Callista mengerjap ngerjapkan matanya berulang kali. Ia melihat kearah samping, namun tidak ada siapa pun disana. Lalu melirik jam beker kecil yang tersimpan diatas meja rias. Matanya seketika terbelalak kaget melihat jarum jam yang sudah menunjukan pukul 9 pagi.
"Astaga. Sesiang ini aku bangun?" Callista bangkit dari tidurnya dan duduk diatas ranjang. Lalu mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Tangannya masih sibuk mengucek ngucek matanya yang setengah mengantuk.
Callista mengedarkan pandangannya setelah matanya terbuka sempurna. Namun tak terlihat ada orang dikamar itu.
"Dimana Fio? Apa dia sudah bangun?" ucap Callista seorang diri.
Callista hendak menurunkan kakinya menyentuh lantai. Namun diurungkannya ketika pintu yang tertutup itu sedikit terbuka, dan menampilkan Fiona dibaliknya.
"Kakak ipar sudah bangun?" seru Fiona menatap senyum kearah Callista. Dan Callista mengangguk mengiyakan.
"Ini makanlah sarapannya. Bi Imas sudah membuatkannya untuk Kakak ipar" seru Fiona lagi sembari menyodorkan nampan berisi sepiring nasi goreng seafood dan jus lemon.
"Siapa Bi Imas?" tanya Callista.
"Dia orang yang telah bekerja dirumahku selama bertahun tahun. Malah ketika aku dan Kak Er masih kecil saja, Bi Imas yang selalu mengurus kami" jelas Fiona. Callista mengangguk dan menerima nampan yang diberikan Fiona.
"Terimakasih" ucap Callista.
"Makan dan habiskanlah. Ada jus lemonnya. Bukankah Kakak ipar suka?" ucap Fiona. Callista tersenyum mengiyakan.
"Tapi dari mana kau tau aku suka jus lemon?" seru Callista mengernyitkan dahinya.
"Kak Er yang memberitahu" Ucap Fiona tersenyum. Callista seketika terdiam sejenak. Ia mengingat kembali ketika dirinya dan Erland makan siang bersama.
"Sudah sekarang makanlah" ucap Fiona lagi. Callista mengangguk dan mulai menyuapkan sesuap nasi pada mulutnya.
"Setelah selesai makan Kakak ipar harus mandi dan bersiap. Kita akan pergi. Nanti biar ku pinjamkan lagi bajuku untuk Kakak ipar" seru Fiona disela kunyahan Callista. Callista menolehnya sesaat.
"Pergi? Kemana?" ucap bingung Callista.
"Kak Er memberikanku sejumlah uang untuk membelikan Kakak ipar baju dan keperluan lainnya" ujar Fiona.
"Tapi Fio, aku tidak menginginkannya" ucap Callista. Ia menghentikan sejenak aktivitas makannya.
"Tapi Kak Er yang memberinya. Dan Kakak ipar harus menerimanya atau Kak Er akan marah"
"Tapi Fio, aku tidak akan lama berada disini" ujar Callista. Fiona yang mendengarnya menampilkan wajah sendu.
"Apa Kakak ipar akan meninggalkan kami? Kenapa tidak tinggal saja bersama kami selamanya?" ucap Fiona terdengar lirih.
"Tidak bisa Fio, ini bukan tempatku. Aku masih punya rumah dan seorang adik. Aku tidak bisa meninggalkannya" seru Callista mengusap pelan pipi Fiona yang telah basah oleh airmata.
"Tapi aku sudah menyayangi Kakak ipar" ucap Fiona lagi.
"Aku juga menyayangimu. Kau sudah membantuku. Tapi aku juga punya tanggung jawab untuk mengurus adikku yang sedang dirawat dirumahsakit" jelas Callista.
"Kalau begitu bawa saja adik Kakak ipar kerumah ini" ucap Fiona.
"Tidak semudah itu Fio, kau harus mengerti" ujar Callista menggenggam erat tangan Fiona.
