Bukannya melepaskan, Zidan semakin mengikis jarak diantara mereka berdua. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Zila lalu berbisik.
"Saya menginginkanmu, Zila." Seraya meniup menggoda ke telinga Zila yang semakin meremang, di tambah suara serak dan berat Zidan.
Gadis itu menatap sang suami yang menjauhkan wajahnya setelah berbisik seperti itu, tanpa melepaskan kedua tangan kekarnya melingkar di pinggang ramping Zila.
"Om, lepaskan aku." Hanya tangisan yang saat ini Zila bisa lakukan agar lepas dari jeratan suaminya.
Cup!
Tanpa aba-aba pria itu mengecup bibir ranum Zila yang mendadak menghentikan tangisannya. Mata Zila membulat sempurna kala benda kenyal nan lembab itu menempel di bibirnya beberapa detik.
"Jangan ulangi lagi. Belajar yang benar. Sekali lagi minta jawaban soal, saya cium kamu!" ancamnya diakhiri kekehan geli oleh Zidan.
Sementara Zila masih membeku di pangkuan suaminya. Tangannya merambat menyentuh bibirnya yang terasa lembab. Ciuman pertamanya diambil oleh suaminya sendiri.
"Kenapa masih diam di sini? Masih kurang ciumannya?" goda Zidan. Sepertinya mengerjai istrinya akan menjadi hobinya.
Zila menggeleng kuat dan langsung bangkit dari pangkuan suaminya, tak lupa mengambil buku PR nya yang tergeletak di lantai. Dengan wajah yang masih shock gadis itu memilih keluar dari kamar dan tak lupa membawa alat tulisnya. Ternyata benar, pria dan wanita tidak baik berduaan dalam ruangan.
Melihat Zila sudah keluar dari kamar, Zidan langsung menyemburkan tawanya yang penuh kepuasan. Melihat wajah tegang dan ketakutan Zila membuat ia terhibur.
Sementara di luar kamar Zila menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia kembali menyentuh bibirnya.
"Ciuman pertamaku. Kenapa dia yang mengambilnya. Aku berharap hanya laki-laki yang aku cintai yang boleh mengambil ciuman pertamaku."
Wajah Zila memelas, ia mengusap kasar bibirnya seolah menghilangkan bekas ciuman Zidan yang masih menempel di bibirnya. Dan ia masih ingat rasanya ketika bibir Zidan menempel di bibirnya.
Jam sudah sudah menunjukkan pukul 23: 00 malam. Zidan yang bersiap hendak membaringkan badannya ke kasur terdiam sejenak. Ia melirik pintu kamar. Sudah larut malam tapi Zila tidak kembali lagi ke sini. Apa Zila marah padanya?
Pria itu mengurungkan niatnya berbaring di kasur, ia melangkah keluar dari kamar mencari gadis tersebut. Bisa saja gadis itu marah karna perlakuannya tadi. Kedua sudut bibir Zidan tertarik mendapati sosok gadis yang tertidur nyenyak di sofa. Zila terlihat memeluk dirinya sendiri begitu erat karna hawa di ruangan ini lumayan dingin.
Zidan melangkah mendekat pada Zila. Perhatian matanya langsung terfokus pada tugas PR istrinya yang belum selesai dikerjakan. Gadis itu baru mengerjakan dua soal, itupun jawabannya salah.
"Seperti aku harus mengajarimu privat," ucapnya disertai helaan panas panjang.
Zidan menarik badan mungil itu yang menggeliat kecil, lalu menggendongnya. Zila tampak menggemaskan baginya di tambah mulut gadis itu yang sedikit terbuka membuat ia ingin menyesapnya.
Zidan kembali masuk ke dalam kamar menggendong istri kecilnya lalu membaringkannya di kasur dengan sangat hati-hati. Tangannya terulur mengusap kepala Zila lalu memberikan ciuman di keningnya.
•
•
Sinar matahari pagi begitu cerah dan panasnya menyengat. Para murid Bina Bangsa berbaris di lapangan melaksanakan upacara pagi setiap hari senin. Termasuk Zila yang berbaris diurutan paling belakang. Gadis itu mengusap kasar keringat yang mulai mengucur di tambah badannya yang terasa gerah.
Perut gadis itu sudah beberapa kali berbunyi karna kelaparan. Ya, pagi tadi ia tidak sempat sarapan dan langsung berangkat sekolah pagi-pagi sekali, tentu untuk menghindari Zidan. Ia takut suaminya kembali berbuat hal seperti tadi malam. Mengingatnya saja sudah membuat bulu kuduknya meremang.
"Eh..."
Mendadak badannya Zila hampir limbung ke tanah jika seseorang tidak menahan tubuhnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing di tambah perutnya yang perih.
"Kamu tidak pa-pa?" tanya Eza yang merupakan petugas PMR upacara. Sedari tadi ia memperhatikan Zila yang terlihat lemas dan beberapa kali berjongkok lalu berdiri lagi di tambah wajahnya yang pucat.
Zila menggeleng seraya menepis pelan tangan Eza di lengannya."Aku tidak pa-pa." Ia tersenyum tipis lalu menatap ke depan di mana kepala sekolah tengah menyampaikan amanatnya.
"Oke, tapi kalau sudah tidak kuat lagi jangan di paksa," ucap Eza membuat Zila menoleh lalu mengangguk.
Baru beberapa langkah Eza beranjak dari hadapan Zila. Suara pekikan beberapa murid membuat ia berbalik.
Zila, gadis itu sudah tergeletak tak sadarkan diri. Dan wajah gadis itu semakin pucat.
"Kalian minggir!" Eza berucap keras pada beberapa murid perempuan yang hendak mengangkat Zila.
Eza segera menggendong Zila dan membawanya ke UKS. Raut kekhawatiran terlihat dari wajah laki-laki tampan itu. Namun, belum sempat sampai ke UKS Zidan sudah datang menghampiri membuat langkah Eza terhenti.
"Biar saya saja yang membawanya ke UKS," ucap Zidan hendak mengambil alih istrinya.
"Tidak usah, Pak. Biar saya saja, ini sudah tugas saya," balas Eza menolak dan hendak melangkahkan kakinya namun di tahan oleh Zidan.
"Kamu kembali kelapangan. Dia urusan saya dan jangan membantah!" sentak Zidan meninggikan suaranya tanpa ingin menerima penolakan.
Zidan mengambil paksa Zila dari gendongan Eza yang terdiam melihat sikap guru baru tersebut. Eza menatap kepergian Zidan yang mulai menjauh dari pandangan matanya.
"Enak banget Zila digendong Eza terus digendong bapak Zidan!" Kayla menatap kesal.
"Kamu merasa aneh nggak sih, Kay, sikap bapak Zidan itu agak berbeda sama Zila," timpal Eva yang berdiri di belakang Kayla.
"Maksudnya?"
"Ya tadi, tiba-tiba aja bapak Zidan ngambil alih Zila dari gendongan Eza. Dari awal kita sekolah di sini mana ada guru mau gendong muridnya kecuali bapak Zidan."
Kayla terdiam mendengar ucapan Eva. Raut wajah gadis berbando pink itu semakin keruh.
________
Hai semuanya! Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan! Mohon maaf lahir dan bathin🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Siti Maryam
suka karyamu...jngn klamaan unboksing nya
2023-05-13
3
Lia Herliawati
lnjutttt smngtt thor....
2023-04-22
3