Bertemu lagi

Mendengar itu. Sudut mulut Vero terangkat dan tersenyum datar.

"Miranda, Miranda. Apakah kamu merasa dirimu terlalu tinggi atau kamu menganggap Vero Destin terlalu rendah?" ucap Vero dengan suara datarnya.

"Bagaimana bisa kamu mencoba bermain api denganku?Dalam satu jam, tinggalkan Kota Liberio dan kembali ke Racoon City!" Hardik Vero dengan tatapan tajam.

Vero berjalan dan duduk dengan santai. Sambil tersenyum simpul dia mengambil cangkir tehnya dan menyesapnya.

Vero mengabaikan pandangan yang mengintimidasinya dari dua pengawal pribadi Miranda.

"Kamu! Kamu lancang, benar-benar berani berbicara dengan Nona Besar seperti ini?" Ucap pengawal Miranda kesal.

"Nona, melihat bagaimana orang ini memperlakukan Anda, dia harus segera ditangkap dan minta dia meminta maaf! Bahkan Tuan Muda Destin dari Keluarga Destin tidak bisa menjadi pengecualian!" ucap salah satu wanita itu.

Dua pengawal wanita di samping Miranda dengan emosi yang memuncak mengatakan itu.

Eza Bustomi mengernyitkan keningnya mendengar kata-kata itu.

Eza Bustomi dan orang yang hadir mengetahui identitas dan latar belakang Miranda. Namun Eza Bustomi juga tau identitas asli Vero, jadi dia sedikit lega.

Dia adalah putri tercinta Keluarga Danuarta dari Racoon City. Dia adalah wanita tercantik di Negara Lugo dan kecantikan yang terkenal di Racoon City.

Namun, Miranda adalah putri kesayangan Keluarga Danuarta yang begitu sombong, dia telah datang jauh-jauh ke Kota Liberio untuk mencari Vero, tetapi Vero tidak peduli padanya?

Eza Bustomi menghela nafas kasar, di dalam hatinya sangat mengagumi Tuan Gibson.

Eza Bustomi menghela nafas lega. Tidak heran Tuan Gibson adalah bosnya. Dia hanya beruntung ada di pihak Vero Destin.

"Vero, kamu, kamu terlalu banyak menggertak!" Sengit Miranda.

Miranda mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya merah dan bulu matanya bergetar. Dia sangat kesal dan terlihat nafasnya mulai tak beraturan.

Miranda tidak menyangka Vero berani mempermalukannya didepan bawahannya.

Selain itu, sikap Vero benar-benar membuatnya jengah.

Bagian mana darinya yang tidak sebanding dengan Alisa?

"Aku telah mengatakan semua yang perlu dikatakan. Jangan menganggap kata-kataku sebagai omong kosong belaka." Ucap Vero datar.

"Aku tidak akan meninggalkan Kota Liberio! Apa yang akan kamu lakukan?" jawabnya kesal.

Miranda melangkah dengan marah. Dia berjalan ke meja dan menatap Vero dengan datar.

"Jangan berpikir bahwa pengaruhku di Provinsi Laut Timur lebih kecil darimu! Bahkan walikota Kota Liberio tidak berani untuk tidak mematuhiku. Beberapa petinggi di Provinsi Laut Timur dan militer semuanya adalah bawahan lama kakekku!" Ucap Miranda sembari tersenyum miring.

"Aku akan tetap tinggal di Kota Liberio! Aku ingin mengikutimu!" ucapnya lagi.

Vero tersenyum simpul. Dia memandang Miranda remeh, lalu menoleh ke Eza Bustomi.

Eza Bustomi segera menundukkan kepalanya dan melihat instruksi. Keringat mulai membasahi dahinya.

Masalah antara Tuan Gibson dan Miranda dia merasa tidak nyaman untuk berinteraksi secara langsung. Dia tau dengan sangat baik. Miranda tidak membual sepatah kata pun.

Keluarga Danuarta dari Racoon City memang sangat kuat!

Dia telah melihatnya dengan matanya sendiri. Pemimpin Kota Liberio sopan dan hormat di depan Miranda. Dia tidak berani menyinggung perasaannya sedikit pun.

"Eza Bustomi, kamu tidak tahu yang sebenarnya sebelumnya. Jika kamu membantu Miranda, aku tidak akan menyalahkan tindakanmu. Sekarang, aku akan memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Minta Nona terhormat ini untuk meninggalkan Kota Liberio." Perintah Vero memandang Eza Bustomi yang sudah memucat.

"Selain itu, sampaikan kepada Roman dan Ardy untuk bertanggung jawab atas kelalaiannya di Kota Liberio." Lanjut Vero menatap lekat Eza. Setelah mengatakan itu, Vero menutup matanya perlahan.

Tidak mungkin Eza Bustomi berani berurusan dengan wanita yang kejam.

