A & Z: Kaum Sosialita

Kejadian tadi malam membuat Zidan harus mendekam di kamar mandi selama satu jam untuk menuntaskan hasratnya, sedangkan Zila sudah tertidur nyenyak di kasur tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

Zidan ragu jika Zila sepolos itu sampai tidak mengerti saat miliknya sudah bereaksi. Dan ia memilih bangun lebih pagi untuk segera ke rumah sakit untuk menemui sang ayah, setidaknya melupakan kejadian tadi malam yang membuat wajahnya merah padam.

Sinar matahari pagi menerobos masuk dari sela-sela jendela kaca yang di tutupi gorden berwarna keemasan. Terlihat seorang gadis yang tertidur dengan posisi tak karuan di kasur mulai membuka mata. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menguap lebar.

Zila menoleh ke samping kasur dan tidak mendapati suaminya. Sepertinya Zidan sudah berada di luar kamar.

Dengan malas-malasan Zila bangun dari kasur yang membuat tidurnya tadi malam sangat nyenyak.

Brak!

Pintu kamar terbuka tiba-tiba, membuat Zila terperanjat kaget. Bunda Melati tiba-tiba menerobos masuk ke dalam kamar dengan membawa begitu banyak pakaian.

"Aduh, aduh, baru bangun rupanya," ucap bunda Melati terkekeh.

Sementara Zila menunduk malu. Saking nyenyaknya ia tidur sampai lupa ia tengah berada di rumah mertuanya.

"Maaf Bunda, aku bangunnya kesiangan," cicit Zila tak enak hati.

"Tidak apa-apa, Sayang. Namanya juga pengantin baru." Bunda mengedipkan sebelah matanya menggoda Zila yang tersenyum kikuk.

"Ini, Bunda bawakan beberapa pakaian. Ayo coba dulu. Bunda ingin kamu tampil wow di tempat arisan nanti."

Bunda Melati meletakkan semua pakaian bermerek ternama dan sedang tren-trennya di kalangan para wanita di kasur. Sedangkan Zila menatap kagum pada pakaian di depan matanya.

"Pakaian ini punya Bunda semua?" tanya Zila seraya memilih-milih pakaian yang akan ia kenakan.

Bunda Melati menggeleng."Tidak. Bunda meminta pemilik butik untuk mengirim semua pakaian yang paling laris dan mahal ke sini. Ayo cepat coba satu-satu, Sayang. Nanti kalau sudah dapat baju yang cocok baru mandi dan makan."

Zila mengangguk semangat dengan wajah yang menyisakan air liur yang mengering di bibirnya, ia mulai mengambil satu persatu pakaian yang akan ia coba.

Mertua dan menantu itu terlihat seperti teman satu sefrekuensi tanpa ada perdebatan ataupun pertengkaran.

© ILUSTRASI TAMPILAN ZILA

"Apa ini tidak terlalu menor, Bunda?" Zila menatap hasil make up bunda Melati di wajahnya pada cermin. Menurutnya ia terlalu menor jika menggunakan lipstik merah menyala ini. Seperti lipstik pelakor.

"Nggak kok. Penampilam kamu sangat perfect. Pasti semua orang terpesona melihat penampilanmu. Jangan kan orang, Zidan juga pasti klepek-klepek melihat kamu dandan cantik seperti ini."

Bunda Melati tersenyum bangga melihat maha karyanya di wajah menantu kesayangannya. Di tambah gaun merah maron yang membuat Zila  semakin cantik.

Lain halnya dengan Zila yang tak biasa dengan tampilannya seperti ini.

"Tapi Bunda, Blasoon nya apa tidak kemerahan. Pipi aku berasa baru di tampar orang." Zila menatap bunda Melati dengan bibir mengerucut.

"Ah, itu namanya Blasoon panas dalam. Memang seperti itu bentukannya."

"Ayo kita pergi, Sayang. Eh, nanti kamu harus senyum semanis mungkin supaya aura kecantikannya semakin keluar," ucap bunda Melati memperingatkan. Sedangkan Zila hanya bisa mengangguk pasrah.

Kini, keduanya sudah memasuki mobil mewah berwarna hitam dan sopir mulai menjalankan mobil tersebut meninggalkan pekarangan rumah.

"Nanti kalau orang tanya kamu siapa, bilang saja kamu istrinya Zidan anak dari bunda Melati. Oke?"

Zila menarik napas dalam dan mengangguk lemah. Belum sampai ke tempat acara tapi jantungnya sudah berdegup kencang tak karuan.

"Eh..."

Gadis itu tersentak kala mertuanya menyematkan dua cincin berlian di jari manis dan jari tengahnya.

"Bukan hanya pakaian saja yang mewah, tapi jari juga." Bunda Melati tersenyum lebar setelah mengatakan itu.

Zila melirik sang mertua yang seperti emas berjalan. Bagaimana tidak, dari leher, pergelangan tangan, sampai jari, penuh dengan emas berlian. Kalau Zila tebak, mertuanya itu bukan hanya suka arisan tapi hobi pamer harta. Apa tidak takut kerampokan?

"Sikap om Zidan kenapa jauh berbeda dengan Bunda?" gumam Zila. Suaminya galak dan dingin sementara mertuanya fredly.

"Kenapa Sayang?"

"Ti-tidak apa-apa, Bunda."  Zila menggeleng cepat dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil .

Sementara di tempat lain, Zidan dengan penuh ke hati-hatian menyuapi sang ayah yang sudah mulai pulih pasca kecelakaan yang membuat ia hilang kesadaran selama dua hari.

"Ayah dengar dari bunda, kamu sudah punya istri?"

Pergerakkan tangan Zidan langsung terhenti ketika hendak menyuapi kembali ayah Retno.

"Lebih tepatnya pernikahan dadakan," balas Zidan terkekeh.

"Semoga kamu bisa jadi suami yang baik untuk Zila. Ayah sudah mendengar semuanya dari bunda alasan kamu bisa menikahi murid sendiri." Ayah Retno tertawa pelan, seolah lucu dengan pernikahan dadakan putranya itu.

Zidan menghela napas pelan."Aku juga ingin membawa Zila ke apartemen lama ku."

Kening ayah Retno langsung mengkerut."Kenapa harus pindah ke apartemen? Padahal bagus bila kamu tinggal di rumah setidaknya bunda ada temannya," ucap ayah Retno tak setuju dengan keputusan Zidan.

"Bukan apa-apa, Yah. Aku hanya tidak ingin Zila merasa tidak bebas jika satu rumah dengan bunda. Walaupun bunda menyambut baik Zila, kecanggungan itu pasti ada pada Zila. Jadi, kalau bisa besok aku akan membawa Zila ke apartemen lama ku."

"Lebih tepatnya aku tidak ingin bunda memaksaku untuk segera berhubungan ranjang dengan Zila." bathin Zidan.

Ayah Retno manggut-manggut."Jika itu yang kamu mau, Ayah setuju. Tapi tolong kamu atur pertemuan Ayah dan bunda dengan keluarga Zila minggu depan. Bagaimanapun kita sudah menjadi besan."

"Tapi Ayah sedang sakit. Kenapa tidak nanti saja." Zidan tampak setuju.

"Niat baik itu harus cepat dilakukan, Zidan. Apalagi hubungan kamu dengan Zila menyangkut pernikahan."

"Baik, Yah. Aku akan membicarakan  masalah ini dengan keluarga Zila."

Tangan ayah Retno terulur mengusap bahu putranya."Walaupun pernikahan kalian karna terpaksa, Ayah harap kamu bisa mencintai istrimu. Gadis muda seperti Zila itu lebih mudah dibimbingnya, karna usia-usia seperti itu dia sedang mencari jati dirinya dan butuh pendamping untuk mengarahkannya," nasehat ayah Retno bijak.

Zidan mengangguk.

Zila menatap terpukau pada hotel bintang lima yang cukup terkenal di kota Jakarta dan menjadi tempat pemberhentian mereka berdua. Ia baru tahu jika bunda Melati mengadakan arisannya di hotel ini. Kalau ini namanya bukan hanya arisan saja.

"Aku kira Bunda arisannya di rumah teman," ucap Zila seraya melangkahkan kakinya di samping sang mertua.

Sedangkan bunda Melati terkekeh."Kalau setiap arisan selalu diadakan di restoran. Terkadang juga di rumah, tapi teman Bunda maunya di hotel ini," paparnya.

Zila manggut-manggut mengerti.

Setelah menaiki lift menuju lantai yang dituju, akhirnya mereka berdua sudah sampai disebuah restoran mewah yang ada di hotel tersebut. Aroma sedap makanan langsung menyambut indra penciuman Zila. Mata gadis itu lagi-lagi dibuat kagum dan terpukau dengan restoran yang ia datangi.

Bunda Melati menarik pergerakan tangan Zila yang menatap liar restoran yang baru kali ini ia kunjungi.

"Hallo semuanya!!" Sapaan bunda Melati yang begitu semangat dengan senyuman pepsodent nya membuat lima belas orang yang tengah berbincang-bincang langsung menatap ke arah dua wanita yang tampil dengan warna pakaian yang sama.

"Yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga!" ucap Nadia bangkit dari tempat duduknya.

"Aduh, maaf ya kalian nunggu nya lama." Bunda Melati cipika-cipiki satu-satu dengan teman-teman sosialitanya.

Sedangkan Zila hanya diam mematung melihat interaksi mertuanya dengan ibu-ibu yang tampil glamor.

"Ini siapa Jeng Melati? Cantik sekali," ucap Ayu yang penasaran dengan sosok gadis muda diantara mereka sekarang.

Bunda Melati yang ditanya oleh Ayu yang tak ingin kalah saing dengannya, kini berjalan ke arah Zila.

"Ini menantu kesayangan aku. Cantikan?"

"APA?!!"

Suara pekikan ibu-ibu yang ada di sana menjadi pusat perhatian pengunjung restoran, sedangkan Zila menutup kedua telinganya mendengar suara keras yang memekikkan telinga.

Bunda Melati memasang wajah pongahnya penuh kebanggaan. Ayu mencebikkan bibirnya tak suka.

"Kapan nikahnya? Perasaan Zidan nggak pernah terdengar kabar kalau sudah nikah," ucap Nadin yang diangguki semua orang yang ada di sana.

"Sebenarnya sih sudah lama nikahnya cuma di rahasiakan saja. Kalian kan tahu sendiri anakku itu orangnya nggak suka jadi sorotan orang-orang," balas bunda Melati.

Ayu menatap Zila dari atas sampai bawah. Mau di make up setebal apapun tak akan menutupi wajah imut nan mungil itu.

"Berapa usiamu?" tanya Ayu yang kini berada di samping Zila.

"De-delapan belas, Tante," cicit Zila pelan.

"Astaga!" Ayu membekap mulutnya terkejut."Ini cocoknya jadi adiknya Zidan bukan istri!"

Bunda Melati yang mendengar itu mendengus."Heh! Malah yang muda kayak gini yang paling enak servisnya di ranjang. Rasanya lebih enak dan legit!" balasnya tak malu kalah.

Zila menunduk menahan malu setengah mati mendengar ucapan frontal mertuanya. Tolong siapapun bawa ia pergi dari tempat ini.

________

Hei semuanya! Terima kasih sudah mampir

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. See you di part selanjutnya:)

Terpopuler

Comments

StAr 1086

StAr 1086

Biasa ibu2 sosialita apa aja di pamerin.....

2023-11-15

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Astaga ku pikir cumannya Bunda doang yg pamerin emasnya di waktu arisan,Katanya tadi temen2 nya pamerin mantu dan cucu, can dia doang yg pamerin emas berlian, Oh ternyata emang benar adanya 🤣🤣😜

