"Bunda tenang, aku sudah punya mantu untuk Bunda."
Ucapan yang baru saja Zidan lontarkan tidak langsung ditelan oleh bunda Melati. Ia menatap curiga pada sang putra dengan mata yang menyipit. Karna bukan sekali Zidan membohonginya akan membawakan menantu, tapi sudah beberapa kali. Sedangkan pria yang di tatap wanita paruh baya itu tampak tak melunturkan senyumannya.
"Yang benar kamu, kemarin-kemarin kamu bohongi Bunda. Jangan karna menghindari omelan Bunda kamu bohong lagi!" Bunda Melati berucap ketus sambil berkacak pinggang.
"Aku tidak bohong Bunda. Besok aku bawa orangnya ke sini," ucap Zidan menyakinkan. Terpaksa ia harus meminta Zila ke rumah ini walaupun gadis itu sudah sah sebagai istrinya.
"Awas kamu bohong, bukan hanya raket nyamuk ini saja yang melayang ke wajah kamu, tapi juga kayu balok Bunda pukulkan ke badan kamu!"
Ancaman bunda Melati membuat Zidan meneguk ludahnya kasar. Pasalnya sang bunda tidak pernah main-main dalam perkataan yang ia lontarkan dan semoga saja ia bisa membawa Zila ke sini.
"Lihat, Bunda sudah menyiapkan beberapa perempuan yang akan Bunda jodohkan ke kamu. Tapi..., karna kamu sudah ada jadi Bunda batalkan," ucap Bunda Melati memegang beberapa foto wanita kenalannya yang rata-rata berusia 25 sampai 30-an.
"Bunda tidak capek jodohin aku terus?" Pertanyaan itu meluncur di bibir Zidan, mengingat sudah belasan wanita yang ia tolak. Dan entah darimana sang bunda mendapatkan kenalan wanita yang cukup banyak. Bahkan dulu, bunda sampai menjodohkannya dengan anak penjual sayur karna kebelet ingin punya mantu.
"Lebih baik capek cariin jodoh buat kamu daripada capek dighibahin tetangga sebelah. Panas kuping Bunda kamu sering di bilang bujang tua karatan. Kemarin ada juga yang bilang kamu kena santet makanya susah dapat jodoh!" ucap bunda Melati seraya mendudukkan dirinya di sofa.
Wanita paruh baya yang mengenakan daster coklat dengan motif bunga itu menatap putranya yang hendak beranjak pergi.
"Jangan lupa, besok bawa menantu yang kamu janjikan itu sama Bunda. Awas bohong lagi!" pekiknya.
"Iya, Bunda."
•
•
Seorang gadis tampak sibuk menyisir rambutnya di depan cermin. Ia mengepang dua rambutnya dan mengenakan bedak serta lipstik, setidaknya wajahnya tidak terlihat pucat. Sesekali Zila menguap karna rasa kantuk yang masih mendera. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07: 00 pagi.
Gadis itu tampak malas-malasan keluar dari kamar dan menuruni anak tangga. Pasalnya hari ini ada pelajaran matematika, ia sangat benci pelajaran satu itu. Pelajaran yang menurutnya bukan hanya menguras otak tapi juga kesabarannya.
"Akhirnya turun juga, Mama kira tidur lagi," celetuk mama Rena yang hanya direspon dengan helaan napas panjang oleh Zila.
"Kenapa mukanya di tekuk kayak gitu, hmm?" tanya mama Reni melihat sang putri yang terlihat tak bersemangat.
"Kayaknya aku nggak enak badan, Ma. Boleh nggak hari ini nggak sekolah aja." Zila menatap penuh harap pada mama Reni.
"Tanya dengan suami kamu kalau soal itu. Sekarang kamu jadi tanggung jawab dia. Papa juga bilang sama Mama untuk tidak memberikan uang jajan lagi ke kamu."
"Ih! Kenapa gitu Ma? Aku minta uang ke siapa kalau bukan sama Mama atau papa," seloroh Zila yang refleks bangkit dari tempat duduknya.
Mama Reni tersenyum seraya meletakkan roti yang baru saja ia olesi selai coklat ke piring Zila.
"Sekarang kan sudah punya suami. Kamu minta ke Zidan."
Zila tak menjawab ucapan mama Reni kecuali memberengut sebal tak terima. Setelah menikah hidupnya langsung berubah.
Beberapa menit berlalu, Zila sudah selesai dengan sarapan paginya. Ia sudah mengenakan tas punggungnya yang bergambar beruang.
"Ma, aku berangkat dulu," ucap Zila seraya meraih tangan sang mama untuk dicium.
"Iya, hati-hati ya. Di luar sudah ada Zidan menunggu."
Ucapan mama Reni membuat mata Zila membulat sempurna. Tanpa berkata apapun lagi ia segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dan benar saja Zidan sudah berdiri di dekat pagar dan tengah mengobrol dengan salah satu satpam komplek.
"Om...!!" Pekikan suara Zila membuat Zidan menghentikan obrolannya. Ia menatap istri kecilnya melangkah mendekat padanya. Sementara satpam yang tadi sudah pamit pergi dari sana.
"Sudah sarapannya?" tanya Zidan.
"Om kenapa ke sini? Aku tidak perlu di jemput. Sudah bagus tadi Om pulang dari sini__"
Belum sempat Zila menyelesaikan ucapannya Zidan sudah memberikan sentilan di dahi, membuat gadis berkepang dua itu meringis kesakitan.
"Yang sopan bicara dengan suami," ucap Zidan tegas. Sementara Zila tampak menekukkan wajahnya seraya mengusap dahinya.
"Ini, pakai helmnya." Zidan menyerahkan helm pada Zila yang semakin memberengut.
"Ih, kenapa harus pakai motor. Aku nggak mau. Biasanya papa sering nganterin aku pakai mobil," celoteh Zila menolak berangkat dengan motor scoopy hitam milik Zidan.
Pria itu geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya. Ia harus sabar-sabar menghadapi tingkah labil Zila.
"Untuk sementara naik motor dulu. Nanti pakai mobil," ucap Zidan yang kembali memberikan helm pada Zila." Cepat pakai, nanti terlambat."
Dengan malas-malasan Zila menerima helm yang pria itu berikan. Apalagi pagi ini langit sangat cerah dan cukup panas, bisa-bisa sampai sekolah ia sudah berkeringat. Zidan sudah menaiki sepeda motornya sedangkan Zila masih diam di tempat.
"Ayo naik jangan melamun!" sentak Zidan.
Zila memutar bola matanya malas dan segera menaiki motor scoopy itu. Ia sedikit memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu merapat pada Zidan. Yang ada pria itu keenakan ia pepetkan tubuhnya. Zidan mulai menjalankan sepeda motornya keluar dari komplek perumahan. Udara pagi dan polusi asap para pengendara lain bercampur menjadi satu dan itu membuat Zila menutup hidungnya. Apalagi ada salah satu pengendara motor yang asap hitam motornya mengenai wajahnya.
"Om, lebih cepat lagi jalanin motornya nanti aku terlambat!" ucap Zila mengeraskan suaranya menebus kebisingan mesin motor yang di tumpangannya sekarang.
"Iya, sebentar lagi sampai," sahut Zidan.
"Lain kali jangan pakai motor, panas. Memangnya Om nggak punya mobil?" Zila melontarkan pertanyaan di sela-sela Zidan fokus mengendarai sepeda motornya.
"Kalau saya tidak memiliki mobil, kamu mau apa?"
Balasan Zidan langsung membuat Zila diam. Ia semakin yakin pria itu hanya pria biasa dan bukan kalangan orang kaya. Kalau begini hidupnya tidak akan seenak dulu. Dan sekarang ia tidak mendapatkan uang jajan dari mama. Sibuk dengan lamunannya, kini motor yang Zidan kendarai berhenti tidak jauh dari sekolah.
"Turun," titah Zidan membuat Zila membuyarkan lamunannya. Gadis itu segera turun dari motor dan melepaskan helm di kepalanya. Ia berdecak kesal kala mendapati rambut yang ia sisir dengan rapi sudah berantakkan.
"Nanti kita bertemu lagi tempat ini setelah pulang sekolah. Jangan pulang duluan," ucap Zidan yang dibalas deheman singkat oleh Zila.
"Minta uang jajan, Om. Kata mama minta uangnya sama, Om," ucap Zila seraya menengadahkan tangan kanannya.
Beruntung tempat yang Zidan pilih menurunkan sang istri tampak sepi. Jika keliatan atau ketahuan murid yang lain sudah pasti Zila menjadi bahan gosipan anak-anak yang lain. Mengingat Zidan seorang guru baru di sekolah ini.
Wajah Zila mendadak cerah dan berbinar kala Zidan mengeluarkan dompetnya dan tampak uang merah dan biru menghiasi dompet berwarna hitam itu dan terdapat beberapa kartu ATM tersisip di sana.
"Biasanya orang tua kamu ngasih uang jajan berapa?" tanya Zidan sebelum memberikan uang pada istrinya.
Sementara Zila terdiam sejenak hingga sebuah ide muncul di kepalanya. Sepertinya tak masalah membohongi pria tersebut.
"Biasanya papa sama mama ngasih aku uang jajan dua ratus ribu, Om. Terus nanti sore di kasih lagi uang seratus ribu buat jajan sore," ucap Zila dengan semangat.
Zidan manggut-manggut dan memberikan selembar uang 20 ribu pada Zila yang mengernyitkan keningnya, heran.
"Kok dua puluh ribu? Kan harusnya dua ratus ribu, Om," ucap Zila merengut.
"Kamu terlalu kecil pegang uang sebanyak itu," balas Zidan.
Zila berdecak kesal."Kalau ujung-ujungnya di kasih dua puluh ribu kenapa tadi tanya aku di kasih uang berapa?! Nggak cukup buat jajan di kantin, Om..." rengek Zila.
_________
Hei semuanya! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
StAr 1086
bersyukur zila masih dapat uang jajan 20k sehari...
2023-11-14
0
Azhure
aku sekolah mulai dr SMP dikasih uang jajan bulanan, hrus bs ngatur uang sendiri, jd setelah kuliah sudah terbiasa buat ngatur duit buat keperluan sehari-hari, hrs bisa hemat gaboleh boros, karena ckup gak ckup ga bakal ada uang jajan tambahan 😌😌😌
2023-11-04
0
woy lah gw aj 30k🗿
2023-08-10
1