"Eng … ehm? Hah? Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa …"
Plakkk
Duggg
"Ahk!!!" Apa ini?
Mata gadis itu mengerjap cepat menatap sosok laki-laki dihadapannya yang juga menatapnya sembari menggerutu karena dia menampar wajahnya tanpa sadar.
"Lu kenapa Ra?" ujar Ashri saat melihat teman sekelasnya itu tiba-tiba ribut sendiri.
"Ini siapa!!! Kok tiba-tiba ada di sini?" dia tak habis pikir, bisa-bisanya saat dia membuka mata tiba-tiba ada sosok seperti itu duduk di sampingnya? Tidur di satu meja? Saling berhadapan? Yang benar saja!!!
"Makanya! Di kelas tuh jangan tidur mulu! Tidur mulu kerjaannya!" sambar Geni yang juga entah sejak kapan sudah duduk selonjoran dibelakangnya bersama Baim.
"Hih!" seketika itu tubuh Ara langsung bergidik ngeri saat melihat Baim mendadak mencium pipi Geni hingga membuat laki-laki itu mengamuk mengejarnya, beruntung kali ini masih tidak ada guru dikelas mereka.
"Ini juga siapa sih!? Ngapain duduk di sini-! Pergi sana!!!" usir Ara dengan galak namun orang yang dimaksud malah nampak acuh tak acuh pada Ara, dia lebih memilih melanjutkan tidurnya dari pada meladeni gadis itu.
"Woy!!!" karena sudah tak lagi tahan Ara menjambak rambut Arya dengan kasar yang tentunya langsung ditampik oleh laki-laki itu.
"Ahk!"
"Apaan sih lu! Ganggu tau nggak! Berisik banget jadi cewek!" ketus Arya pada Ara.
"Eng … sakit …" Ashri berdiri dari duduknya, dia panik saat melihat Ara meringis memegang tangannya akibat tepisan Arya yang mengenai luka Ara, "lu nggak apa-apa Ra? Mau ke UKS nggak?" ucapnya panik.
"Ah … nggak apa-apa … Ara nggak apa-apa …"
"Beneran? Kalo lukanya kebuka lagi gimana?"
"Ara beneran nggak apa-apa kok …"
"Duh Aryaaaaa … hati-hati dong … gue tau Ara tuh pecicilan tapi jangan kasar dong, kasian tuh …" keluh Ashri.
"Salah dia sendiri-! Ngapain juga dia gangguin gue!?" sangkal Arya tak mau mengalah.
"Tau tuh! Lagian juga alay banget sih jadi cewek!" celetuk Fitri, tangannya nampak sibuk mengecat kuku jarinya dengan warna-warna nyentrik.
Sebenarnya Ara hendak membalas perkataan gadis itu namun dia lebih memilih mengurungkan niatnya tidak mau lagi berurusan dengan sosok nenek lampir seperti itu, alhasil Ashri lah yang maju berdebat dengan Fitri dibantu oleh teman sebangku, sejiwa, seiman, seperjuangannya Melissa.
"Apa lihat-lihat!" sinis Ara menatap Arya.
"Nggak usah geer!"
"Kalo nggak suka pindah sana!!!"
"Lu-" ucapan Arya terhenti saat mendengar seorang guru bertubuh minimalis memasuki kelasnya ditemani Baim dan Geni yang masing-masing nampak membawa setumpuk buku di tangan mereka.
"Good morning …" ucap Madam Lisa menyapa anak-anak didiknya.
"Morning Madam!!!"
"Wah, sepertinya ada anak baru … what's your name?"
"Arya," balas laki-laki itu singkat.
"Oh! Halo Arya, semoga betah ya sekolah di sini … apalagi duduknya sama Ara, harus banyak bersabar …" sindir Madam Lisa, pasalnya dia sendiri sudah hampir menyerah menghadapi tingkah Ara yang terkadang terlalu diluar nalar akal manusia normal.
"Eh? Ya ampun sayang … muka kamu kenapa?" guru bertubuh minimalis itu lantas berdiri dari duduknya menghampiri Ara setelah melihat wajah gadis itu, dia semakin terkejut saat melihat beberapa bagian tubuh Ara dipenuhi kain kasa. Biarpun dia tidak terlalu suka pada tingkah gadis itu namun dia tetap menyayanginya.
"Kamu nggak apa-apa? Sakit nggak?"
"Nggak apa-apa, sakitnya cuma kayak di gigit semut kok," semut mutasi segede gajah yang giginya mirip piranha.
"Udah di obati?"
"Udah kok …"
"Bisa nulis?" gadis itu mengangguk, lima belas menit setelahnya dia menyesal karena sudah mengiyakan.