2023-09-19

0

nurul jannah

nurul jannah

kok para orangtua nggak pada ketemu padahal anaknya sdh pada nikah loh

2023-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 A & Z: Bab 1
2 A & Z: Bab 2
3 A & Z: Bab 3
4 A & Z: Bab 4
5 A & Z: Bab 5
6 A & Z: Hukuman
7 A & Z: Perhatian Zidan
8 A & Z: Mantu apa murid?
9 A & Z: Cara memuaskan suami
10 A & Z: Ucapan pedas Zidan
11 A & Z: Senjata Makan Tuan
12 A & Z: Kaum Sosialita
13 A & Z: Unboxing
14 A & Z: Pingsan
15 A & Z: Undangan
16 A & Z: Gadis Nakal
17 A & Z: Hasrat atau Logika?
18 A & Z: Malam pertama tertunda
19 A & Z: Jilat ludah sendiri
20 A & Z: Menolong berkedok imbalan
21 A & Z: Perasaan aneh tapi sakit
22 A & Z: Emosi tak terkendali
23 A & Z: Cemburunya seorang wanita
24 A & Z: Tuduhan berakhir penyesalan
25 A & Z: Harga diri seorang pelakor
26 A & Z: Kekhawatiran yang berlebihan
27 A & Z: Dia kembali
28 A & Z: Ketakutan
29 A & Z: Jangan sentuh!
30 A & Z: Jangan tinggalkan aku
31 A & Z: Layani saya
32 A & Z: Pil KB?
33 A & Z: Perselisihan
34 A & Z: Kembali terulang
35 A & Z: Pria Psiko
36 A & Z: Rasa bersalah
37 A & Z: Tespeck?
38 A & Z: Impian yang pupus
39 A & Z: Selingkuh?
40 A & Z: Pingsan di sekolah
41 A & Z: Penghinaan
42 A & Z: Memiliki Mu
43 A & Z: Dia istriku
44 A & Z: Amarah Kayla
45 A & Z: Kemarahan
46 A & Z: Trauma
47 A & Z: Penangkapan
48 A & Z: Sensitif Ya?
49 A & Z: Salah lagi
50 A & Z: Kapal Azila & Zidan
51 A & Z: Tolong bertahan!
52 A & Z: Sebuah ketakutan
53 A & Z: Koma
54 A & Z: Harapan penuh
55 A & Z: Siuman
56 A & Z: Jagoan kecil
57 A & Z: Merasa bersalah
58 A & Z: Akhir
59 A & Z: Tersinggung
60 A & Z: Aku Mau Kerja
61 Pengumuman
Episodes

Updated 61 Episodes

1
A & Z: Bab 1
2
A & Z: Bab 2
3
A & Z: Bab 3
4
A & Z: Bab 4
5
A & Z: Bab 5
6
A & Z: Hukuman
7
A & Z: Perhatian Zidan
8
A & Z: Mantu apa murid?
9
A & Z: Cara memuaskan suami
10
A & Z: Ucapan pedas Zidan
11
A & Z: Senjata Makan Tuan
12
A & Z: Kaum Sosialita
13
A & Z: Unboxing
14
A & Z: Pingsan
15
A & Z: Undangan
16
A & Z: Gadis Nakal
17
A & Z: Hasrat atau Logika?
18
A & Z: Malam pertama tertunda
19
A & Z: Jilat ludah sendiri
20
A & Z: Menolong berkedok imbalan
21
A & Z: Perasaan aneh tapi sakit
22
A & Z: Emosi tak terkendali
23
A & Z: Cemburunya seorang wanita
24
A & Z: Tuduhan berakhir penyesalan
25
A & Z: Harga diri seorang pelakor
26
A & Z: Kekhawatiran yang berlebihan
27
A & Z: Dia kembali
28
A & Z: Ketakutan
29
A & Z: Jangan sentuh!
30
A & Z: Jangan tinggalkan aku
31
A & Z: Layani saya
32
A & Z: Pil KB?
33
A & Z: Perselisihan
34
A & Z: Kembali terulang
35
A & Z: Pria Psiko
36
A & Z: Rasa bersalah
37
A & Z: Tespeck?
38
A & Z: Impian yang pupus
39
A & Z: Selingkuh?
40
A & Z: Pingsan di sekolah
41
A & Z: Penghinaan
42
A & Z: Memiliki Mu
43
A & Z: Dia istriku
44
A & Z: Amarah Kayla
45
A & Z: Kemarahan
46
A & Z: Trauma
47
A & Z: Penangkapan
48
A & Z: Sensitif Ya?
49
A & Z: Salah lagi
50
A & Z: Kapal Azila & Zidan
51
A & Z: Tolong bertahan!
52
A & Z: Sebuah ketakutan
53
A & Z: Koma
54
A & Z: Harapan penuh
55
A & Z: Siuman
56
A & Z: Jagoan kecil
57
A & Z: Merasa bersalah
58
A & Z: Akhir
59
A & Z: Tersinggung
60
A & Z: Aku Mau Kerja
61
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!