A & Z: Bab 2

Zidan yang mendengar itu langsung melotot, dan menggelengkan kepalanya kuat."Jangan! Saya bersumpah tidak melakukan apapun dengan gadis ini." Ia menatap gadis itu dengan tatapan yang siap menelan hidup-hidup.

"Nggak usah ngelak lagi kamu. Dia saja sudah mengakui semuanya, iya kan?" ucap wanita paruh baya yang langsung di benarkan semua orang.

Badan Zidan mulai melemas. Hanya menumpang berteduh berakhir menyedihkan seperti ini. Baru sehari jadi guru sudah dapat masalah besar seperti ini. Dan gadis yang juga ikut dalam masalah ini seperti orang bodoh, diam saja dengan tampang polosnya dan itu membuat Ia semakin gregetan penuh kekesalan setengah mati. Tidak ada niat sedikitpun untuk gadis itu membela diri.

"Tidak usah di bawa ke kantor polisi, mereka berdua kita nikahkan saja secara langsung di balai. Takutnya gadis ini nantinya hamil, kasihan. Sudah masa depan hancur hamil di luar nikah pula tanpa suami," ucap salah satu tetua di tempat itu.

Ucapan tetua itu langsung disetujui serempak meskipun ada yang tidak setuju, karna menginginkan Zidan di serahkan ke polisi. Kini, keduanya di giring paksa dengan pengawalan ketat para warga yang hanya sekedar menonton dan menjadikan kejadian itu sebagai bahan gosip saat berkumpul di tukang sayur nanti, dan itu di sebut transfer gosip lewat mulut ke mulut dengan kecepatan kilat.

Zidan masih berusaha untuk menyakinkan semua orang. Ia tidak mungkin menikahi gadis berseragam SMA itu, mengingat usia gadis itu terpaut jauh lebih muda darinya dan Ia juga tidak mengenal gadis asing tersebut.

"Alhamdulillah..."

Semua orang menyerukan kalimat itu setelah pasangan yang diyakini sudah melakukan hal tak senonoh itu sudah sah menjadi suami-istri meskipun mereka berdua menikah siri. Baik Zidan maupun Zila tak berani menghubungi kedua orang tua mereka. Kedua orang itu kompak mencari alasan agar orang tua mereka tidak mengetahui ini. Walaupun tak di hadiri orang tua pernikahan mereka tetap sah secara agama.

"Saya harap ini menjadi pembelajaran untuk kita semua termasuk orang tua yang memiliki anak gadis untuk berhati-hati dan lebih perketat lagi penjagaan kalian. Mereka berdua sebagai contoh," ucap ketua RT yang menjadi wali nikah mereka berdua.

Zidan menutup wajahnya dengan tangan kanan, tak sanggup di tatap semua orang dengan pandangan jijik dan hina. Sedangkan Zila hanya bisa meneguk ludah kasar dengan kejadian yang ia alami sekarang. Setelah kesadarannya sudah terkumpul Ia baru memberontak dan melakukan pembelaan pada dirinya, walaupun harus berakhir sia-sia.

"Ini semua gara-gara kamu!" Zidan menatap tajam pada gadis yang kini berjalan di sampingnya.

"Lho? Kok salah saya sih Om. Jelas-jelas Om yang tidur peluk-peluk saya." Gadis itu membela diri dengan raut wajah tak terima.

Keduanya tengah berjalan kaki menyusuri jalan sekitar komplek menuju ke rumah Zila. Gadis itu terus merengek ingin pulang ke rumah dan Zidan terpaksa ikut karna ingat dengan statusnya sekarang. Ia juga tidak bisa menganggap sepele hubungan mereka berdua yang sudah jadi suami istri.

"Kenapa kamu tidak membela diri waktu di tuduh tadi? Mulut saya sampai berbusa membela diri dan menepis segala tuduhan mereka tapi kamu, hanya diam saja seperti orang bisu!"

Zila langsung memotong jalan Zidan dan berdiri di hadapan pria itu."Kan saya baru bangun tidur, nyawanya belum ke kumpul. Jadi wajar kurang paham."

Zidan berdecih."Alasan."

Pria itu mendorong menyamping badan mungil istrinya yang sontak langsung menepi. Zidan kembali melanjutkan langkah kakinya. Kepalanya sudah pusing karna kehujanan tadi malam, sekarang semakin pusing karna masalah ini.

"Om, guru?" Zila kembali membuka percakapan, matanya menatap tas jinjing hitam milik Zidan yang berisi buku pelajaran yang sama persis seperti miliknya.

"Hmm..."

Pria itu hanya membalas lewat deheman singkat. Gadis itu manggut-manggut.

"Di mana rumahmu? Sudah setengah jam kita jalan kaki tapi belum sampai-sampai," decak Zidan seraya mengusap kasar peluh di wajahnya.

"Sedikit lagi sampai, Om. Sabar," balas Zila dengan bibir mencebik."Emosian banget," gerutunya pelan, melirik sekilas.

"Siapa yang emosian?" sahut Zidan mendengar gumaman gadis itu.

Zidan meneguk ludahnya kasar kala sudah sampai di depan rumah Zila. Rumah minimalis tingkat dua dengan gaya modern bercat putih abu-Abu. Pria itu melirik gadis di sampingnya yang tampak santai tanpa ada raut beban dari wajah polosnya.

"Ayo masuk Om!" ajak Zila dengan semangat. Ia sudah tak sabar mengisi perutnya yang keroncongan.

Zidan geleng-geleng kepala melihat tingkah gadis yang masih bersikap seperti anak kecil. Bagaimana gadis itu menjalankan perannya sebagai seorang istri.

Zila lebih dulu melangkahkan kakinya setelah itu di susul oleh Zidan yang sudah gugup sebelum bertemu. Bagaimana ia menjelaskan semua ini. Salah ucap bisa berakhir kesalah pahaman.

"Mama...!!" Zila berlari masuk ke dalam rumah dan langsung memeluk mama Reni yang terkaget-kaget mendapat pelukan mendadak.

Wanita paruh baya itu melepaskan pelukan putrinya."Kamu ke mana saja, Nak? Mama sama Papa cari-cari kamu ke mana-mana," ucap mama Reni khawatir. Ia mengusap wajah Zila dan mencium kening putrinya penuh kekhawatiran. Terlihat mata wanita paruh baya itu sembab setelah menangis semalaman memikirkan nasib putri bungsunya.

"Papa sudah mau menelpon paman Aris yang polisi itu untuk mencari keberadaan kamu. Kami takut kamu jadi korban penculikan," ucap papa Satria yang juga memeluk Zila.

"Kemarin aku kehujanan terus berteduh di pos kamling."

Mama Reni semakin terkejut mendengarnya."Tapi kamu enggak pa-pa kan, Nak? Untung kamu pulang ke sini tidak kurang apapun. Lain kali telpon Papa atau Mama, minta jemput."

Zila mengangguk. Wanita paruh baya itu kembali memeluk putri bungsunya penuh kelegaan. Ini pertama kalinya putri bungsunya tak pulang semalaman tanpa kabar. Mengingat Zila mempunyai trauma di masa kecilnya.

"Ekhem..."

Suara deheman yang sedikit keras membuat tiga orang yang tengah berpelukan itu langsung merotasikan pandangannya pada sosok pria yang kini tengah berdiri di ambang pintu penuh kecanggungan.

"Kamu siapa?" tanya papa Satria menatap menelisik penampilan pria asing itu dari atas sampai bawah.

"Sa-saya..." Zidan tampak kesusahan untuk mengeluarkan kata-kata. Mungkin rasa gugup yang menjadi faktor penyebabkannya.

Zidan tampak bingung ingin menjelaskan dari mana. Padahal ia bisa saja setelah mengantarkan gadis itu sampai depan rumah langsung pulang dan melupakan kejadian yang tadi. Tapi, masalahnya ia sudah menikah siri dengan gadis ingusan itu. Sebagai pria sejati ia tidak boleh menghindar dari masalah ini.

"Sa-saya suami anak, Om," ucap Zidan ragu-ragu sambil menunjuk ke arah Zila. Hanya kata-kata itu yang terlintas di kepalanya.

"Jangan ngada-ngada kamu! Zila masih 18 tahun, mana mungkin dia punya suami setua kamu. Apalagi dia masih sekolah!" Papa Satria berucap ketus sambil menatap sinis pria di depannya.

Zidan langsung tersindir tertampar dengan ucapan pria paruh baya yang langsung merujuk ke usia. Mulutnya pedas sekali.

"Ini memang benar, Om. Nggak mungkin saya mengada-ada apalagi ini tentang pernikahan. Kalau tidak percaya tanya langsung anaknya."

Kini, tatapan papa Satria langsung mengarah pada Zila yang tampak cengengesan di balik rasa gugup yang melanda.

"Apa benar Zila?" tanya Satria pada sang putri yang membalas dengan anggukan kepala.

Pria paruh baya itu langsung menjatuhkan rahangnya sama halnya dengan mama Reni yang melotot kaget dan refleks melepaskan pelukannya pada Zila. Gadis itu menundukkan kepalanya, seolah merasa bersalah. Sedangkan Zidan bernapas lega, ternyata tak serumit yang ia kira. Senyuman lebar terpapang di wajah tampannya. Berbeda dengan Satria dan Reni yang langsung menampilkan wajah suramnya.

_______

Bagaimana part ini? Semoga suka ya!

Terpopuler

Comments

StAr 1086

StAr 1086

mampir...

2023-11-14

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Apa Zidan gak punya mobil atau motor?Kok jalan kaki??