"Tapi Kakak ipar_____"
"Aku berjanji akan selalu menemanimu. Aku akan sering menemuimu. Tapi tidak dirumah ini" ujar Callista. Dan Fiona menepiskan senyumnya.
"Benarkah? Kakak ipar masih mau bertemu denganku?"
"Tentu saja. Catat saja nomerku diponselmu" ucap Callista memberikan ponselnya pada Fiona. Fiona lantas mengambilnya dan tersenyum senang.
Sementara itu Callista kembali pada aktivitasnya. Ia menyuapkan kembali sesendok nasi ke mulutnya. Dan Fiona sibuk mengetikkan nomer diponselnya.
_____________________________________________
"Kakak ipar apa kau sudah selesai?" seru Fiona dibalik pintu. Ia menatap takjub pada Callista yang duduk didepan cermin.
"Kau cantik sekali. Pantas saja Kak Er tergila gila padamu" seru Fiona lagi sembari mendekat kearah Callista.
"Terimakasih" ucap Callista.
"Kita bisa pergi sekarang?" ucap Fiona. Dan Callista nampak berfikir sejenak.
"Dengan siapa?" ucap Callista.
"Dengan supir. Ayolah" Fiona menarik lembut tangan Callista. Lalu berjalan beriringan menuju parkiran rumah.
"Ayo Kakak ipar" ucap Fiona mengintruksikan Callista untuk masuk kedalam mobil. Mobil pun melaju pelan menuju tempat yang akan membawa mereka pada kesenangan duniawi.
Setelah beberapa menit. Mobil terhenti diparkiran mall. Fiona tersenyum senang menatap sekelilingnya. Begitu pun dengan Callista yang juga merasa matanya seolah sedang dicuci.
"Kakak ipar kita sudah sampai. Ayo masuk" ujar Fiona. Callista mengangguk mengiyakan. Dan mereka keluar dari mobil lalu berjalan bersamaan menuju bangunan yang menjulang tinggi itu. Serta tangan mereka yang saling bertautan menggenggam satu sama lain.
"Kakak ipar, kita akan melihat lihat pakaian yang disana" tunjuk Fiona pada bagian pakaian elegan yang mewah.
"Kakak ipar apa kau suka baju seperti ini?" ucap Fiona memperlihatkan dress selutut berwana pich dengan lengan yang hanya sebuah tali tipis.
"Ini terlalu terbuka menurutku" ucap Callista tak enak.
"Benarkah? Tapi menurutku ini sangat bagus. Begini saja, kau beli dulu dress ini. Mungkin lain kali akan terpakai" ujar Fiona. Dan Callista tersenyum mengiyakan. Lalu Fiona meminta pada pelayan tokonya agar mempacking dress itu untuknya.
Setelah mendapatkan dress itu. Mereka berdua kembali menyusuri berbagai tempat yang ada disana. Tawa diantara keduanya menggema memenuhi bangunan itu. Sesekali mereka bercanda ria dan menertawakan pertunjukan badut yang sedang bermain sirkus.
Kebahagiaan diantara keduanya seolah mendeskripsikan bahwa tidak ada kesedihan dihidup mereka masing masing. Sudah lama Callista tidak bisa tertawa selepas ini. Namun kebahagiaan hari ini dengan Fiona benar benar menumbuhkan kembali senyum yang sempat hilang diwajahnya. Kini Callista tahu bahwa tidak ada kebahagian tanpa derita terlebih dulu.
"Lucu sekali badutnya. Hahha" seru Callista tersenyum puas melihat kekonyolan badut itu.
"Kau benar Kakak ipar. Perutku sampai sakit karena terlalu banyak tertawa" tambah Fiona. Lalu mereka kembali tertawa puas dengan tangan masing masing yang sudah penuh dengan jinjingan belanjaan.
"Callista" panggil seseorang dari arah belakang. Sontak Callista dan Fiona menghentikan tawa mereka dan menoleh kearah asal suara. Mereka mendapati seorang pria dengan balutan jas hitam berdiri dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana.