Madam Lisa memberikan tugas pada mereka untuk merangkum dua puluh halaman sekaligus menyelesaikan latihannya yang ada dan dikumpulkan hari itu juga. Sial-!
"Oy kerdil-!" gadis itu melirik sinis pada sosok disampingnya. Apa tadi katanya? Kerdil?
"Heh! Ara tuh nggak kerdil yak!!! Ara tuh minimalis tau!!!"
"Sama aja …"
"Beda!!!" tanpa sadar dia berteriak sembari mengebrak meja menggunakan buku miliknya membuat kedua manusia itu langsung menjadi pusat perhatian dikelas.
"Kenapa Ara?" tanya Madam Lisa.
"Nggak ada, tadi ada nyamuk lagi pawai …" madam Lisa menggeleng lelah menanggapi Ara, jawabannya selalu saja ngelantur.
"Cepet kerjakan tugas kamu! Jangan ribut!"
"Iyaaaaaaa …" "Heh kerdil-!"
"Apa sih!?" balas Ara menahan diri, jika tidak bisa-bisa dia akan dikeluarkan lagi dari kelas. Dia sudah pernah mencobanya beberapa kali, alhasil dia harus mengerjakan tugas seharian penuh hingga pulang sekolah.
"Pinjem pulpen lu, pulpen gue abis …"
"Gada!"
"Miskin banget lu jadi cewek …"
Plakkk
"Ara!?"
"Udah Bu keluarin aja!" celetuk Fitri membuat Ashri dan Melissa menatapnya tajam pun dengan Ara.
"Apaan sih? Dia duluan Bu!!!" elak Ara menunjuk pada Arya, namun karena laki-laki itu tidak mau mengalah dia malah menyangkal ucapan Ara hingga berakhir menjadi perdebatan panjang diantara keduanya yang membuat mereka dihukum berdiri di luar kelas karena ribut, tentunya dengan tambahan pengurangan nilai.
"Kamu sih!!! Ahk! Nilai Ara jadi kosong lagi-!!!" padahal dia sedang tidak berniat untuk bolos karena badannya masih terasa nyeri. Sia-sia saja dia melakukan itu.
"Kok jadi gue!? Lu nya aja ngeselin! Udahlah ngerusakin hp gue! Nggak-"
"Heh! Kapan! Jangan asal ngomong yak! Ara nggak-ah? Oh? Kamu …"
"Kenapa? Baru inget sekarang hah!?"
Flashback
"Nggak mauuuuu …" gadis itu masih terus berlari sembari mengejek April tanpa memperdulikan kondisi sekitarnya yang lumayan ramai.
Dan...
Brukkk
Gedebuggg
Byurrr
"Ehk …"
gadis itu jatuh terjerembab di atas air laut setelah kakinya tersandung sesuatu yang cukup besar.
'Go block!!!' batin April menangis melihat temannya dari kejauhan.
"Aduh!" Gadis itu meringis seraya membersihkan pasir-pasir yang bercampur air laut di seluruh wajah serta pakainya, dia menoleh ke samping melihat benda apa yang tadi sempat dia tabrak.
Betapa terkejutnya dia saat melihat sosok laki-laki berparas tampan yang tak pernah dia temui, laki-laki itu terlihat mengebas pasir pantai yang menempel di bajunya.
Laki-laki itu terlihat mendengus menatap Ara dengan raut wajah yang kesal, dia kemudian beralih menatap sebuah benda pipih berwarna hitam yang tengah santai berendam di dalam air laut.
"Ck!" Arya mengambil benda pipih yang kini telah basah kuyup karena terjatuh kedalam air.
Awalnya dia bermaksud untuk mengabadikan momen saat berada di pantai karena laki-laki yang satu ini sangat menyukai pantai serta dirinya juga memiliki hobi fotografi.
Saat dirinya hendak memotret pemandangan di sana tiba-tiba saja dia merasakan ada sesuatu yang menabraknya.
Dia yang terkejut juga tak siap akan benturan membuat Arya kehilangan keseimbangan hingga mengakibatkan dirinya serta ponsel miliknya terlepas dan jatuh ke dalam air.
Flashback end
"Ya itu sih salah kamu sendiri! Udah tau lagi di pantai-! Banyak orang! Banyak air! Kenapa nggak bawa waterproof!" ucap Ara tidak mau disalahkan ataupun merasa bersalah atas apa yang dilakukannya, padahal itu juga merupakan kesalahannya karena tidak memperhatikan kondisi sekitar.
"Ya mana gue tau! Sebelumnya nggak ada tuh kejadian kaya gitu!"
"Emangnya Ara peduli-!?"
"Ck! Kalo aja bukan cewek udah gue tendang!"
"Tendang aja kalo bisa!!!"
"Lu-ahk! Cih! B4ngs4t!" umpat Arya menatap ke arah lain.