2023-09-19

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kenapa gal ditanya dulu kronologi nya, main hantam aja..ck

2023-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 A & Z: Bab 1
2 A & Z: Bab 2
3 A & Z: Bab 3
4 A & Z: Bab 4
5 A & Z: Bab 5
6 A & Z: Hukuman
7 A & Z: Perhatian Zidan
8 A & Z: Mantu apa murid?
9 A & Z: Cara memuaskan suami
10 A & Z: Ucapan pedas Zidan
11 A & Z: Senjata Makan Tuan
12 A & Z: Kaum Sosialita
13 A & Z: Unboxing
14 A & Z: Pingsan
15 A & Z: Undangan
16 A & Z: Gadis Nakal
17 A & Z: Hasrat atau Logika?
18 A & Z: Malam pertama tertunda
19 A & Z: Jilat ludah sendiri
20 A & Z: Menolong berkedok imbalan
21 A & Z: Perasaan aneh tapi sakit
22 A & Z: Emosi tak terkendali
23 A & Z: Cemburunya seorang wanita
24 A & Z: Tuduhan berakhir penyesalan
25 A & Z: Harga diri seorang pelakor
26 A & Z: Kekhawatiran yang berlebihan
27 A & Z: Dia kembali
28 A & Z: Ketakutan
29 A & Z: Jangan sentuh!
30 A & Z: Jangan tinggalkan aku
31 A & Z: Layani saya
32 A & Z: Pil KB?
33 A & Z: Perselisihan
34 A & Z: Kembali terulang
35 A & Z: Pria Psiko
36 A & Z: Rasa bersalah
37 A & Z: Tespeck?
38 A & Z: Impian yang pupus
39 A & Z: Selingkuh?
40 A & Z: Pingsan di sekolah
41 A & Z: Penghinaan
42 A & Z: Memiliki Mu
43 A & Z: Dia istriku
44 A & Z: Amarah Kayla
45 A & Z: Kemarahan
46 A & Z: Trauma
47 A & Z: Penangkapan
48 A & Z: Sensitif Ya?
49 A & Z: Salah lagi
50 A & Z: Kapal Azila & Zidan
51 A & Z: Tolong bertahan!
52 A & Z: Sebuah ketakutan
53 A & Z: Koma
54 A & Z: Harapan penuh
55 A & Z: Siuman
56 A & Z: Jagoan kecil
57 A & Z: Merasa bersalah
58 A & Z: Akhir
59 A & Z: Tersinggung
60 A & Z: Aku Mau Kerja
61 Pengumuman
Episodes

Updated 61 Episodes

1
A & Z: Bab 1
2
A & Z: Bab 2
3
A & Z: Bab 3
4
A & Z: Bab 4
5
A & Z: Bab 5
6
A & Z: Hukuman
7
A & Z: Perhatian Zidan
8
A & Z: Mantu apa murid?
9
A & Z: Cara memuaskan suami
10
A & Z: Ucapan pedas Zidan
11
A & Z: Senjata Makan Tuan
12
A & Z: Kaum Sosialita
13
A & Z: Unboxing
14
A & Z: Pingsan
15
A & Z: Undangan
16
A & Z: Gadis Nakal
17
A & Z: Hasrat atau Logika?
18
A & Z: Malam pertama tertunda
19
A & Z: Jilat ludah sendiri
20
A & Z: Menolong berkedok imbalan
21
A & Z: Perasaan aneh tapi sakit
22
A & Z: Emosi tak terkendali
23
A & Z: Cemburunya seorang wanita
24
A & Z: Tuduhan berakhir penyesalan
25
A & Z: Harga diri seorang pelakor
26
A & Z: Kekhawatiran yang berlebihan
27
A & Z: Dia kembali
28
A & Z: Ketakutan
29
A & Z: Jangan sentuh!
30
A & Z: Jangan tinggalkan aku
31
A & Z: Layani saya
32
A & Z: Pil KB?
33
A & Z: Perselisihan
34
A & Z: Kembali terulang
35
A & Z: Pria Psiko
36
A & Z: Rasa bersalah
37
A & Z: Tespeck?
38
A & Z: Impian yang pupus
39
A & Z: Selingkuh?
40
A & Z: Pingsan di sekolah
41
A & Z: Penghinaan
42
A & Z: Memiliki Mu
43
A & Z: Dia istriku
44
A & Z: Amarah Kayla
45
A & Z: Kemarahan
46
A & Z: Trauma
47
A & Z: Penangkapan
48
A & Z: Sensitif Ya?
49
A & Z: Salah lagi
50
A & Z: Kapal Azila & Zidan
51
A & Z: Tolong bertahan!
52
A & Z: Sebuah ketakutan
53
A & Z: Koma
54
A & Z: Harapan penuh
55
A & Z: Siuman
56
A & Z: Jagoan kecil
57
A & Z: Merasa bersalah
58
A & Z: Akhir
59
A & Z: Tersinggung
60
A & Z: Aku Mau Kerja
61
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!