"Apa yang kamu lihat?" Suara bariton yang serak milik Zidan menyadarkan Zila yang langsung membuyarkan lamunannya dan ia baru sadar pria itu sudah mengenakan baju kaos milik ayahnya setelah melepaskan kemeja.
"Nggak. Aku nggak lihat apa-apa," ucapnya sembari membuang muka ke arah lain. Pria itu menggedikkan bahunya acuh setelah mendengar ucapan gadis tersebut.
Setelah mengganti baju, Zidan memilih langsung keluar dari kamar Zila yang kini menatap kepergian pria itu sampai hilang dari balik pintu coklat itu.
"Ganteng sih. Tapi sayang tua. Aish, kenapa aku malah memikirkan dia," decaknya memukul keningnya. Amit-amit bila sampai suka spek om-om.
Gadis itu memilih masuk ke kamar mandi untuk melepaskan pakaiannya, takut-takut pria itu kembali masuk ke dalam kamar ini.
Di ruang makan, Zidan, papa Satria, dan mama Reni tampak tenang menikmati makanan yang tersaji di meja makan. Setelah perdebatan cukup lama membahas masalah yang membuat sepasang suami-istri itu shock dengan status putrinya, sekarang mereka memilih mengakhiri ini semua dengan makan-makan. Dan sekarang, papa Satria dan mama Reni sudah lapang dada dengan nasib putrinya.
"Umur kamu berapa, Zidan? Kalau dilihat-lihat sepantaran kakaknya Zila, Dafa," ucap papa Satria di sela-sela menikmati makanannya.
Zidan yang di tanya seperti itu menghentikan pergerakkan tangannya."Umur saya 28 tahunan, Om," balasnya sopan.
Raut wajah papa Satria sedikit terkejut mendengar itu sama halnya dengan mama Reni. Mereka berdua saling berpandangan dengan tatapan yang menyiratkan sesuatu.
"Om kira umur kamu 24 tahunan," celetuk papa Satria tertawa ringan sedangkan Zidan merespon dengan senyuman tipisnya."Sebelumnya sudah memiliki pacar?" Papa Satria kembali melontarkan pertanyaan sembari mengorek-ngorek informasi tentang menantu pertamanya itu.
Karna dari tiga anaknya, hanya Zila yang kini sudah berstatus menikah. Walaupun pernikahan mereka berdua terjadi karna sebuah kesalah pahaman.
"Saya tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan manapun, Om, apalagi pacaran."
Jawaban Zidan kali ini membuat papa Satria melongo mendengarnya. Ia langsung menatap menelisik pria muda itu dari ujung kaki sampai ujung rambut seolah menilai dan menaruh curiga.
"Ya benar kamu? Om saja waktu muda banyak punya pacar. Ini, mama Reni pacar yang ke-20 dan sekarang sudah jadi istri. Sayang masa muda tidak di habiskan untuk bersenang-senang seharusnya...Aw!"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, papa Satria sudah mendapatkan cubitan di pinggang dari mama Reni yang menatap tajam pada suaminya.
"Jangan ngajarin yang tidak-tidak pada Zidan, ingat dia sudah jadi suami anak kita!" ketus mama Reni penuh penekanan bersamaan dengan cubitan yang semakin kencang.
"Sstt...iya, Ma. Sudah, lepaskan sakit..." lirih papa Satria merintih kesakitan dengan raut wajah memohon. Mama Reni melepaskan cubitannya setelah puas melihat wajah kesakitan suaminya.
"Seharusnya Papa bersyukur dapat menantu yang tidak neko-neko apalagi tidak suka bermain perempuan," ucap mama Reni tegas.
Papa Satria hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Memang sudah paling benar mengiakan ucapan istrinya. Sedangkan Zidan tampak mengulum senyum gelinya melihat interaksi kedua pasangan suami-istri yang tidak muda itu. Dan tidak lama suara langkah kaki seseorang membuat semua orang yang ada di ruang makan terutama Zidan menatap ke arah sosok Zila yang melangkah mendekat pada mereka.
Gadis dengan pakaian yang cukup terbuka itu tampak santai mendudukkan dirinya di samping sang mama. Sementara papa Satria geleng-geleng kepala melihat putrinya.
"Lain kali cari pakaian yang tertutup. Jangan sampai pakaianmu yang kekurangan kain itu Papa bakar! Orang kira Papa tidak mampu membelikan pakaian untuk anak!" kecam papa Satria menatap Zila yang hanya diam tak menyahut, namun tangannya aktif mengambil makanan yang tersedia di atas meja.
Sedangkan Zidan mengernyitkan keningnya melihat pakaian yang istrinya pakai. Celana pendek hitam yang hampir mirip seperti celana d*lam dan baju pendek yang hanya mampu menutupi dadanya dan membiarkan bagian perutnya terlihat.
"Tapi orang-orang pada pakai ini. Kan lagi tren, Pa," sahut Zila membela diri seraya melirik sekilas pada Zidan.
"Tren apanya? Pakaian kamu mirip tarzan!" Ucapan ketus sang papa membuat Zila memberengut kesal.
"Betul kata Papa kamu, Zila. Bahaya juga kalau pakai baju seperti itu apalagi sekarang marak terjadi aksi kejahatan di luaran sana," ucap mama Reni menimpali.
"Tapi kan aku pakai ini di rumah. Biasanya keluar rumah pakai baju tertutup, Ma."
Lagi, Zila membela diri dan tak ingin di salahkan. Menurutnya pakaian seperti ini sedang tren-tren nya di kalangan anak muda. Teman-temannya saja selalu berpakaian seperti ini di luaran rumah dan tidak dipermasalahkan orang tuanya.
"Kamu pikir Papa tidak tahu, setiap keluar rumah kamu memang berpakaian tertutup tapi setelahnya mengganti dengan pakaian terbuka! Zidan, bila Zila tidak mendengarkan nasehat dan ucapanmu, kamu hukum saja dia, terserah mau kamu apakan!" ucap papa Satria yang beralih menatap menantunya setelah menyemburkan omelannya pada Zila.
Sementara Zila mencebikkan bibirnya sebal.
"Baik, Om," balas Zidan seraya menatap istrinya.
•
•
Dalam keheningan malam yang gelap gulita dan ketika semua orang tengah tertidur nyenyak, seorang pria memutar tuas pintu dengan sangat hati-hati agar tidak mengeluarkan suara bising sedikitpun yang bisa saja membangunkan tuan rumah. Beruntung ia selalu membawa kunci cadangan. Baru saja menutup pintu kembali setelah masuk ke dalam dan hendak berbalik badan, tiba-tiba lampu dalam rumah itu menyala dan menampilkan sosok wanita paruh baya yang tengah memegang raket nyamuk di tangannya.
"Bagus kamu ya! Baru pulang, kemarin ke mana saja, hah?! Ayah sedang sakit dan kamu menghilang tanpa kabar! Dasar anak nakal!"
Bunda Melati maju ke depan dan hendak melayangkan pukulan ke tubuh putranya, namun dengan sigap Zidan menangkap raket nyamuk yang hendak di pukulkan ke tubuhnya.
"Bun, aku bisa jelaskan," ucap Zidan masih menahan raket itu yang hendak menyapa tubuhnya.
"Jelaskan apa?! Gara-gara kamu Bunda jadi bahan ghibahan teman arisan!" sentak bunda Melati seraya menjauhkan raket nyamuk dari Zidan.
"Sadar umur Zidan. Umur kamu sudah mau kepala tiga tapi belum kawin-kawin! Bisa-bisa kamu nggak bisa bercocok tanam gara-gara umur ke tuaan!" Bunda Melati terus berceloteh tanpa membiarkan putranya menyela ucapannya.
"Bunda..."
"Dan kamu juga harus tahu, tadi si Ayu memamerkan cucunya. Sementara Bunda hanya bisa diam, percuma Bunda memamerkan emas beberapa karat!"
Zidan memijit pangkal hidungnya mendengar setiap ucapan yang di lontarkan bunda Melati. Bayangkan, setiap hari orang tuanya terus meminta menantu. Ya, ia anak semata wayang dan wajar bunda terus merengek ingin ia segera menikah.
__________
Hei semuanya! Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. Dan jangan lupa follow akun saya!^^
Seru nggak part ini? Kalau seru kita gass part selanjutnya😋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
H
😂😂😂😂
2024-10-20
0
StAr 1086
udah nikah tu Zidan tinggal nunggu cucu launching....
2023-11-14
0
Qaisaa Nazarudin
Nah sekarang udah nikah tuh bund..😂
2023-09-19
0