Bab 8. Lu budeg apa gimana sih?

Ara membanting keras pintu rumahnya, wajahnya tampak memerah menahan segenap amarah yang selama ini terus dipendamnya, perlahan buliran bening mengalir melewati pipinya dengan bebas.

"Sayang! Kamu mau kemana? Ara … sayang …" panggilan itu sama sekali tak dihiraukannya Ara terus berlari menjauh dari rumahnya.

Samar-samar dirinya mendengar suara benda yang terjatuh, meskipun begitu dia sudah tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya, yang ada dipikirannya saat ini hanyalah pergi, pergi dan pergi sejauh yang dia bisa.

"Hah … hah … ahkkk!"

'Aku cape! Aku cape! Aku cape! … Aku nggak mau kaya gini terus … Aku nggak mau …'

Ara terus berlari dan berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang terus memperhatikannya di sepanjang jalan, air matanya kian semakin mengalir deras membuat pandangannya menjadi kabur. Gadis itu berlari tanpa arah dan tujuan dia bahkan tak begitu memperhatikan tiap jalanan yang dia dilewati pikirannya saat ini benar-benar sangat kacau.

Entah harus sejauh apa dirinya terus berlari dan berlari, semua hal yang pernah dilakukannya terasa sia-sia, sebuah tempat yang seharusnya menjadi tempat ternyaman baginya malah terasa bagaikan sebuah neraka untuknya.

Semenjak hari itu dirinya tak lagi punya sandaran, tidak lagi punya tempat untuk mencurahkan keluh kesahnya, tak ada lagi tempat untuk berlindung, tidak ada lagi rumah yang nyaman, tak ada lagi hari-hari yang cerah.

Yang terasa hanyalah mendung, dingin, hampa, resah, marah, sesak, berkali-kali dirinya mencoba untuk mengakhiri hidup namun selalu saja gagal dia lakukan karena teringat akan adanya sebuah janji yang terus mendorongnya untuk tetap hidup hingga saat ini.

"Apa aku masih nggak boleh pergi juga!? Aku udah cape …" banyak hal yang terputar begitu saja dari dalam kepalanya, semua hal itu bercampur menjadi satu hingga membuat kepalanya terasa akan meledak.

Tin tin tinnn

"Woy! Awassss!!!"

Bruggg

"Hey? Lu nggak apa-apa?"

Samar …

"Heh! Kalau jalan lihat-lihat!!!"

Semua terasa samar …

"Iya maafin temen saya, Pak …"

Dia merasakan matanya mulai semakin kabur …

"Dasar anak muda!!!"

Kepalanya berdenyut dan nyeri di tubuhnya semakin terasa sakit juga berat …

"Hey? Lu nggak apa-apa? Bisa denger gue?"

Gelap semuanya berubah menjadi gelap, tak ada apapun yang bisa dia tangkap …

...…...

^^^"Mamah! liat! bunganya cantik nggak?"^^^

...Mamah?...

"Wahhh … cantik banget!"

...Mah …...

"Ihk! Itu mah jelek, Mah! Masih bagusan punya Abang!"

...Aku kangen …...

^^^"Punya Abang jelek tau!"^^^

"Eh? Ini kenapa ko pada ribut?"

...Papah …...

^^^"Papah … Abang nakal-! Katanya gambar Ala jelek!"^^^

"Abang nggak boleh gitu, minta maaf sama adek …"

"Adek jelek!"

^^^"Abang!"^^^

...Aku kangen kalian …...

"Ara … kamu kenapa? Kok nangis?"

...Aku cape …...

^^^"Abang jahatin Ala … hiks …^^^

^^^Abang nggak sayang sama Ala …"^^^

...Jangan tinggalin Ara lagi …...

"Nggak kok … Abang tuh sayang sama Ara, kaya Mamah sayang sama Ara, iya kan Abang?"

"Iya Abang minta maaf yak?"

^^^"MAMAH! ABANG!"^^^

^^^"JANGANNN!"^^^

^^^"ALA MAU IKUT!"^^^

^^^"NGGAK! NGGAK MAUUU!"^^^

^^^"HUAAA!"^^^

......Jangan…...

......Jangan tinggalin Aku …...

...Aku mohon …...

"Adeknya Abang kok nangis? Nanti tambah jelek lho!"

"Anak Mama nggak boleh cengeng oke!"

"Jagoan Papah masa nangis sih? Cengeng banget!"

......Aku cape …...

...Pengen pulang … ...

...Pengen tidur …...

...… …...

"Enggg …" Ara mengerjapkan matanya saat merasakan silau menembus hingga kelopak matanya.

Gadis itu mencoba untuk membenarkan posisi duduknya seraya menahan denyutan di seluruh area kepala hingga tubuhnya.

Gadis itu bangun menatap sekeliling ruangan yang nampak sangat asing dimatanya, "Gue dimana?"

Tidak ada satupun hal yang dia ingat setelah dirinya kehilangan kendali atas tubuhnya malam tadi dan sepertinya dia tertidur ditempat ini semalaman, nampak dari sebuah jendela yang masih rapat tertutup tirai namun masih ada setitik cahaya yang mampu masuk tepat kearahnya.