Hening.
Satu menit.
Dua menit.
Lima menit.
"Oy!"
"Apa?" balas Ara tanpa menatap sedikitpun pada Arya, keduanya kini terlihat bagaikan sepasang kekasih yang tengah bertengkar.
"Sini hp lu," dia mengulurkan tangannya pada Ara meminta ponsel milik gadis itu.
"Dihk buat apa? Kan kamu punya–" kalimat Ara terhenti menggantung bebas di udara kembali mengingat sebuah tragedi tragis yang begitu konyol terjadi padanya beberapa puluh jam, ratusan menit, dan ribuan detik yang lalu.
"Punya apa? Udah sini dulu hp lu!"
"Nggak mau!" tolak Ara, enak saja dia meminta seperti itu bagaimana jika nanti ponselnya malah dibuang dari lantai dua untuk balas dendam? Atau mungkin juga malah di ambil dan tidak di kembalikan sebagai ganti rugi? Tidak! Dia tidak mau!!!
"Gue belum punya hp lagi-! Gue mau nelpon temen gue!" entah laki-laki itu berniat membujuk atau mengancam yang jelas dia malah menampakkan tatapan tak bersahabat pada Ara.
"Nggak!" tolaknya mentah-mentah seraya memalingkan wajah karena tatapan Arya sedikit membuatnya ciut.
"Bentar doang! Lagian hp gue rusak kan juga gara-gara lu!"
"Ihk!!!" gadis itu menghentakkan kakinya sembari mengembungkan pipi kesal karena tidak bisa menyangkal ucapan Arya.
"Udah cepet sini hp lu!" gadis itu mengerucutkan bibirnya menyerahkan ponselnya secara kasar pada Arya.
"Ck! Nggak ikhlas lu!? Gue banting juga nih hp!" ancam Arya, membuat gadis itu berteriak dengan spontan.
"Jangan!!!" dirinya terlihat sangat panik begitu melihat Arya mengangkat ponselnya seolah benar-benar ingin melemparnya.
"Kenapa? Kan biar impas, hp gue rusak dan hp lu juga rusak, adil kan?" ucap Arya dengan seringai yang terpampang jelas di wajahnya.
"Enggakkk … jangan … Ara minta maaf …" bujuk Ara memohon pada laki-laki itu. Sial-!
"Kalo cuma hp gue yang rusak kan nggak adil, atau lu mau ganti rugi hp gue yang mati?" wajah gadis itu semakin terlihat memelas menatap Arya, sedangkan yang di tatap malah semakin melebarkan seringainya merasa cukup puas dengan apa yang dia lihat.
"Jadi babu gue selama sebulan, lakuin apapun yang gue suruh, sebagai ganti rugi hp gue yang udah lu bikin mati, gimana? Ya kalo lu mau beliin gue hp baru nggak masalah sih, it–"
"Ya udah iya-iya, cuma sebulan kan!? Oke Ara lakuin!" putus Ara seraya mengambil kembali ponsel miliknya dari tangan Arya, namun dengan sigap Arya mengambil kembali ponsel tersebut dari tangan Ara membuat gadis itu kembali mengerucutkan bibirnya.
"Ihk! Sini hp Ara, kan tadi Ara udah bilang mau!" protesnya yang tidak dipedulikan oleh laki-laki itu sedikitpun.
"Kan gue bilang pinjem bentar, apa kata sandinya?"
"Dihk! Emang buat–"
"Lu udah jadi babu jangan banyak tingkah! Mau gue lempar beneran nih hp?" dengan berat hati gadis itu menuruti keinginan Arya dan memberitahukan kata sandi dari ponsel miliknya.
Laki-laki itu nampak mengutak-atik ponsel tersebut hingga membuat sebuah suara terdengar dari ponsel Ara.
" … "
"Ini gue, Arya …"
" … "
"Udah gue bilang hp gue mati …"
" … "
"Bukan urusan lu …"
" … "
"Lu ada di sekolah?"
" … "
"Ya nanti gue ke sana …"
" … "
"Nih!" Arya mengembalikan ponsel di tangannya pada Ara.
"Tadi nelpon siapa?" ucap Ara bertanya, sebenarnya tadi dia berniat menguping percakapan Arya namun melihat tatapan laki-laki itu yang tertuju padanya membuat Ara lebih memilih untuk mengurungkan niatnya.
"Hm?" gadis itu memajukan sedikit wajahnya karena tidak mendapatkan jawaban dari Arya, bukanya menjawab laki-laki itu malah mendorong kening Ara agar menjauh darinya menggunakan telapak tangan karena merasa tidak nyaman.
"Mulut lu bau jigong!"
"Heh!"
"Yang diluar jangan ribut terus!!!"
"Maap buuuuuuuu …"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments