.

"Ikutlah kerumahku!" seru Erland membantu Callista yang sudah tumbang diatas aspal jalanan. Callista hanya menurut dengan tubuhnya yang lemas. Erland menggiring tubuh Callista memasuki mobilnya. Dan menyuruh Egrad agar mengemudikan mobil Callista dan menjaga David.

_____________________________________________

Sesampainya dirumah kediaman Erland. Erland menyuruh satpam agar memarkirkan mobilnya. Lalu ia menuntun tangan Callista agar berjalan bersamanya memasuki rumah. Sementara Egrad membopong tubuh David memasuki rumah itu.

Erland menekan bel disamping pintu yang menjulang tinggi itu. Lalu tak lama Bi Imas datang dan membuka pintunya. Disana juga terlihat Fiona yang berdiri dengan wajah khawatirnya.

"Kak Er kau dari mana saja? Aku menunggumu sejak ta_____" Fiona menghentikan ucapannya ketika melihat Callista yang berdiri dibelakang Erland. Wajah Callista begitu nampak sayu.

"Kakak ipar kau ada disini?" ucap Fiona lagi menatap Callista.

"Fio, kita akan bicara besok. Sekarang aku ingin membawa Callista untuk istirahat di kamarmu"

"Baiklah" pasrah Fiona. Lalu Erland menuntun Callista menuju kamar Fiona. Dan mengintruksikan Egrad agar membawa David kekamarnya. Sementara Fiona mengikuti langkah Egrad karena penasaran dengan pria yang dibopongnya.

Setelah berada dalam kamar Fiona. Erland meminta Callista agar segera tidur. Callista hanya menurut tanpa bersuara. Gadis itu membaringkan tubuhnya pada ranjang besar dan empuk. Lalu Erland meraih selimut dan menyelimuti tubuhnya hingga dada.

"Aku akan menemui David dikamarku" seru Erland. Ia mengecup pelan kening Callista sebelum akhirnya melenggang pergi.

Dikamar Erland. Fiona nampak terduduk melihat wajah David yang terpejam. Dan Egrad berdiri disamping tempat tidur.

"Kau boleh pergi!" seru Erland yang ditujukan pada Egrad. Egrad menunduk patuh lalu melangkah pergi.

"Kak Er, dia siapa?" ucap Fiona setelah kepergian Egrad.

"Dia David. Adik dari Callista" balas Erland. Dan Fiona hanya mengangguk anggukan kepalanya.

"Kau kembalilah kekamarmu. Temanni Callista"

"Baiklah" ucap Fiona melenggang pergi. Sementara Erland pergi kekamar mandi untuk membasuh wajahnya yang sudah penat. Dan kembali duduk disofa, lalu membaringkan tubuhnya disana.

_____________________________________________

Keesokan paginya. Callista terbangun dari tidurnya dan melihat Fiona sedang menyisir rambut didepan cermin. Callista bangkit dari tidurnya dan duduk ditepi ranjang.

"Kakak ipar sudah bangun?" ucap Fiona menepiskan senyumnya. Callista mengangguk dan tersenyum mengiyakan ucapan Fiona.

"Dimana adikku?" seru Callista menatap wajah Fiona dibalik cermin.

"Dia sudah ada dibawah untuk sarapan. Dan kita juga akan turun kebawah. Jika Kakak ipar ingin kekamar mandi cepatlah" ujar Fiona. Callista mengangguk lalu melangkah memasuki kamar mandi yang berada dikamar itu.

Setelah beberapa saat. Callista keluar dengan wajah yang basah. Fiona menyodorkan handuk kecil pada Callista. Dan Callista meraihnya, lalu mengusap wajahnya dengan handuk itu.

"Terimakasih" ujar Callista. Fiona tersenyum mengiyakan.

"Ayo cepat Kakak ipar. Kita harus segera kebawah" ujar Fiona. Lalu melangkah keluar kamar dan diikuti Callista yang berjalan dibelakangnya.

Saat berada ditangga. Erland menatap lurus kearah Callista yang berjalan kearah meja makan. Lalu mengintruksikan pelayan agar menyiapkan kursi untuk Callista.

"Duduklah disebelah Kak Er" ujar Fiona. Callista melirik kursi sebelah kanan Erland yang disiapkan untuknya. Lalu duduk disana tanpa bersuara. Sementara David duduk disebelah Fiona.

Para pelayan yang berdiri pun menghidangkan makanan pada setiap piring yang berada disana. Saat hendak menuangkan sup ke mangkuk kecil milik Callista, tiba tiba pelayan pria itu tak sengaja menumpahkannya dan mengenai paha Callista yang kala itu hanya mengenakan dress selutut.

"Awww" pekik Callista merasakan panas pada pahanya. Erland yang mendengar rintihan Callista beranjak berdiri. Ia menghantam keras wajah pelayan itu. Dan pelayan itu hanya terdiam menunduk.

"Apa kau tidak bisa bekerja dengan baik?! Kau menumpahkan sup panas pada pahanya!" teriak Erland dihadapan para pelayan lainnya, termasuk Bi Imas yang juga ada disana. Bi Imas adalah orang yang dipercaya Erland untuk menjadi pimpinan semua pelayan dirumah itu.

"Kak Er sudahlah" sergah Fiona.

"Jika kau melakukan kesalahan lagi, aku akan menghukummu!" seru Erland mencengkram kuat kerah baju pelayan itu dan membantingnya keras. Lalu beralih menatap Callista yang memegangi pahanya. Tanpa fikir panjang Erland memangku tubuh Callista menuju kamarnya. Lalu mendudukkan tubuh Callista diranjang miliknya. Callista duduk sambil bersandar pada sandaran ranjang itu. Sementara Erland duduk ditepi ranjang menghadap Callista.

"Apa rasanya sangat panas?" seru Erland menatap paha Callista yang memerah.

"Aku baik baik saja!" ujar Callista. Namun Erland tak mendengarnya, ia lantas menelpon Fiona yang masih berada dibawah.

"Beritahu Bi Imas untuk membawa air es dan kompresan kekamar Kakak!" seru Erland dibalik telpon. Lalu tak lama seseorang mengetuk pintu dan menampakan Bi Imas yang membawa air kompresan. Bi Imas meletakkan air kompresan itu dimeja sebelah ranjang. Lalu melenggang pergi meninggalkan kamar Erland.

"Aku akan mengompresmu" ujar Erland mengambil kain kompresan dan mengompreskannya pada paha Callista. Callista hanya terdiam membisu membiarkan tindakan Erland. Tidak ada pergerakan setuju ataupun menolak.

"Apa sudah terasa dingin?" ucap Erland. Callista mengangguk kecil mengiyakan.

Terpopuler

Comments

yosh

yosh

pdhal baik bgt,,,cra'nya ajj yg slah..

2021-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!