Dia menoleh ke atas nakas didamping tempatnya tertidur, disana terdapat sebuah baskom berisi air bening dengan sehelai handuk kecil juga kotak obat, "Semalam gue demam ya? Gue harus benar-benar bilang makasih sama mereka karena udah mau ngerawat gue …"

"Kamu udah bangun ya," Ara tersentak menatap kedatangan sesosok wanita cantik dengan hidung mancung yang kini tengah tersenyum kearahnya.

Sepertinya tidak asing?

"Ah i-iya …" balasnya sedikit canggung.

Ara berniat bangun menghampiri wanita itu untuk menyalami tangannya, tetapi karena kepalanya yang begitu terasa berat akhirnya gadis itu memilih mengurungkan niatnya.

"Udah nggak apa-apa, nggak usah kemana-mana dulu kalau kepalanya masih pusing," ujar wanita tersebut ikut duduk di atas ranjang bersama Ara, tangannya terangkat menyentuh kening Ara dengan lembut memastikan apakah gadis itu masih demam ataukah tidak.

"Demamnya udah turun, kamu ada ngerasa yang nggak enak nggak? Lukanya masih sakit? Ada Mual atau yang lain?" ucapnya bertanya.

"Nggak kok Tante, cuma kepala Ara yang agak pusing aja," balasnya. "Ehm i-itu … tadi malam Ara pingsan ya? A-maaf Ara jadi ngerepotin Tante, terus makasih juga udah sampai mau ngobatin Ara segala," lanjutannya terbata-bata.

Wanita itu lantas tersenyum menatap Ara membelai lembut rambut panjangnya dari atas hingga bawah, '"iya nggak apa-apa, Tante nggak ngerasa direpotin sama kamu kok, malah Tante seneng soalnya Tante jadi ngerasa punya anak gadis lagi."

"Eh?"

"Kamu mau makan di sini apa di bawah?" tawarnya.

"Ah?"

"Laper kan belum makan?"

"Ah … Nggak usah Tante nanti Ara tambah ngerepotin!" balasnya berusaha menolak sungguh baginya wanita ini terlalu baik untuk ukuran orang yang bahkan tidak dikenalnya.

"Kamu harus minum obat jadi harus makan!" ucapnya tegas membuat Ara sulit untuk menolaknya.

"Kamu makan di sini aja deh kasian kalo turun kebawah, Tante bawain kesini aja ya makanannya? Kamu tunggu disini," wanita itu kemudian beranjak dari duduknya mengambil baskom juga handuk kecil di atas nakas serta menyibak tirai yang menutup jendela sebelum dirinya benar-benar keluar dari ruang kamar tersebut.

"Aah! Jadi makin nggak enak … ngomong-ngomong muka tantenya mirip siapa ya? Kaya pernah liat …" gumamnya.

"Ah nggak tau lah," Ara merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar yang dilukis bagaikan langit penuh awan putih.

Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan bernuansa putih biru tersebut, banyak sekali lukisan-lukisan alam yang tertempel di dinding kamar serta buku-buku yang tersusun rapi di atas tak berwarna putih.

Kamar ini benar-benar terlihat rapih dan bersih semua diletakkan dengan sangat tersusun seperti buku-buku, lukisan, meja belajar, lemari, juga kerajinan-kerajinan yang tertempel di dinding, semuanya terlihat sangat rapih.

Tidak seperti kamarnya yang sangat berantakan mulai dari rak, isi lemari, dan beberapa hal yang berceceran dimana-mana dirinya juga terkadang dapat menemukan benda-benda ajaib dibawah kolong tempat tidurnya. Hanya satu hal di dalam kamarnya yang tidak pernah terusik kerapihannya, yaitu rak-rak berisi buku novel. Hanya itu!

"Yang tidur di sini orangnya rapih banget nggak kaya gue …" Ara langsung terbangun saat telinganya menangkap suara pintu terbuka menampakkan sosok wanita yang tengah menghampiri dirinya dengan tawa kecil.

"Iya … anaknya rapih banget, mukanya agak mirip sama kamu tapi dia lebih tua dari kamu …" wanita itu memindahkan piring di tangannya pada Ara dan meletakan gelas minuman di tas nakas agar gadis itu tidak kesusahan untuk makan.

"Sama Ara?"

"Iya sama kamu … hidungnya kecil tapi mancung, rambutnya pandang, badannya mungil persis kaya kamu," Ara mengangguk-angguk kecil sembari mencoba untuk membayangkan seperti apa sosoknya itu. Pasti lebih cantik dari dirinya, ibunya saja terlihat secantik malaikat dan awet muda dia sempat berfikir wanita ini baru berumur dua puluhan tahun, mungkinkah dia nikah muda? Atau memang awet muda?

"Karena anaknya nakal, kadang dia juga sering pulang lecet-lecet kaya kamu … banyak luka …" lanjutnya seraya tertawa membuat Ara sedikit malu karenanya.

"Ngomong-ngomong kamu kok bisa kayak gini? Habis kecelakaan? Kabur dari rumah

sakit?"

"Ah, nggak kok Tante … Ara cuma jatuh aja … terus kemarin malam niatnya cuma aja jalan-jalan aja kok … nggak taunya pingsan … hehehe …"

"Bener?"

"Ehm, nggak juga sih …" cicit Ara membuat kedua orang itu lantas tertawa, dia merasa cukup nyaman berbicara dengan wanita itu.

"Eh lupa … ayo dimakan dulu makanannya, abis ini minum obat, terus ganti perban …" gadis itu menoleh ke atas nakas dia baru ingat kalau disana ada kotak obat yang tentunya berisi obat-obatan juga sejenisnya, membuat tubuhnya seketika bergidik saat melihatnya.

"Kamu nggak suka minum obat? Atau kamu takut perih pas waktu diobatin? Atau jangan-jangan dua-duanya?" Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya, "Ara cuma nggak suka minum obat …"

"Kenapa?"

"Pahit, rasanya nggak enak baunya juga nggak enak," balas Ara yang membuat wanita itu kembali tertawa.

"Kamu bener-bener mirip ya sama anak gadis Tante, sama-sama nggak suka minum obat kalau ditanya kenapa juga jawabnya kaya kamu," jelasnya.

"Ya … tapi gara-gara itu juga dia jadi nggak ada disini lagi," lanjutnya.

"Maksud Tante …" Ara menghentikan kalimatnya begitu melihat wanita itu tersenyum sendu padanya dengan tangan yang membelai puncak rambut kepala Ara.

"Kamu harus jaga kesehatan kamu ya, jaga diri kamu baik-baik … harus pinter-pinter ngerawat tubuh …"

"Ehm-i-iya …" dimenit berikutnya wanita itu mengatakan pada Ara kalau dirinya akan pergi keluar untuk mengerjakan beberapa urusan, dia meminta maaf pada Ara karena tidak bisa menemaninya di rumah dia juga meminta pada Ara agar anak itu tidak pergi dari rumahnya jika merasa kondisinya belum membaik.

" … Atau gini aja, nanti siang kan anak Tante pulang dari sekolah, nanti Tante suruh dia antar kamu pulang kebetulan dia juga yang antar kamu kesini pas kamu pingsan di jalan, dia bilang kamu temen sekolahnya …" jelas wanita tersebut.

"Memangnya nama anak Tante siapa?" Ara merasa dirinya tidak pernah dekat dengan orang lain selain April, mungkinkah Radit?

"Namanya–"

Kringgg …

"Ah … maaf ya, Tante mau angkat telepon dulu …"

"Ah, i-iya …" Meli, wanita itu langsung tersentak berdiri dengan raut wajah yang terlihat pucat setelah mendengar kalimat yang dilontarkan dari seberang ponselnya, wanita itu pergi terburu-buru meninggalkan Ara sendirian tanpa berkata satu katapun padanya.

Gadis itu berniat untuk bertanya padanya namun hal itu dia urungkan setelah melihat raut wajah yang teramat sangat panik dari wanita tersebut.

Ara yang tak tahu-menahu akan hal yang terjadi pada wanita itu hanya bisa duduk terdiam dan melihatnya pergi menjauh, hingga tak lama kemudian terdengar suara deru mesin bermotor yang semakin lama semakin samar di telinganya.

"Terus sekarang gue gimana?" Gumamnya seraya menatap makanan yang berada di pangkuannya. "Abisin dulu lah, sayang kalo dibuang …" lanjutnya seraya menyantap makanan yang terlihat begitu menggiurkan dimatanya.

...…...

"Tante nyuruh gue nganterin lu pulang," gadis itu menatap sinis sosok pemuda yang kini berdiri dihadapannya dengan wajah teramat menyebalkan bagi Ara, mana ada sih orang yang akan mengajak pulang dengan wajah seperti itu?

Bayi saja mungkin akan langsung dibuatnya menangis ketakutan setelah melihat wajahnya meskipun laki-laki itu tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Lagian kenapa juga dia ada di sini? Harusnya kan dia masih berada di sekolah? Ini bahkan belum waktunya jam istirahat, apa dia tidak sekolah? Dan lagi kenapa harus dia yang datang?

Dia tidak tau jika laki-laki ini memiliki hubungan dengan wanita sebaik itu, jauh sekali dengan dia yang tidak pernah terlihat lembut. Lihat saja wajahnya! Menyebalkan!

Jujur saja dia memang memiliki sedikit dendam dengan sosok yang satu itu, walau akar permasalahannya hanyalah hal sepele namun itu benar-benar membuatnya kesal.

"Cepetan, gue masih banyak urusan," lanjutannya saat melihat Ara tak kunjung beranjak dari duduknya dan malah menatap laki-laki itu dengan sangat-sangat sadis. Kalau digambarkan mungkin akan ada api yang membara menyelimuti gadis itu.

"Lu budeg apa gimana sih!?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!