Aku pun terpaksa harus pergi seorang diri untuk menghadapi kedua manusia yang cukup keras kepala itu, aku merasa sangat cemas karena aku sudah mengenal mereka dengan sangat jelas dalam waktu yang sangat lama, jadi jelas sekali aku tahu luar dan dalam bagaimana karakter mereka sesungguhnya di depan atau di belakang orang.
Aku berusaha menenangkan diri dan mempersiapkan dirimu sendiri sebelum benar-benar pergi untuk mendatangi mereka saat itu, aku sudah menarik nafas dengan sangat dalam dan terus saja membuangnya perlahan saat itu hingga tidak lama setelah Kesi menyemangati aku barulah aku segera berjalan pergi mendekati mereka secepatnya saat itu juga.
"Huuhhhh, aku harus melakukan ini demi tugas dan harga diriku yang aku miliki karena baru saja pindah ke kelas C" gerutuku sambil mempersiapkan diri dengan menegakkan postur tubuhku sambil melakukan pemanasan sejenak agar diriku bisa menjadi sedikit lebih rileks dalam menghadapinya nanti.
"Ayo Barsha kau pasti bisa demi tugas demi kau juga semangat!" Ucap Kesi sambil mengacungkan tangannya memberikan semangat penuh kepadaku.
Aku mengangguk kepadanya dan segera pergi menghampiri dia bocah menyebalkan itu, aku menyapa mereka seperti biasanya dan langsung saja duduk di samping Ciko saat itu meski mereka sudah menatap aku dengan tatapan tajam dan Niko yang sibuk mengusirku saat itu, padahal aku baru saja sampai dan menyapanya.
"Hai... teman-teman, wahh..kalian sedang makan apa sepertinya enak juga, eheh...boleh aku duduk disini kan, ohh...tentu saja boleh bukan, aku kan sahabat terbaik kalian" ucapku sambil segera duduk dan bersikap baik kepada mereka.
"Heh....heh...heh...siapa yang mengatakan kau boleh duduk di samping Ciko, minggir kau pergilah ke tempat dimana seharusnya kau berada" ucap Niko kepadaku yang membuat aku langsung kehilangan kesenangan di dalam diriku yang sudah aku bangun dengan susah payah sebelumnya.
"Aishhh....apa yang kau bilang, kau selalu saja membuatku kesal, tempatku kan memang disini memangnya dimana tempatku yang seharusnya itu, aku kan suka duduk di tengah-tengah sahabat kecilku" balasku sambil memberikan wajah yang sok polos agar mereka bisa memberikan sedikit kebaikan kepadaku saat itu.
"Itu...lihatlah temanmu yang idiot itu, dia terus menatap kemari dan memperhatikanmu dengan wajah konyolnya itu, disanalah kau seharusnya berada" balas Niko sambil menunjuk lurus ke arah Kesi yang berada di meja sebelumnya dan bodohnya bukan dengan cepat memalingkan pandangan saat Niko menunjuknya, Kesi justru malah melambaikan tangannya sambil tersenyum ke arahku dan terus memberikan semangat tidak jelas.
Membuat dirinya semakin terlihat idiot sungguhan dan membuat aku malu dihadapan kedua orang yang selalu mengejek dan merendahkan aku ini.
"Aishh...bodoh, dia benar-benar idiot, kenapa aku harus menemukan teman sepertinya sih" gerutuku sambil menunduk memegangi jidatku saat itu.
"Ohhh...tuhan tolonglah aku ingin teman yang lebih pintar" keluhku lagi sambil menepuk pelan jidatku saat itu.
Aku pun segera membalas Kesi dengan senyuman saja lalu segera kembali berbalik dan menghentikan Niko yang terus saja menunjuk ke arahnya sejak awal.
"Aishhh..sudahlah, kenapa juga kau harus terus menunjuk Kesi seperti itu, jangan berani mengganggu dan mengejek temanku, atau matilah kau di tanganku!" Ucapku sedikit menaikkan nada suaraku kepadanya dan memberikan tatapan tajam kepadanya saat itu.