"Kak Er, kau ada disini?" bingung Fiona menatap tak percaya kearah Erland. Sementara Erland hanya menampilkan wajah datar.
Erland melirik kearah Callista dengan tatapan yang sulit ditebak. Sementara Callista tidak balik menatapnya. Ia justru memundurkan dirinya hingga berada dibelakang Fiona.
"Kakak ipar kau kenapa? Apa kau takut? Kak Er tidak akan berbuat apapun padamu" seru Fiona membalikan tubuhnya menatap Callista. Dan Callista hanya menundukan kepalanya.
"Callista ikutlah bersamaku. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu" seru Erland kembali. Sementara Callista menggelengkan kepalanya menatap Fiona. Seperti mengatakan aku tidak mau ikut bersamanya.
"Kakak ipar kau harus ikut bersama Kak Er. Mungkin dia punya kejutan untukmu" ujar Fiona menatap yakin kearah Callista. Callista hendak menjawab ucapannya. Namun terurung ketika sebuah tangan kekar melingkar menggenggam tangannya. Ternyata tangan itu adalah tangan Erland. Callista menoleh sejenak dengan wajah yang takut. Lalu menatap memohon kearah Fiona.
"Kakak ipar pergilah dengan Kak Er. Aku akan membawa belanjaan Kakak ipar kerumah" seru Fiona mengambil alih barang belanjaan yang dipegang Callista. Dan mau tidak mau Callista menyerahkannya. Lalu tak lama Erland menarik lengan Callista menuju keluar bangunan. Sementara pandangannya masih melihat kearah belakang menatap sendu pada wajah Fiona. Dan Fiona hanya tersenyum meyakinkan.
Setelah berada diparkiran. Erland membukakan pintu mobil dan menyuruh Callista masuk. Callista hanya menurut dan masuk kedalam mobil. Lalu disusul Erland yang juga duduk dikursi pengemudi. Dan mobil pun melaju memecah jalanan kota.
_____________________________________________
Setelah memakan waktu beberapa menit. Mobil yang mereka tumpangi sampai diparkiran rumahsakit. Erland memarkirkan mobilnya disana. Dan membukakan kembali pintu untuk Callista. Callista keluar dengan perasaan yang bingung.
"Kau membawa ku kesini?" ucap Callista hati hati. Erland menoleh sesaat lalu meminta Callista mengikuti langkahnya.
"Kau ingin bertemu dengan adikmu, kan?" seru Erland ketika mereka memasuki koridor rumahsakit. Callista mengangguk mengiyakan ucapan Erland.
"Ruangan adikku sudah terlewat" ujar Callista menunjuk ruangan rawat David. Namun Erland terus melaju tanpa menghentikan langkahnya.
"Aku sudah meminta suster untuk memindahkan adikmu ke ruangan VVIP" seru Erland. Dan berhasil membuat Callista melongo.
Mereka sampai disuatu ruangan yang benar benar elegan. Ruangan super luas dan perawatan yang sangat optimal. Callista berdiri didepan pintu ruangan itu. Lalu masuk ketika Erland memintanya masuk duluan. Matanya terbelalak sempurna menatap tak percaya kearah suster yang sedang menyuapi pasien diatas bangsal. Airmatanya mengalir deras tanpa diminta. Itu adalah airmata kebahagiaan yang teramat besar. Hatinya tersenyum senang melihat pemandangan dihadapannya. Penantiannya selama ini tidak sia sia. Callista menatap haru kearah David yang sudar tersadar dalam komanya. Kini senyum itu kembali mencetak bibirnya setelah sekian lamanya menanti David untuk terbangun. Callista berjalan lesu menghampiri David yang sedang disuapi oleh suster itu. Tangannya terulur memeluk erat David dengan airmata yang tidak henti mengalir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
yosh
kreeennn..
2021-02-07
1
Srimaryati Dede
suka
2020-08-08
3