Apalagi itu adalah wanita seperti Miranda yang lahir di keluarga yang kuat.

Di mata orang rendahnya sepertinya, Miranda adalah iblis yang menakutkan.

Masalah menempatkan Roman dan Ardy dalam tahanan rumah menyebabkan Destin Corporation hampir bangkrut.

Vero tidak ingin terlibat lagi dengan Miranda. Dia tidak sabar untuk pergi ke Keluarga Danuarta di Racoon City dan menyelesaikan semua dendam.

Kebijakan Kakeknya dan Kakek Keluarga Danuarta di masa lalu juga harus diselesaikan.

Setelah mendengar perintah Vero, ekspresi Eza Bustomi langsung menjadi serius. Eza Bustomi menghembuskan nafas sembari melambaikan tangannya tanpa ragu.

"Keluarlah..!!" Teriak Eza tanpa ragu.

Tidak menunggu lama beberapa bodyguard melangkah maju dan menatap Miranda dan dua pengawalnya dengan tanpa ekspresi..

Di luar, beberapa bodyguard juga masuk dengan menenteng senjata api.

Suasana langsung menjadi tegang.

"Melangkah lagi satu langkah, aku tidak akan segan-segan lagi?" Ucap pengawal Miranda memandang remeh sekelompok orang disekitar.

"Tuan Muda Destin? Apakah anda melakukan ini? Apakah Anda tidak tidak terlalu berlebihan.?" Ucap salah satunya pengawal pribadi Miranda.

Raut wajah Miranda menjadi sedikit pucat saat dia berdiri di kelilingi senjata.

Miranda mengedarkan pandangannya. Dia mencoba menenangkan diri. Dia mengambil napas dalam-dalam dan tertawa dalam kemarahan.

"Hahaha. Vero, kamu benar-benar mengesankan! Kamu membawa begitu banyak orang bersamamu untuk menggertak seorang gadis sepertiku?" Ucap Miranda dengan sembari tertawa lepas.

Semakin Miranda memikirkannya, semakin dia tidak terkendali. Dia tidak bisa menerimanya. Dia berjalan kearah Vero dengan mata yang sudah memerah.

"Bunuh saja aku! Beri tahu orang lain betapa kuat dan kejamnya kamu Tuan Muda Destin! Kamu bahkan bisa membunuh calon istrimu dengan mudah!" Ujar Miranda merasa sudah tak tahan lagi.

Vero terlihat sangat jengah. Dia masih menutup matanya dengan raut wajah yang datar.

"Miranda, berhenti main-main!" Teriak Moran sambil menatap lekat Miranda.

Moran Danuarta masuk bersama penasehat keluarganya dan Sadewa terlihat sedikit tegang.

Saat mereka memasuki ruangan, Moran segera menarik Miranda. Miranda, yang hampir kehilangan kendali atas emosinya, seketika Miranda bingung ditarik oleh Moran.

"Vero, kebetulan kita bertemu lagi disini." Moran berkata dengan serius dan terdengar sopan.

"Adikku masih terlalu labil. Beberapa hal yang dia lakukan memang sangat kekanak-kanakan. Dia masih seperti anak kecil. Kamu tidak perlu ribut dengan dia? Tidak peduli apa, kamu adalah calon suaminya, bukan?" Moran berkata perlahan, sambil menunggu jawaban terucap dari mulut Vero.

"Tidak, kakak, ngapain kamu di sini? Kenapa juga kamu begitu sopan terhadap Vero?" Ucap Miranda merasa sangat tidak nyaman.

Dia sempat memikirkan kalau kakaknya harus memberi Vero pelajaran, agar dia tidak bersikap arogan kedepannya.

Alih-alih memberinya pelajaran, dia justru berbicara kepada Vero dengan nada yang sangat sopan.

"Moran, bawa Miranda dan segera tinggalkan Laut Timur." Vero perlahan membuka matanya dan menatap Moran datar.

"Vero, di depan kakakku, kamu begitu berani sombong? Apakah kamu benar-benar berpikir Keluarga Danuarta begitu sepele?" Miranda berucap dengan kesal.

"Hahaha. Di mataku, tidak ada Keluarga Danuarta." Ucap Vero sembari terbahak.

"Kamu! Kakak, dengarkan dia mengatakan apa?" Sungutnya kesal.

"Lupakan saja. Miranda, kembalilah ke Racoon City denganku. Kakek ingin memberitahumu sesuatu." Jawab Moran dengan ekspresi tak berdaya.

Terpopuler

Comments

Silvester Susanto

Silvester Susanto

ko

2023-07-20

0

Provi Hananta

Provi Hananta

hemmmm.... seru.. seru

2023-07-11

0

Benediktus

Benediktus

vero destin lelaki setia

2023-06-24

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!