Tapi sayangnya Niko sama sekali tidak takut denganku ataupun dengan ancaman yang aku berikan kepadanya saat itu, dia malah terus saja terlihat santai dan kembali fokus dengan makanannya saat itu hingga tidak lama Ciko mulai berbicara kepadaku disaat aku membantunya untuk menuangkan air untuknya karena dia terlihat kesulitan membuka botol minum dengan sebelah tangannya sebab tangan dia yang satunya sibuk mengambil makanan tanpa henti.
"Eehhh...sudah sini biar aku bantu saja, kau ini membuka botol saja tidak bisa, lihat ini taaahhhh.....haha... Mudah bukan, silahkan di minum sahabat baikku Ciko" ucapku mempersilahkan kepadanya dengan baik dan penuh hormat saat itu.
Ciko dan Niko menatap heran dengan membelalakkan kedua mata mereka saat melihat Barsha yang tiba-tiba saja mau membantu Ciko membukakan tutup botol dengan cara yang baik dan kalimat yang baik juga saat itu, karena biasanya Barsha tidak akan melakukan hal seperti itu, dia lebih banyak marah dan mengoceh tidak jelas kepada mereka berdua atau selalu saja menyuruh mereka dengan ancaman juga paksaan, tetapi mihat dia tiba-tiba baik seperti itu tentu saja membuat sebuah pertanyaan besar pada kepala mereka berdua.
Terutama untuk Ciko dimana dia sudah mencurigai bahwa sudah pasti Barsha memiliki sesuatu keinginan dari mereka saat itu, sampai membuat dirinya harus bersikap pura-pura baik dalam memperlakukan mereka saat ini.
"Ada apa dengan anak ini, sudah pasti dia menginginkan sesuatu dari aku atau Niko" batin Ciko sudah menduganya sejak awal.
Dan pada kenyataannya apa yang di pikirkan dan di duga oleh Ciko memang benar Barsha mendatangi mereka dan berbuat baik tentu saja ada maunya, jika tidak dia mana mungkin seseorang seperti dia yang keras kepala akan melakukan hal seperti itu kepada kedua teman yang selalu membuat dirinya jengkel setiap saat.
Rupanya Ciko sudah mengerti apa yang sebenarnya sedang aku lakukan saat itu dan dia juga mengetahui bahwa kedatangan aku saat itu bukanlah tanpa alasan ataupun semata-mata hanya untuk datang menemui mereka saat makan saja, memang dia yang paling bisa di andalkan di bandingkan dengan pria konyol yang ada di hadapannya saat itu, dia hanya bisa makan dan makan saja setiap saat, dan selalu saja menyeret aku dalam kesulitan tetapi dia sendiri sangat sulit untuk di mintai pertolongan oleh siapapun, Niko memang tidak cocok untuk dijadikan teman apalagi sahabat karena dia orang paling egois yang pernah aku kenal, juga moodnya yang mudah sekali berubah ubah dan dia selalu saja melampiaskannya kepadaku atau selalu datang menemui aku dengan membawa banyak cemilan dan dia terus saja mengoceh menceritakan semua kekesalannya itu padaku sebagai pendengar, dengan mulutnya yang akan terus saja berbicara hingga mengeluarkan bisa dan membuat telingaku kebas mendengarkan semua ocehan dia yang terlalu banyak ketika dia sedih.
"Katakan apa yang kau inginkan" ucap Ciko kepadaku begitu saja.
Aku tersenyum lebar kepadanya karena dia sudah tahu apa yang aku inginkan dari dia sebenarnya, aku pun langsung mengatakannya dengan pelan.
"Ehehe...rupanya kamu sudah tahu niatku ini ya, ahaha...baguslah kalau begitu jadi aku tidak perlu melakukan lebih banyak hal lagi untuk kalian berdua" balasku kepada Ciko.
Niko hanya langsung saja menghentikan makannya yang sangat lahap sebelumnya dan langsung saja menatap ke arahku dengan penuh kepenasaranan saat itu, dia bahkan terus mencondongkan tubuhnya ke depanku padahal kami berhadapan saat itu hanya terhalang oleh sebuah meja saja.
"Ayo cepat katakan saja kau jangan membuang waktu istirahatku lebih banyak" tambah Ciko yang selalu saja bersikap cool setiap saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments